Cinta. Lima huruf yang merangkai kata ajaib. Seperti matra, bisa merubah sesuatu menjadi indah atau malah sebaliknya, mengerikan. Cinta akan indah jika mampu menyelaraskan hati dan juga pikiran. Tapi cinta akan menjadi mengerikan saat hati dan pikiran tidak mampu bekerja sama. Saat cinta meninggalkan logika maka akan ada sesuatu yang menjadi korban.
Saat seseorang diperbudak oleh cinta, masih pantaskah rasa itu di sebut cinta? Bukankah hal itu lebih pantas di sebut sebagai obsesi? Terkadang seseorang tidak bisa membedakan antara cinta dan obsesi. Cinta selalu dijadikan tameng dari sebuah obsesi yang bersembunyi di balik bayang-bayang.
Gino mungkin adalah salah satu korban dari budak cinta. Demi cintanya pada Dara Adiva dia rela melakukan apa pun. Seperti keputusannya saat ini, dia akan membantu Dara untuk memisahkan Senja dan Abimanyu. Bodoh memang, jika Abimanyu berpisah dengan Senja dan kembali pada Dara, lalu bagaimana dengan Gino? Bukankah dia hanya akan menjadi bayang-bayang saja? Beginilah jika mencintai tanpa menselaraskan otak dan hati.
Gino menyeringai ketika melihat Senja datang ke kantor Abimanyu. Kebetulan Gino juga sedang berada di sana untuk membahas kerja sama perusahaannya. Gino berpikir jika ini kesempatannya untuk melancarkan misinya.
"Senja" panggil Gino.
Senja yang hendak masuk ke dalam lift menoleh saat seseorang memanggilnya. Dahinya berkerut heran saat melihat Gino yang memanggilnya.
Gino sudah berdiri di samping Senja. "Kamu mau ke ruangan Abimanyu?" tanya Gino.
"Iya" angguk Senja.
"Sama kalau gitu, aku juga mau ketemu Abi. Barengan ya" ajak Gino lalu menggenggam tangan Senja masuk ke dalam lift.
Senja kaget lalu segera melepaskan genggaman tangan Gino.
"Maaf" ucap Gino tapi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan penyesalan.
Senja tidak begitu menghiraukannya.
Gino melihat paper bag yang di bawa Senja. "Itu apa?" tanya Gino.
"Oh ini, makan siang buat Mas Abi. Tadi dia minta diantarin ke kantor makan siangnya" jawab Senja.
"Hubungan kamu sekarang dengan Abi sudah membaik?" tanya Gino. Senja hanya tersenyum menjawab pertanyaan Gino.
"Gak nyangka ya, kamu yang udah naksir Abi sejak kuliah dulu akhirnya bisa jadi istrinya juga" kata Gino.
"Kamu tau dari mana?" tanya Senja kaget.
Gino tersenyum. "Ya taulah, aku kan sering merhatiin kamu pas kuliah tapi kamunya aja yang gak pernah peka"
Belum sempat Senja menanyakan maksud perkataan Gino, pintu lift sudah terbuka lebih dulu. "Kamu gak mau keluar?" tanya Gino yang melihat Senja masih terdiam di dalam lift.
Tersadar, Senja pun segera keluar dari dalam lift. Dia berjalan bersisian dengan Gino menuju ruangan Abimanyu.
Abimanyu tampak heran melihat Senja datang bersama Gino, keduanya juga tampak akrab. "Kalian kok bisa barengan?" tanya Abimanyu.
Baru Senja akan menjawab, Gino sudah bersuara lebih dulu. "Ya bisalah, apa sih yang gak bisa di dunia ini"
Jawaban Gino terasa sangat menyebalkan di telinga Abimanyu, harusnya Gino tinggal jawab saja yang jelas, bukannya berkata aneh seperti itu. Entah kenapa Abimanyu selalu merasa tidak suka jika ada lelaki lain di sekitar Senja. Abimanyu hanya menegaskan jika ini bukan pertanda cemburu. Hanya sekedar tidak suka.
"Ini Mas, makan siangnya" Senja memberikan paper bag berisi kotak makan siang untuk Abimanyu. Sekarang Abimanyu sudah bisa makan makanan selain semur ayam tapi harus Senja yang memasak jika tidak dia pasti akan memuntahkan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BUKAN WANITA JALANG ✔️(DITERBITKAN)
Chick-LitHidup sebagai putri seorang mucikari membuat Senja Kirana sering kali mendapat hinaan dari orang-orang di sekitarnya tapi dia berusaha tabah dan ikhlas menjalani kehidupannya. Senja tidak malu memiliki ibu seperti Puspa walau dia tidak menyukai prof...