DELAPAN

13.3K 1.8K 324
                                    

Heran deh, cerita ini gue yg punya, gue sendiri yg bikin, yg ngetik tapi kenapa kayaknya gue ngerugiin orang banget ya gegara nih cerita gue repost🤔
Banyak banget yg ngegas nyolot nyinyir gegara nih cerita gue repost,, SUKA SUKA GUE LAH MAU GUE APAIN NIH CERITA!!
MAU GUE REPOST, GUE HAPUS, GUE ANGGURIN, ITU HAK GUE!! GAK ADA SATU ORANG PUN YANG BERHAK NGATUR2 GUE MAU GIMANA!!
Dari kemarin udah disabar2n tapi masih aja nyolot, emang ada yang maksa buat baca cerita ini?!
Kalau gak suka mah gampang, GAK USAH DI BACA!!

***

Tiga hari setelah malam itu pernikahan Senja dan Abimanyu dilaksanakan secara agama, Abimanyu baru akan mendaftarkan pernikahan mereka secara hukum setelah anak yang di kandung Senja lahir dan terbukti jika memang benar anak itu adalah darah daging Abimanyu, begitulah alasan yang dia berikan kepada orang tuanya dan juga Puspa. Padahal sebenarnya pun tes DNA bisa dilakukan meski bayi belum lahir melalui ibunya hanya saja Abimanyu sengaja ingin mengulur waktu.

Pernikahan itu dilaksanakan dengan sangat sederhana di kediaman Puspa, hanya di hadiri orang tua Abimanyu dan pekerja rumahnya serta Rt dari tempat Abimanyu tinggal sementara Puspa hanya mengundang Rt dan juga Ustad di lingkungannya sebagai saksi, Puspa memang sengaja tidak ingin mengundang tetangganya karena malas mendengar bisikkan-bisikkan mereka meski pun tidak ada yang tau jika Senja menikah karena dirinya sudah hamil duluan. Yang jelas Puspa bisa memanfaatkan mulut Pak Rt untuk memberitahukan warga jika Senja sudah bersuami. Karena Panji sudah meninggal dunia jadilah wali hakim yang menikahkan Senja, Puspa tidak mungkin meminta Adri Usmadi untuk menjadi Wali Senja karena keluarga itu tidak pernah mau mengakui Senja sebagai bagian dari keluarga mereka.

Puspa mengusap air matanya setelah Abimanyu mengucapkan ijab kabul dan para saksi mengatakan sah. Sebagai ibu tentu ini adalah salah satu impiannya untuk menikahkan Senja hanya saja tentu bukan dengan cara seperti ini. Puspa sebenarnya ingin anaknya merasakan pesta mewah dan menjadi ratu sehari di pelaminan tapi apa boleh buat, keadaan terlalu rumit.

Ana mendekati Puspa, dia sudah mendengar dari Abimanyu apa yang telah terjadi antara dirinya dan Senja malam itu. Abimanyu mengakui jika dia memang melakukannya dengan Senja tapi pria itu masih tidak mau mengakui jika anak di kandungan Senja adalah anaknya, dia bersedia menikahi Senja hanya karena permintaan Ana. Abimanyu juga mengatakan pada Ana siapa Puspa.

Puspa memang bukan wanita baik-baik tapi Ana juga bukan orang yang suka menghakimi seseorang, baginya itu adalah urusan Puspa dan Tuhan. Dan Ana sangat yakin jika Senja berbeda dengan ibunya. Meski pun mereka berasal dari keluarga terhormat tapi baik Ana maupun Bondan menerima dengan lapang dada kehadiran Senja dalam keluarganya, mereka bukan tipe orang yang suka membeda-bedakan kasta.

"Tolong maafkan anak saya, maafkan atas apa yang sudah dia perbuat pada Senja" ucap Ana tulus.

Puspa menatap besannya itu dengan pandangan sendu. "Anda tentu sudah tau siapa saya, saya memang bukan wanita benar tapi saya berani jamin jika Senja berbeda. Dia wanita baik-baik. Seburuk-buruknya saya, saya selalu berusaha menjadi ibu yang terbaik untuk anak saya. Saya sangat menjaga Senja. Dia bukan wanita jalang seperti saya"

Ana mengangguk. "Saya mengerti" Ana bisa melihat betapa besar kasih sayang Puspa terhadap Senja dan sebenarnya Ana sendiri tidak melihat jika Puspa adalah tipe perempuan penggoda, tentu ada alasan kenapa Puspa bisa menjadi seperti ini.

"Tolong terima Senja dengan baik dalam keluarga anda" pinta Puspa.

"Senja sudah menjadi menantu saya, tentu saya sudah menerimanya. Setelah Senja melahirkan, saya yang akan memastikan jika Abimanyu pasti akan mendaftarkan pernikahan mereka. Tolong maafkan sikap anak saya, dia masih terlalu kaget dengan apa yang terjadi saat ini. Abimanyu sudah menceritakan pada saya apa yang terjadi malam itu, semua di luar kesadarannya tapi dia tetap harus mempertanggung jawabkannya. Beri waktu dia untuk menerima semua ini" ujar Ana.

Puspa mengangguk, dia mencoba menerima dan hanya bisa berharap jika Abimanyu akan memperlakukan Senja dengan baik layaknya seorang istri.

***

Senja diam menatap keluar jendela, saat ini dia sedang dalam perjalanan menuju rumah barunya bersama Abimanyu. Tadi Puspa sempat meminta Senja untuk tinggal bersamanya tapi Abimanyu menolak, Puspa yang sudah memaksa Abimanyu untuk menikahi Senja jadi Puspa juga harus siap berpisah dengan Senja.

Abimanyu juga menolak untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan dia ingin hidup mandiri padahal Abimanyu hanya tidak ingin jika orang tuanya memaksanya bersikap baik pada Senja, dia tidak ingin terus menerus berakting di depan keluarganya.

Mereka telah sampai di sebuah rumah minimalis dengan dua lantai. Tanpa mengatakan apapun, Abimanyu turun dari dalam mobil. Senja menghela napas kemudian menyusul Abimanyu masuk ke dalam rumah. Abimanyu menyuruh supir untuk membawa koper Senja ke kamarnya, meski dia tidak menyukai Senja tapi Abimanyu tidak mau membuat drama pisah kamar karena itu hanya akan merepotkan saja jika tiba-tiba orang tuanya berkunjung nanti.

Abimanyu mendudukkan dirinya di sofa, dia memejamkan mata dan memijat pelipisnya, kepalanya terasa pusing sekali. Abimanyu kembali membuka matanya ketika dering ponselnya berbunyi. Abimanyu menghela napas berat saat melihat nama Dara di layar ponselnya.

"Hallo.."

"Jadi kamu sudah menikahinya?" dari suaranya jelas sekali jika Dara sedang menangis.

"Maaf,, maafin aku. Aku gak punya jalan keluar lain, aku gak mungkin membantah keinginan Bunda. Tolong kamu mengerti, hanya sampai anak itu lahir dan kita akan kembali seperti dulu"

"Aku gak mau kehilangan kamu Bi"

"Kamu gak akan kehilangan aku, aku janji. Aku cinta kamu Dara, selamanya akan seperti itu"

Perkataan Abimanyu sangat menyakitkan Senja, tentu saja wanita itu bisa mendengarnya karena saat ini dia sedang berada di ruangan yang sama dengan Abimanyu tapi sepertinya pria itu tidak peduli.

"Kamu pasti dengar pembicaraanku barusankan?" tanya Abimanyu pada Senja setelah teleponnya di matikan.

Senja mengangguk tanpa menatap Abimanyu.

"Bagus jadi kamu tau kapan saatnya kamu harus pergi dari kehidupanku" kata Abimanyu dingin.

Senja hanya diam menunduk, menyembunyikan air matanya.

Abimanyu menatap tajam ke arah Senja. "Kamu kan yang sudah menjebakku malam itu?" tudingnya.

Kali ini Senja akhirnya memberanikan diri mengangkat wajahnya lalu menggeleng keras. "Enggak, bukan. Aku gak ngelakuin apa-apa. Aku gak tau apa-apa" bantahnya.

"Lalu kenapa kamu bisa ada di kamar itu?"

"Aku kan sudah bilang, kepalaku tiba-tiba sakit karena itu Mbok Ati membawaku kesana. Lagi pula itu kamar Papaku" jawab Senja.

Abi tersenyum sinis, dia teringat perkataan Dara yang mengatakan jika ada pembantunya yang melihat jika Senja yang sudah memasukkan sesuatu ke dalam minuman Abimanyu lalu perkataan Dara jika sebenarnya Senja diam-diam menyukainya sejak masih kuliah dulu.

"Kamu pikir aku percaya? Maling mana ada yang mau ngaku, apalagi ternyata diam-diam kamu menaruh hati padaku. Cih, benar-benar gak tau diri" dengus Abimanyu. "Dengar baik-baik, jangan pernah berharap aku akan membalas perasaanmu itu"

Senja menggigit bibir bawahnya, menyadari jika penderitaannya akan semakin bertambah bahkan kini semakin buruk dari pada dulu.

Senja memang menyukai Abimanyu tapi dia tidakakan melakukan hal serendah itu dengan menjebak Abimanyu. Bahkan Senja tidakberniat meminta pertanggung jawaban pria itu jika saja Puspa tidak memaksanya,Senja berencana untuk membesarkan anak itu sendiri.






Bersambung


🦂WindaYesung🦂
Jambi, 23 Februari 2019

AKU BUKAN WANITA JALANG ✔️(DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang