X-tra Part 3

311 22 4
                                    

Jemarinya ia ketuk-ketukkan ke meja. Suara berisik itu bisa saja membuat orang lain terganggu. Untungnya hanya ada gadis itu saja yang ada di dalam ruangan ber-AC di lantai tiga.

"Lah? Tumben ini anak udah dateng?" Ais menoleh dengan malas. Ia sudah tahu siapa yang bersuara.

"Dia kayaknya dapat hidayah, Key, abis keluar. Jadi rajin gak telat gitu," ejek Pak Dani.

"Bisa jadi." Pak Agus ikut mengiyakan. "Udah lama?" tanya pak Agus ke Ais. Mereka berempat berdiri di dekat Ais. Seperti geng anak sekolah sedang menghampiri seorang gadis yang tengah duduk di kelas.

"Lumayan, lah. Boncengan berempat?" Pertanyaan bodoh yang keluar begitu saja dari mulut Ais.

"Berlima sama Luna," sahut Pak Key. Luna yang baru saja datang namanya disebut memasang wajah bingung.

"Kenapa namaku disebut-sebut?" tanya Luna.

"Anak kecil jangan ikut-ikutan. Mending duduk yang cantik. Bapak Guru bentar lagi masuk," canda pak Cahyo. Bapak-bapak yang lain memberi ruang ke pak Cahyo yang mendudukkan Luna di depan Ais, sedangkan gadis itu memasang wajah kesal karena terus disebut anak kecil.

"Mbak Ais ke sini naik apa? Kok, tadi aku gak lihat motornya Mbak Ais di parkiran?" tanya Luna.

Mampus. Ais harus menjawab apa? Masa iya Ais mengatakan kalau ia tadi berangkat bareng Nues. Gak mungkin sekali.

"Tadi gue bareng Juna soalnya dia juga ada perlu sama temennya di kota," jawabnya beralasan. Luna hanya mengangguk.

"Mbak Ais. Apa kabar?" Ais menoleh ke sumber suara. Ais tersenyum paksa ke instruktur yang tengah senyum ke dia. Sedangkan instruktur yang lainnya duduk di depan Ais semuanya.

"Apa kabar, Mbak?" ulangnya sekali lagi.

"Baik." Ais begitu malas jika harus berurusan dengan instruktur yang satu ini. Siapa lagi kalau bukan Wahyu.

"Tambah cantik aja, Mbak, lama gak ketemu," puji Wahyu. Ais tak menyahuti lagi. Ia malah bermain hape. Berbalas chatt dengan Nues.

Pak Jojo memasuki ruangan dengan penampilan yang begitu formal. Mengenakan setelan jas yang tidak pernah karyawannya lihat. Rambutnya tertata rapi dan klimis. Sepatunya mengkilap. Membuat Pak Jojo terkesan lebih muda.

Seulas senyum tercetak di wajah pak Jojo. Pria itu menghela napas sebelum membuka suara.

"Selamat pagi. Sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktu libur kalian dan terimakasih telah berkenan datang."

Pak Jojo memberikan sambutan panjang sekali hingga inti dari apa yang ingin ia sampaikan terucap.

"Saya di sini sebagai manager mengucapkan banyak-banyak terimakasih karena kalian semua mau bekerja bersama saya selama ini."

"Maksudnya apaan nih, Pak?" celetuk lak Key yang menyentil otak para karyawan yang lain kecuali Ais. Benar juga apa yang dibilang pak Key, ada apa ini? Kenapa managernya itu seolah-olah akan pergi? Banyak terkaan yang ada di pikiran karyawan.

Pak Jojo tersenyum sebelum menjawab celetukan pak Key.

"Mungkin selama ini kalian menganggap saya adalah manager sekaligus owner di sini tapi untuk hari ini saya akan memperkenalkan bos kalian yang sebenarnya." Semua pasang mata kaget mendengar pernyataan dari pak Jojo. Jadi, selama ini mereka salah paham? Jadi, bosnya seperti apa? Mereka kira pak Jojo lah pemilik tempat mereka bekerja.

"Silakan masuk, Pak." Pak Jojo mempersilakan Nues untuk masuk. Derap langkah kaki membuat semua pasang mata menoleh ke belakang begitu juga Ais. Gadis itu melihat Nues. Ah, ia bahkan sempat terpana dengan penampilan Nues yang juga begitu formal. Penampilan yang tak pernah gadis itu lihat sebelumnya. Ais kira Nues akan meliriknya lalu tersenyum sesaat, tapi tidak. Pandangan Nues lurus banget ke depan. Tersenyum ke Pak Jojo lalu berjabat tangan. Wibawanya terpancar.

Tender Love (Judul sebelumnya 'ICE')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang