CHAPTER 29

403 83 7
                                    

"Aku tidak tahu apakah aku bisa membantumu, tapi sedikit sulit menemukan celahnya. Ada alasan kenapa Taehyung ingin merekrutmu sebagai rekan kerjanya. Jika bukan karena kemampuan kerjamu, kemungkinannya adalah ia ingin menjatuhkan Yoongi.

"Soal rencananya, masih perlu diketahui lebih lanjut. Tapi, terima kasih karena kau telah bicara padaku. Kusarankan kau harus lebih berhati-hati jika menghadapi pria itu."

Aku menghela napasku ketika mengingat kembali perkataan Jimin dua hari lalu. Lebih bersyukur lagi karena Jimin adalah orang yang tenang dan bisa diajak cerita. Perasaanku jauh lebih baik, namun aku masih belum bisa memutuskan apa yang harus kulakukan karena Jimin sendiri juga masih ragu.

"Kim Sohyun?"

"Yak, Sohyun!" senggol Kyungsoo, membuyarkan lamunanku. Aku menatap sekeliling, dan langsung merasa bersalah karena satu tim menatapku.

"Ah, maafkan aku, Irene," jawabku, "aku sedang tidak fokus."

Irene tersenyum tipis, "Aku mengerti. Persiapan yang sangat mendadak ini mungkin membuat kalian gugup dan mungkin panik. Tapi kita bisa mengerjakannya bersama-sama. Maka dari itu, aku ingin memberikan pembagian tugas pada kalian."

Irene kemudian memberikan beberapa lembar kertas pada kami. Aku pun mengamatinya, dan itu adalah beberapa jenis desain benda-benda interior. Ada yang perabot rumah tangga, ada yang hiasan rumah, dan lain sebagainya. Aku pun mendapat yang bagian hiasan rumah. Kulirikkan mataku ke arah kertas milik Yoongi. Pria itu mendapatkan desain benda interior.

"Itu adalah pembagian tugas yang bisa kalian kerjakan. Desain kasarnya kutunggu lusa ya. Jika ada kesulitan, kita bisa diskusikan bersama-sama," kata Irene.

"Baik, Sajangnim," jawab yang lain serempak.

"Oke, rapat bisa kita selesaikan. Silakan kembali bekerja!" kata Irene menutup rapat dengan senyum yang sangat manis sekali, membuat kami tersenyum juga dan entah mengapa semakin bersemangat. Ah ... dia memang atasan yang sangat keren!

"Mau makan siang bersama, Sajangnim?" ajak Baekhyun menatap Irene.

"Aku ingin sekali ikut," kata Irene, "tapi ada hal lain yang harus dikerjakan. Kalian saja." Gadis itu tersenyum lagi lalu berjalan masuk ke dalam ruangannya.

"Ah, baiklah. Bagaimana kalau kita—"

"Aku belum lapar," kata Kyungsoo yang terlihat fokus pada lembar tugasnya.

"Aish, kau selalu saja menolak ajakanku!" kata Baekhyun, "jadi kita berempat saja?"

"Maafkan aku, Sonbae. Aku harus mengerjakan hal lain," kata Yoongi kemudian ia bangkit berdiri dan pergi meninggalkan kami. Aku menatap Yoongi yang hari ini benar-benar dingin. Ia hanya menatap Baekhyun dan Yoojung, tapi ia tidak sama sekali melihatku.

Apakah ia marah padaku?

"Ayo, kita bertiga saja!" ajak Yoojung, "Sohyun, jangan bilang kau tidak mau ikut juga."

Aku tersenyum tipis, "Ayo makan. Aku sangat lapar."

Kami bertiga pun akhirnya memutuskan untuk ke kedai makan dekat sini yang bisa ditempuh dengan jalan kaki. Baiklah. Daripada aku merasa tidak enak karena memikirkan Yoongi dan juga soal Taehyung, aku memutuskan untuk makan sebanyak yang aku bisa sekarang.

"Wah, pesananmu banyak sekali," ujar Baekhyun ketika aku selesai memesan dua menu makanan berukuran medium.

"Aku sangat lapar dan butuh energi," jawabku.

"Tidak seperti biasanya kau makan banyak. Apakah kau sedang ada masalah?" tanya Yoojung. Seperti biasa, gadis ini selalu peka terhadap sekitarnya.

Snow & Fire ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang