Part 25

152 20 3
                                    

Sudah setiap hari Ais diantar jemput oleh Nues. Walaupun begitu, banyak yang belum menyadari hubungan mereka, hanya Luna dan Sasha yang tahu. Itupun karena kejelian Luna sendiri dan akhirnya Ais mengaku. Tapi, untuk hari ini Ais berangkat sendiri karena ia yang memintanya sendiri. Sebenarnya ia tidak enak bila harus diantar jemput oleh Nues terus menerus tapi mau bagaimana lagi, lelaki itu kan susah untuk dibilangi.

Ponsel Ais berdering saat ia tengah merebahkan tubuhnya di tempat sholat karena kantor yang ia tempati sekarang lebih kecil daripada kantor pusat. Hanya sebuah ruko yang terdapat kamar mandi, dan ruangan kerja yang dikasih pembatas untuk tempat sholat. Ngajar dua jam membuatnya lelah.

"Halo, Pak. Ada apa?" Ais bangkit dari rebahannya.

"Kamu ada jadwal kosong, gak?"

"Ini lagi gak ngajar. Jadwal kosong. Ada lagi jam dua belas."

"Ya udah kamu tunggu di kafe depan kantor kamu. Aku bakal nyusul kamu di sana. Kita ketemuan di sana." Nues langsung mematikan ponselnya.

Ais menggerutu. Belum sempat ia mengatakan sesuatu Nues main mematikan teleponnya saja. Gadis itu menghubunginya kembali.

"Halo, Sayang, ada apa? Kangen?"

Ais memutar kedua bola matanya dengan malas. Dasar lelaki penggombal.

"Pak, saya lagi di kantor cabang yang ada di Ngronggo."

"Lah, kok bisa?"

"Ya bisa. Makanya jangan asal matiin telepon."

"Ya udah aku samperin kamu di sana aja, ya?"

"Saya sharelock."

Ais mematikan teleponnya dan mengirim alamat tempat mereka akan bertemu. Kembali memakai sepatu dan berkaca untuk melihat penampilannya.

"Lo udah makan belum?" tanya Ais ke staf yang menjaga kantor tersebut. Hari ini ia dipindah sementara selama satu hari karena instruktur yang di kantor cabang sedang sakit jadi tidak bisa masuk.

"U--." Ais langsung memotong jawaban dari staff yang bernama Febri itu.

"Lo belum makan, kan? Gue mau nyari makan. Lo mau gue beliin nasi Padang, gak?"

"Gak usah, Mbak. Gak pa-pa, kok. Nanti aku bisa beli sendiri. Tolaknya dengan rasa sungkan.

"Udah gak usah sok gak enak. Ntar gue beliin. Mau lauk apa?"

"Apa aja deh, Mbak. Aku suka semuanya, kok."

"Kalo gitu gue keluar dulu. Kalo ada apa-apa telepon gue aja. Gue cuma makan di deket sini." Ais melangkahkan kakinya. Ia memilih jalan kaki karena lokasi yang ia maksud cukuplah dekat. Hanya masuk ke gang sekolah saja. Saat ia sudah sampai di lokasi, tampak seorang lelaki tengah menunggunya.

"Bapak udah lama?" Ais melabuhkan duduk di depan lelaki itu.

"Baru nyampe juga, kok. Kamu mau pesen apa?"

Ais membolak-balikkan menu. Banyak sekali pilihannya dan itu membuat Ais bingung mau memesan apa.

"Rice bowl hot spicy sauce aja," pungkasnya.

"Minumnya iya enggak? Atau mau berdua sama aku?" goda Nues yang terus menatap Ais.

Ais memandang Nues tak suka. "Teh poci leci."

"Kamu tunggu bentar, aku pesenin."

"Oh, iya, kamu kok bisa pindah di sini? Kenapa? Sejak kapan? Terus sampai kapan? Netap di sini terus apa hanya sementara?" Nues begitu banyak yang ditanyakan membuat kepala Ais mendadak sedikit pusing.

Tender Love (Judul sebelumnya 'ICE')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang