Part 7

138 24 2
                                    

"MBAK AIS!" Ais yang baru saja sampai langsung menoleh dengan begitu heran. Tumben-tumbennya gadis itu berteriak begitu kencang. Kalau Sasha masih bisa dimaklumi. Ini Luna yang teriak.

"Lo udah gak waras teriak-teriak kayak gitu?" tanyanya sinis. Ia melabuhkan duduk di kursi staf. Masih ada jeda untuk istirahat. Ia mengambil satu gelas air mineral, menusuk, dan meneguk hingga sisa setengah. Untung saja kantor sedang sepi kalau ramai, gak tau lagi gimana orang-orang yang melihat tingkah Luna.

"Iish, Mbak Ais, ih!" Luna berdecak kesal.

"Ada bencong nembak lo?"

"Mbak Ais! Luna serius tau." Luna sudah memanyunkan bibir.

"Hm?" Akhirnya Ais berhenti sejenak untuk membuat Luna kesal.

"Tadi, tuh, ada cowok, kan, dateng ke sini tanya-tanya gitu."

"Terus? Lo kepincut sama dia karena dia ganteng?" tanya Ais dengan nada malas. Antara Luna dan Sasha memiliki pribadi yang sama kalau masalah cowok. Mereka akan begitu senang bak mendapatkan durian runtuh kalau yang belajar siswa ganteng.

"Gimana enggak kepincut, Mbak, kalau dia aja cakep banget, mana penampilannya keren banget. Kalo mbak Ais tau, Mbak bakal kepincut juga, deh. Luna yakin banget. Coba kalau Sasha tau, jingkrak-jingkrak pasti."

"Tanya doang?"

"Enggak, lah, Mbak. Dia juga daftar. Malahan jadi siswanya Mbak Ais yang jam empat. Hebatkan saya ngasih cogan?" ucap Luna dengan nada sombongnya.

Ais mencebikkan bibirnya. "Mulai kapan?"

"Ntar sore, Mbak, kalo Mbak liat, saya jamin Mbak Ais tertarik banget. Baru kali ini saya dapet siswa cakepnya kelewat batas. Lee Min Ho aja lewat," ucapnya menggebu.

"Cakep lo sama cakep versi gue itu beda. Bapak-bapak yang ada di gang sebelah aja yang udah tua lu bilang cakep gimana sama yang muda, semua lu anggep cakep kali."

"Mbak Ais!" sungut Luna. Ais hanya ketawa. Ia jadi ingat banget gimana Luna meneriakinya hanya gara-gara ngeliat bapak-bapak dateng ala-ala orang kantoran yang bikin Luna teriak histeris yang katanya keren.

"Kalo ada yang nganter brownis lu terima, lu makan aja gak usah nungguin gue yang penting sisain buat gue." Kadang Luna itu anaknya kelewat sungkan. Dulu Ais pernah order makanan buat dia sama Luna. Bahkan dia gak mau makan duluan sebelum Ais nyuruh dia buat makan. Disuruh pun ia akan nunggu yang nyuruh makan dulu, barulah ia ikut makan. Kalau Ais yang jadi Luna, udah habis itu makanan.

"Makasih ya, Mbak Ais."

"Selow aja. Tadi Mas Kris ngabarin gue, katanya sisa belajar yang kurang dua gak diambil soalnya dia sibuk banget. Lo majuin aja jadwal gue. Kalo ada siswa, sih."

"Siap, Mbak Ais."

"Oh, iya, Mbak Is, masalah challenge untuk semester ini, Mbak Ais kurang sedikit sebenernya."

"Kurang berapa?"

"Kurangnya cuman sedikit, sih, Mbak Ais, tapi saya ragu bisa nyampe apa enggak."

For Your Information guys, di tempat kerjanya Ais itu ada sistem bonusnya juga. Makanya Ais mau ngebut biar bonusnya cair. Lumayan bisa buat nambah-nambah tabungan.

Ais melihat kalender duduk. Menghitung tiap hari harus ngajar berapa jam supaya challenge tersebut bisa ia tembus.

"Ya, udah, Lun, misalkan ada yang nanyain jam enam sore gak pa-pa. Gue siap. Terus nanti Minggu masuk juga gak pa-pa pokok jangan satu bulan penuh."

"Tapi, Mbak Is, kan, gak harus jam enam juga. Itu kemaleman," sanggah Luna.

"Gak masalah, buat jaga-jaga siapa tau nanti target gue kurang. Kalo jam lima didobel, gue gak bisa laporan sama yang bikin skenario hidup. Lu gak usah khawatir. Lo bilang aja sama pak Jojo, gue yakin dia oke-oke aja."

Tender Love (Judul sebelumnya 'ICE')Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang