"Menikah denganku ... bagaimana menurutmu?"
Aku hanya bisa diam tanpa bisa untuk menjawab. Pertanyaannya terlalu random bagiku. Namun beruntunglah situasinya bisa berubah ketika aku menyadari kami sebentar lagi sampai di halte bus. Dengan cepat aku menekan tombol berhenti di dekat kaca, membuyarkan tatapan Yoongi padaku.
"Sudah sampai. Ayo turun!" ajakku sembari tersenyum kaku kemudian berdiri lebih dulu, membuat Yoongi akhirnya ikut berdiri karena ia duduk di pinggir. Aku pun melangkah lebih dulu, meninggalkan pria itu, berharap apa yang ia tadi bicarakan tidak dibahas lagi.
"Aku pulang duluan," kataku pada Yoongi ketika menapakkan kaki pada halte bus.
"Mau aku antar?"
"Tak usah! Aku bisa sendiri!" jawabku sambil tersenyum kikuk. Dengan cepat aku melangkah pergi meninggalkan Yoongi kemudian. Untunglah Yoongi tidak mengejarku.
Mati-matian aku menghilangkan perasaan berdebar yang singgah di hatiku. Apakah pria itu barusan melamarku?!
Hei, ingat, kami masih kuliah! Bagaimana bisa ia mengatakan hal itu padaku?!
Ketika aku sudah dekat dengan flat milikku, langkahku terhenti kala kulihat Jungkook sedang berada di sana. Pria itu sedang duduk di dekat tangga, dan berdiri dengan cepat ketika melihatku.
"Kau dari mana saja?" tanya Jungkook.
"Kau sedang apa di sini?" tanyaku balik.
"Aku menunggumu..."
"Dari tadi pagi?!" seruku yang dijawabnya dengan anggukkan.
"Astaga, kenapa kau tidak mengabariku sama sekali?!" ujarku. Entah mengapa aku merasa bersalah kepada Jungkook. Pria itu malah tersenyum padaku.
"Aku takut mengganggumu. Jadi aku putuskan untuk menunggumu saja di sini," jawabnya.
"Masuklah dulu," ujarku. Pria itu kemudian mengekori langkahku untuk masuk ke dalam tempatku.
"Ada apa?" tanyaku tanpa basa-basi padanya. Rasa kesalku pada pria ini masih ada. Tapi tak tega juga jika harus mengusirnya.
"Aku minta maaf, Sohyun," kata Jungkook, "Sungguh, aku bisa gila lama-lama jika kau terus mendiami aku seperti ini."
Kulihat wajahnya yang terlihat putus asa. Aku pun menghela nafas kemudian.
"Aku sudah tak marah lagi padamu. Tapi tolong. Jika kau masih ingin mempertahankan hubungan kita, jangan bersikap posesif padaku," jawabku.
Jungkook mendekat kemudian ia menggenggam jemariku, "Aku hanya cemburu, Sohyun. Aku cemburu karena kau dan Yoongi menghabiskan waktu bersama-sama. Maaf jika aku jadi posesif padamu."
"Percayalah padaku, Jungkook. Aku tidak menganggap Yoongi lebih dari teman kerjaku," kataku.
Pria Jeon itu tersenyum senang, kemudian ia memeluk tubuhku. Tentu saja aku terkejut, tapi aku hanya bisa diam saja. Aroma maskulin darinya menyeruak begitu saja di indra penciumanku.
"Terima kasih, Hyun-ah," jawabnya senang.
"Aku ingin istirahat," ujarku kemudian melepaskan pelukan tersebut. Jungkook tersenyum manis padaku kemudian.
"Eoh. Baiklah. Istirahatlah. Besok pagi aku jemput ya untuk kuliah?" ajaknya. Aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum tipis. Jungkook pun pamit setelah aku menyetujui ajakannya. Tak lupa sebuah kecupan di keningku.
"Selamat sore, Sayang," pamitnya padaku. Sementara aku hanya bisa tersenyum tipis melihatnya pergi dari flat milikku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow & Fire ✔️
RomanceJika hidup memiliki banyak peluang yang bisa dilakukan, aku akan memilih peluang bertemu dengannya satu banding satu juta! Di mataku, dia adalah seorang parasit. Sosok dingin menyeramkan yang selalu ingin menang sendiri dan memanfaatkan orang lain...