Part 4

220 32 3
                                    

Ais merenggangkan otot tangannya untuk melepas capai yang mendera seluruh tubuh. Hari ini terasa sangat melelahkan. Mungkin karena siswanya banyak yang latihan parkir ditambah cuaca yang begitu terik padahal hari masih pagi. Ia mengambil satu gelas akua di meja staf yang memang disediakan untuk tamu ataupun para siswa.  Meneguknya hingga menyisakan setengah. Ia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan kurang sepuluh menit. Sesuai dengan perjanjian kemarin, Ais pergi ke tempat yang Nues maksud. Ia tidak mau menjadi orang yang ingkar terhadap janji. Ia ingin segera menuntaskan urusannya dan berhenti bertemu dengan pria menyebalkan itu.

"Loh, Mbak Ais, mau ke mana?" tanya Sasha yang sempat melihat kelebatnya.

"Ada urusan. Ntar, sebelum jam dua belas gue udah balik lagi." Tanpa menunggu jawaban dari Sasha, Ais langsung melesat pergi.

Tidak membutuhkan waktu lama, Ais sudah sampai di depan Dealer Aries Motor.  Memang lokasi antara tempatnya bekerja dengan dealer tersebut tidaklah jauh. Hanya saja, ia harus melewati tiga traffic light. Itu yang membuat cukup lama.

"Akhirnya kamu dateng." Ais terlonjak saat ada suara dari belakang. Ia menoleh dan mengembuskan napas kasar. Di belakang sudah ada Nues yang berdiri dengan seulas senyum.

"Saya bukan orang yang suka ingkar janji," sahutnya. Ais menoleh ke semua arah. Mencari keberadaan motor Nues, tapi tak menemukannya.

"Motornya udah aku masukin," ucap Nues yang sadar akan apa yang Ais cari. Gadis itu hanya mengangguk dan berjalan masuk untuk menunggu motor Nues yang sedang diraba-raba oleh mekanik. Sebenarnya ia bisa memberi Nues  beberapa lembar uang terus menyuruhnya pergi ke bengkel sendiri, tapi ia bukan orang seperti itu. Menganggap semuanya bisa diselesaikan dengan uang. Ia juga yakin kalau pria itu tidak mudah menerimanya begitu saja.

Ais memilih duduk di kursi tunggu. Bersama dengan para customer yang lain. Ia mengeluarkan earphone dari saku dan mulai mendengarkan lagu.

Nues duduk di sebelahnya. Ntahlah Nues sedang apa karena Ais menikmati lagu yang ia putar. Tak memedulikan pria itu. Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi pertanda ada yang menelepon. Ais mendengkus ketika kegiatannya terganggu. Ia melihat siapa yang menelepon, ternyata Yudha. Ia menggeser ke atas tombol berwarna hijau di ponselnya.

"Is, lo ke mana? Kok, lo gak ada di kantor? Gue udah ada di sini, nih." Suara khas yang begitu cempreng, membuat Ais langsung mengurangi volume earphone.

"Keluar. Ngapain ada di sana?"

"Mau belajarlah."

"Sasha gak bilang?"

"Udah di kasih tau, sih, tapi gue pengin ke sini." Ais memutar kedua bola matanya dengan malas mendengar jawaban Yudha. Siswanya yang satu itu sungguh rajin sekali, diliburkan tetap masuk. Good. Bisa menjadi panutan.

"Kenapa lo ngeliburin gue? Gue kan baru aja masuk kemaren ,masa udah diliburin aja? Ntar, kalo gue lupa gimana? Lo ke mana? Lo sakit? Lo kecelakaan? Kamu di mana? Dengan siapa? Sedang berbuat apa? Kenapa lo diem? Jawab dong, Is. Bisu, lo?"

Buset ini anak nyerocos banget kayak kereta lewat nanyanya sampai kepala Ais mendadak jadi migren.

"BERISIK!"

Seketika keadaan di sana menjadi hening. Yudha pun yang ada di seberang telepon juga kaget dan langsung menutup mulutnya. Ia menoleh ke samping. Nues terlihat kaget juga. Kemudian Ais tersenyum kikuk ke semua orang dan melanjutkan teleponnya lagi.

"Ada urusan."

"Is, ntar pulang kerja temenin gue, yuk? Mau, kan? Mau lah." Ajak Yudha sedikit memaksa.

Tender Love (Judul sebelumnya 'ICE')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang