X-tra Part 1

180 18 0
                                    

Gadis itu terus melihat ke arah jam dinding. Sudah sekitar satu setengah jam ia menunggu di ruang tamu, akan tetapi pria yang ia tunggu tak kunjung datang. Kopi yang ia buat pun juga sudah dingin. Terpaksa ia meminumnya karena sayang kalau harus dibuang.

"Assalamu'alaikum."

Ais bangkit mendengar orang mengucapkan salam. la menjawab salam itu lalu membuka pintu.
Tampak Nues yang terlihat begitu kusut. Sedangkan Nues, matanya langsung mengerjap melihat Ais. Baru kali ini ia melihat gadisnya dandan tak seperti biasanya. Terlihat lebih feminim. Bahkan Ais memakai rok pendek selutut.

"Maaf, Non, telat," sesalnya.

"Kamu ketiduran?"

"Enggak, kok," sangkalnya.

"Aku tau kamu ketiduran. Sekarang kamu ke belakang cuci muka sekalian mandi, gih biar lebih segeran." Nues menurut. Percuma juga kan kalau nolak, pasti Ais akan terus memaksanya. la mengikuti Ais. Baru kali ini pria itu masuk ke dalam rumah yang bisa dibilang sangat sederhana ini. Matanya meliar ke segala penjuru. Mengamati setiap sudut ruangan.

"Rumahku memang kayak gini jadi jangan kaget," ucap Ais yang sadar akan arah mata Nues yang ke mana-mana.

"Kayak gini gimana, Non? Simple gini, kok. Rapi dan juga adem. Lebih adem kalau bisa tinggal sama kamu." Ais tidak menangapinya lagi.

"Sekalian keramas." Ais memberikan handuk baru ke Nues yang ia ambil di jemuran dekat kamar mandi.

Usai mengantar Nues sampai di depan kamar mandi, gadis itu menyalakan kompor. Membuat
kopi baru untuk Nues.

"Gitu kan lebih seger. Enak juga dilihatnya," ucapnya lalu menaruh kopi di depan Nues kemudian duduk di sofa yang lain.

"Diminum gih kopinya biar bisa melek."

Nues mengangguk lalu menyesap kopi buatan Ais. Lebih mendingan, sih, daripada tadi waktu ia berangkat ke sini. Sekarang lebih enakan juga  badannya. Nues tersenyum sendiri dengan apa yang kini berputar di otaknya membuat Ais melayangkan pertanyaan.

"Kamu ngapain senyam-senyum sendiri? Masih waras, kan?"

"Rasanya enak kali, ya, Non, kalo pas buka mata yang dilihat pertama kali itu kamu yang udah dandan cantik terus pagi-pagi udah dibikin kopi kayak gini sama kamu."

"Mending kamu habisin kopinya. Gak usah kebanyakan halu," judesnya. Ais tahu betul bagaimana  ucapakan Nues kalau ditanggapi. Bisa melantur ke mana-mana.

"Maaf, ya, Non, telat. Tadi aku emang ketiduran," ucapnya sembari menaruh gelas kopi di meja. Dari tadi malam pria itu belum tidur sama sekali karena harus menyelesaikan pekerjaannya ditambah ada rapat pagi tadi secara online membuatnya tak bisa istirahat. Usai rapat selesai, ia berniat hanya rebahan, tapi malah kebablasan. Kalau saja tidak dingatkan oleh pak Andre, pasti ia belum bangun dan membiarkan gadisnya menunggu lebin lama lagi.

"lya, gak pa-pa, kok." Ais mencoba mengerti karena tak biasanya Nues telat, jadi mungkin tadi pria itu benar-benar lelah sampai ketiduran. "Lain kali gak usah keburu-buru kayak gini. Telepon kan bisa. Kalau kamu kenapa-kenapa gimana?"

"Kamu khawatir?" goda Nues. Ais melirik Nues tajam membuat pria itu terkekeh.

"Ibu mertua ke mana?" tanya Nues saat menyadari bahwa rumah gadis itu benar-benar sepi.

"Di rumah sebelah. Diminta buat bantuin bikin kue karena anaknya tetangga mau lamaran nanti malem. Berangkat sekarang aja?" Nues mengangguk. Pria  itu keluar, menunggu Ais yang tadi katanya mau ke kamar dulu buat ganti baju dan juga ambil tas.

"Ayo!" Ajak Ais yang sudah berdiri di sebelah Nues. Pria itu menoleh. la mematung melihat Ais.
Matanya meneliti gadis itu dari atas sampai bawah. Penampilan Ais benar-benar feminim. Make up-nya lebih kelihatan dari biasanya. Rambutnya dibikin bergelombang bagian yang bawah. Gadis tu memakai setelah blouse dan menggunakan flat shoes ditambah tas wanita yang ia sampirkan di bahu. Membuat gadis itu terlihat lebih dewasa dari usianya.

Tender Love (Judul sebelumnya 'ICE')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang