Aku berjalan cepat menuju ruang kerja dengan emosi yang menyelimutiku. Tujuan utamaku adalah Kim Taehyung yang saat ini sedang duduk di kubikel kerjanya.
"Kim Taehyung," panggilku dingin, langsung menghampiri meja kerjanya, membuat kami jadi pusat atensi beberapa orang.
"Oh, selamat siang, Sohyun. Ada apa?" tanya Taehyung.
"Kita harus bicara," ucapku, "empat mata."
Taehyung pun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, kemudian ia mengikutiku keluar dari ruang kerja.
"Kau mau membicarakan apa sampai harus mengajakku ke tempat yang sepi seperti ini?" tanya Taehyung ketika kami sampai di koridor yang cukup sepi. Aku lantas menoleh ke arah Taehyung dengan rasa kesal yang memuncak.
"Kau gila, ya?! Bagaimana bisa kau mencuri ide Yoongi untuk lomba desain itu?!" labrakku.
"Wah, wah ... pagi-pagi jangan marah-marah. Nanti cantiknya hilang," kata Taehyung yang membuatku semakin tambah kesal.
"Berhentilah main-main, Taehyung. Aku bisa menuntutmu mencuri ide tersebut dari Yoongi!"
"Apakah kau punya buktinya?" tanya Taehyung dengan tenang, dan seketika membuatku bungkam. Pria itu melanjutkan, "Jika kau tidak punya bukti, aku bisa menututmu atas pencemaran nama baik."
"Kuperingatkan kau, Taehyung, jangan pernah ganggu Yoongi! Kenapa kau selalu berusaha menghancurkannya dengan cara yang tidak terpuji seperti ini?! Apakah belum cukup kau menghancurkan impian Yoongi saat SMA dulu?!" kataku.
"Ah ... kau tahu dari mana? Dia cerita padamu?" tanya pria itu yang sialnya terlihat sangat santai sekali seolah-olah hal itu bukanlah masalah besar baginya.
"Tidak perlu tahu dari mana aku bisa tahu akan hal itu, tapi yang jelas itu bukan dari Yoongi!"
Pria itu mendengkus lalu tersenyum miring. Terlihat dari wajahnya kalau Taehyung kini kesal, "Aku heran ... kenapa kau, bahkan semua orang sangat menyukai pria itu? Dia tidak terkenal dan bahkan tidak menarik sama sekali!"
Aku menghela napasku lalu tersenyum tipis, "Kuberitahu satu hal. Aku dulu pernah suka padamu, Kim Taehyung."
Pria di hadapanku terlihat terkejut hingga ia sedikit membesarkan bola matanya.
"Aku mengagumimu karena kemampuanmu dalam bermain basket, dan saat bersamaan, aku membenci Yoongi karena beberapa hal yang terjadi di antara kami. Aku melakukan hal itu sampai aku kuliah dan akhirnya bertemu lagi dengan Yoongi. Kau menjadi salah satu orang yang kuhindari, karena aku patah hati waktu itu," ujarku lagi. Aku lantas tersenyum lebih lebar dan menatap Taehyung sinis.
"Tapi tak mengapa. Sekarang aku bersyukur sudah tidak menyukaimu lagi karena aku tahu, kau tidak lebih baik dari Min Yoongi. Maka dari itu, aku menyukai Yoongi lebih dari apa yang kau pikirkan, Kim Taehyung. Setidaknya, dia bukan pria brengsek sepertimu."
Aku lalu berjalan pergi meninggalkan Taehyung setelah berkata seperti itu. Aku puas karena telah mengatakan semuanya tanpa harus merasa terbebani lagi setelah ini. Hanya saja, aku memang harus lebih berhati-hati pada Taehyung karena pria itu mungkin akan melakukan sesuatu.
Aku menghempaskan tubuhku ke meja kerjaku yang terasa asing. Ya, aku masih merasa tidak nyaman bekerja di sini dan aku merindukan tempat kerjaku yang lama. Aku rindu bekerja dalam tim kecil yang sangat menyenangkan itu. Di tambah, aku rindu pada Min Yoongi.
Ah ... memikirkan masalah tadi membuatku benar-benar tidak bisa fokus. Yoongi tadi pagi menemuiku di kampus dan mengatakan bahwa idenya telah dicuri oleh Taehyung dengan menunjukkanku detail karya yang akan dikirim Taehyung. Tentu saja, aku ikut murka melihatnya. Aku terus terpikir bagaimana caranya bisa membantu Yoongi yang dengan terpaksa mengirimkan karya yang sama itu untuk perlombaan. Sebuah pesan masuk ke gawaiku, membuat atensiku terpecah dan segera membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow & Fire ✔️
RomanceJika hidup memiliki banyak peluang yang bisa dilakukan, aku akan memilih peluang bertemu dengannya satu banding satu juta! Di mataku, dia adalah seorang parasit. Sosok dingin menyeramkan yang selalu ingin menang sendiri dan memanfaatkan orang lain...