PROLOG

2.3K 179 18
                                    

Hidup kami bagaikan suhu tanpa angin. Panas dan dingin. Tidak pernah bertemu dan saling bertolak belakang. Bahkan jika bertemu, harus ada orang lain yang mendampingi. Karena jika tidak, kami bagai menciptakan topan dahsyat karena perbedaan yang cukup signifikan.

Hidup kami bagaikan air dan minyak, tidak pernah menyatu, dan aku selalu menjadi air. Selalu di bawah. Dan dia, selalu menjadi minyak. Penyebab masalah karena ia bisa menghancurkan sesuatu jika sudah menyulut sebuah api.

Hidup kami bagaikan bulan dan bintang. Aku selalu menjadi bulannya, hanya terlihat jika bintang besar menyinari. Dan dia, selalu menjadi bintangnya. Selalu terlihat orang lain, dan selalu menjadi populer. Tanpa ia sadar, siapa yang memberikan keindahan lebih banyak kala kegelapan menyingsing.

Dan...

Hidup kami,

Tidak ubahnya bagaikan salju dan api.

Dingin satu sama lain bagai turunnya salju yang membatasi pemandangan kami, dan bagai api yang panas, saling membenci dan membara akan amarah kala kami berjumpa. Ketika aku berusaha menjadi api yang menghangati dinginnya hari, ia selalu mengalahkanku. Ia menguasai seluruh kehidupanku dengan hembusan angin yang menusuk kulit hingga tulangku.

Jika aku diberi ribuan peluang terkecil di dunia, aku ingin bertemu dengannya dengan peluang satu banding satu juta karena kemungkinan yang sangat kecil.

Namun di peluang kecil itulah, dunia mempertemukan lagi aku dan dia.

Aku siap mendaki gunung Everest jika hal itu bisa membuatku menjauh dan membuatnya menghilang dari hidupku.

Tapi...

Aku lebih baik tenggelam di Segitiga Bermuda dari pada harus jatuh cinta padanya...









6 September 2018

Snow & Fire ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang