TUJUH

13.1K 1.8K 357
                                    

Satu bulan telah berlalu semenjak kehebohan yang terjadi di kantor dan berakhir dengan pemecatan Senja dengan tidak adil, Senja masih menganggur. Dia lebih banyak mengurung diri di rumah dan masih belum siap untuk kembali mencari kerja. Dia masih merasa takut untuk bertemu banyak orang. Cukup sering rekan-rekan kerja di Tim 2 mencoba menghubunginya tapi di abaikan saja oleh Senja, dia seperti kehilangan rasa percaya dirinya.

Akhir-akhir ini Senja merasa tidak enak badan, dia sering merasa pusing dan mual padahal dia sudah minum obat, bahkan dia sudah meminta Puspa untuk mengerokinya karena berpikir jika dirinya masuk angin hingga saat Senja melihat kalender dan menyadari sesuatu. Dia telat datang bulan.

Senja sungguh merasa ketakutan dengan apa yang dia pikirkan, Senja pergi ke apotek yang cukup jauh dari rumahnya untuk membeli testpack karena tidak ingin sampai ada tetangga yang melihat dia membeli barang itu. Setelahnya ketika sampai di rumah, Senja langsung mencoba testpack yang sudah di belinya, tidak hanya satu tapi Senja membeli lima testpack untuk benar-benar membuktikan dan berharap jika dugaannya salah.

Senja sudah menggunakan kelima testpack itu tapi dia belum melihat hasilnya, Senja terlalu takut untuk melihatnya. Senja meremas kedua tangannya, menghembuskan napasnya hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk melihat hasil testpack itu.

Senja jatuh terduduk di lantai kamarnya dengan air mata yang sudah mengalir begit saja, semua testpack itu menunjukkan hasil yang sama. Garis dua.

Senja memegang perutnya yang masih rata sambil menangis, dia bingung dan takut. Apa yang akan dia katakan pada ibunya nanti?

***

Senja memutuskan untuk merahasiakan kehamilannya dari Puspa, dia terlalu takut untuk mengatakan pada ibunya tentang kehamilannya.

Puspa sendiri merasa heran karena sering kali melihat Senja muntah-muntah, tubuh Senja tampak lemah dan pucat tapi anaknya itu selalu menolak jika di ajak untuk pergi berobat.

Puspa sedang berada di rumah bordil, dia sedang berpikir sambil menghisap rokoknya. Hanya disini dia bebas untuk merokok karena jika di rumah pastilah Senja akan mengomel.

"Mikirin apa sih Mi, serius amat" tanya salah satu PSK disana.

"Senja, sudah berapa hari ini dia selalu muntah-muntah. Badannya lemas banget, pucat lagi tapi gak mau di ajak berobat. Dan anehnya lagi tiba-tiba jadi doyan ngerujak. Orang sakit kok makannya itu, di kasih bubur gak mau" cerita Puspa.

"Bunting kali Mi, orang lagi ngidam kan gitu" cetusnya asal.

Puspa langsung melotot tajam pada anak buahnya itu. "Jangan sembarangan ngomong kamu ya! Anakku itu bukan jalang macam kamu, enak aja kamu bilang anakku bunting, nikah aja belum" oceh Puspa.

"Maaf Mi, aku Cuma asal nebak aja soalnya ciri-ciri yang Mami bilang tadi kayak orang bunting. Dulu kan aku pernah hamil juga Mi"

"Terus mana anakmu itu sekarang?" tanya Puspa, dia memang mengetahui jika anak buahnya ini seorang janda tapi baru kali ini dia mendengar cerita soal anaknya.

"Ikut bapaknya, ya habisnya dulu kan pas nikah aku masih muda banget. Gak mungkinlah aku yang urus anak itu jadinya pas cerai langsung aku kasih ke bapaknya aja" ceritanya.

Puspa mendengus sinis. "Alasan aja kamu, bilang aja memang gak mau urus anakmu. Pake alasan usia muda lagi" anak buahnya itu hanya terkekeh saja.

Perkataan bawahannya barusan tentu saja mengganggu pikiran Puspa, dirinya pun pernah merasakan hamil, ciri-ciri yang di alami Senja saat ini hampir sama seperti yang Puspa alami dulu saat dia sedang mengandung Senja. Hati Puspa semakin gelisah memikirkannya. Dia langsung beranjak berdiri.

AKU BUKAN WANITA JALANG ✔️(DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang