Mulmed direkomendasikan. Atau bisa dengar dari musik kalian masing-masing, Army! ^^
Happy reading! (\_(^_^)_/)"Besok kita akan mengadakan rapat dengan Leon Corp mengenai desain yang kita miliki. Kurasa kalian semua sudah bekerja keras minggu ini," ujar Irene di hari Minggu yang cerah di musim gugur hari ini. Gadis itu nampak berbeda dengan rambut yang dipotong pendek sebahu. Ia terlihat lebih anggun dan cantik luar biasa. Kulihat Kyungsoo—yang tidak suka berekspresi banyak—bahkan terkejut dengan perubahan Irene. Yah, orang cantik memang bebas.
"Ya. Kurasa tim kita siap membawakan ide masing-masing ke perusahaan Leon, yang akan dikirim kembali ke perusahaan Kim," timpal Kyungsoo membaca beberapa berkas di meja sembari merapikan posisi kaca matanya.
Irene menganggukkan kepalanya, "Baiklah kalau begitu. Kuharap kita semua sukses!"
Kami semua bertepuk tangan sembari tersenyum lega. Usaha selama seminggu ini tidak sia-sia. Terutama aku yang masih kesusahan membagi waktu antara kuliah dan bekerja.
Dan seminggu ini juga, aku dan Yoongi tidak banyak bicara seperti sebelumnya. Ia lebih banyak diam tanpa berniat mengomentari apapun yang kulakukan—seperti biasanya—dengan cara yang menyebalkan. Aku dan dia hanya bicara seperlunya. Di kampus, aku bahkan tidak bertemu dengannya seminggu ini.
"Baiklah. Rapat sekian. Kalian bisa kembali bekerja atau beristirahat," ujar Irene. Gadis itu pergi keluar bersama dengan Kyungsoo, begitupun kami yang kembali ke kubikel masing-masing. Aku membuka laptopku dan membuka sebuah aplikasi game tentang mendekor rumah. Dan, yah... ternyata ini menyenangkan. Di atas mejaku pun terdapat beberapa interior mini yang kubuat sedemikian rupa dengan bahan seadanya, mengikuti desain yang kubuat di aplikasi tersebut.
Tidak sia-sia aku membeli game tersebut dengan harga mahal.
Kulirik sedikit Yoongi yang terlihat sedang menggambar sesuatu, lalu ia teralihkan pada layar laptopnya.
Aish...
Entah mengapa rasanya aku ingin sekali bicara dengannya. Tapi... memangnya aku ingin bicara apa dengannya?!
Tiba-tiba mata Yoongi bergerak ke arahku—karena posisi duduk kami bersilangan—dan membuatku dengan cepat mengalihkan mataku ke laptopku dalam kurun waktu sepersekian sekon.
Semoga ia tidak melihatnya!
Getaran handphone-ku mengalihkan atensiku. Jeon Jungkook. Nama itu terpampang di sana.
"Halo?"
"Chagi, kau sedang apa?"
"Seperti biasa, bekerja. Ada apa?" tanyaku.
"Kau mau temani aku ke bandara hari ini?"
"Bandara? Kenapa?"
"Aku ingin menjemput sepupuku yang baru saja tiba dari Jepang," ujarnya di seberang, membuatku menghela nafas tertahan.
"Baiklah. Kapan?"
"Sekarang, bagaimana? Sekalian kita makan malam bersama."
Aku melirik jam yang sudah menunjukkan pukul lima sore, lalu menganggukkan kepalaku kecil, "Eoh... baiklah." Dengan cepat kumatikan panggilan dan kembali fokus pada pekerjaanku.
Ya.
Aku dan Jungkook berpacaran sekarang. Baru saja seminggu. Perkataan Yoongi waktu itu membuatku berpikir cukup lama, dan akhirnya aku menerima Jungkook menjadi kekasihku.
Well, aku tidak merasakan bahagia atau kesenangan karena mendapatkan seorang kekasih, terlebih lagi itu Jungkook—pria idaman di kampus dan di jurusanku. Entah mengapa, rasanya biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow & Fire ✔️
RomanceJika hidup memiliki banyak peluang yang bisa dilakukan, aku akan memilih peluang bertemu dengannya satu banding satu juta! Di mataku, dia adalah seorang parasit. Sosok dingin menyeramkan yang selalu ingin menang sendiri dan memanfaatkan orang lain...