CHAPTER 9

588 130 11
                                    

Pemandangan musim gugur di Tokyo pertama kalinya membuatku membesarkan mataku. Yang pertama kulihat adalah pepohonan yang berwarna cokelat, langit yang mulai memerah karena senja telah tiba, dan beberapa orang yang berkata dalam bahasa Jepang. Ini merupakan pemandangan yang menarik bagiku karena ini pertama kalinya aku keluar negeri. Sedikit berterima kasih diriku pada Yoongi yang membuatku pergi ke Jepang hari ini.

"Hei, ayo kita berfoto!" seru Yoojung ketika kami baru saja sampai di hotel.

"Kita harus check in dulu, Kim Yoojung," tegur Baekhyun tersenyum melihat gadis itu terlihat bersemangat.

"Ah, ya ya, baiklah," jawab Yoojung lalu menurunkan kameranya dan memasukkannya kembali ke dalam tas jinjing miliknya.

"Ini pakaianmu, Sohyun," ujar Irene kemudian sembari menyodorkan sebuah tas besar padaku sembari tersenyum lalu berbisik, "Yoongi menyuruhku membelikan baju untukmu selama di Jepang, dan itu dengan menggunakan uangnya sendiri."

Aku terdiam sembari menerima tas besar itu perlahan. Kulirik Yoongi yang mulai berjalan masuk ke dalam hotel bersama Kyungsoo dan Baekhyun.

"Ya, Yoongi itu definisi pria romantis. Aku sampai tersenyum sendiri membayangkan wajahnya saat meminta tolong kami membelikan pakaian untukmu!" ujar Yoojung kemudian tersenyum lebar.

Hah... mereka berlebihan. Yoongi tidak akan mungkin seperti itu. Aku menghela nafas kemudian, sebelum aku merasa mual karena digoda mereka berdua, "Ayo ke dalam."

Hotel ini merupakan hotel bintang lima yang paling mewah di Tokyo. Ya, perusahaan Kim sendiri merupakan perusahaan desain terbesar lainnya di Korea Selatan yang berpusat di daerah Gangnam. Kami pun masuk ke dalam kamar kami masing-masing karena perusahaan Kim itu memberikan kami fasilitas satu kamar satu orang. Benar-benar perusahaan bonafit!

Aku menghempaskan tubuhku di kamar hotel dengan fasilitas berkelas ini. Mimpi apa aku bisa menikmati hal seperti ini selama empat hari? Lamunanku buyar ketika aku ingat sedang menggunakan jaket milik Yoongi. Ah... aku harus mengembalikannya pada pria itu. Usai mandi dan bersih-bersih, aku pun melangkahkan kakiku menuju kamar Yoongi yang ternyata satu lantai denganku.

Di depan pintu kamarnya, aku mengangkat tanganku bersiap untuk mengetuk pintu. Namun tiba-tiba nyaliku ciut. Aish! Kenapa juga aku harus mengembalikannya sekarang?! Aku bisa memberikan jaket ini ketika akan keluar pertemuan misalnya.

Ah, tidak. Aku harus mengembalikannya sekarang. Aku tidak suka menyimpan barang orang lain terlalu lama karena aku ini pelupa. Apalagi ini barang milik Yoongi. Jika hilang, mungkin aku akan berkelahi dengannya lebih parah dari kemarin. Aku memang tidak masalah jika harus ribut denganya karena itu takdir kami. Tapi aku hanya ingin hidup tenang paling tidak untuk beberapa minggu ini. Aku pun mengetuk pintu kamarnya, dan aku terkejut pintunya terbuka tiba-tiba. Ia tidak menguncinya?

"Yoongi?" panggilku dari luar dan menatap celah pintu. Bersiap-siap siapa tahu Yoongi mengusiliku lagi kali ini. Tidak ada sahutan, akhirnya aku memberanikan diri membuka daun pintu lebih lebar lagi. Kosong. Itu yang kulihat pertama kali di dalam kamar pria yang cukup besar ini.

"Baiklah. Aku akan meletakkan jaket ini di tempat tidurnya lalu pergi dari sini," gumamku kemudian. Belum jauh aku melangkah, pintu kamar mandi terbuka dan aku terkejut bukan main saat kulihat Yoongi bertelanjang dada, dan hanya mengenakan handuk di bagian bawah.

"YAK!!" seruku kemudian langsung berbalik.

"Yaa, apa yang kau lakukan di kamarku, eoh?!" seru Yoongi yang tidak kalah terkejutnya denganku.

Sial, sial, sial!! Kenapa jantungku berdegup tidak karuan?!

"A-aku ingin mengembalikan ini," ujarku menyerahkan jaket itu tanpa menghadap dirinya. Kurasakan Yoongi meraih jaket itu.

Snow & Fire ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang