Insomnia membuatku tidak bisa tertidur dengan baik malam ini. Entah mengapa, aku juga tidak tahu. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari di Tokyo. Dan... yah, aku sungguh lelah sekali tapi mataku tidak mau berkompromi untuk terpejam. Kulangkahkan kakiku berjalan ke balkon hall di lantai hotel tempat kamarku berada. Angin dingin menusuk tubuhku langsung. Bersama sebuah laptop dan buku tebal dari Prof. Sehun, aku mulai mengerjakan tugasku kembali.
Ah... sial, kenapa tubuhku rasanya remuk redam. Dengan lesu, aku berjalan untuk menyambungkan daya laptopku ke sumber listrik. Salahkan diriku yang merusak baterai laptop sehingga membuatnya menjadi seperti komputer—yang harus tersambung ke listrik, tentu saja.
Aku pun mengerjakan tugas tersebut separuh hati dan lambat sekali. Kulirik waktu kembali dan terlonjak ketika tahu sekarang sudah pukul setengah lima pagi. Aku baru saja dapat delapan slide!
"Oh, Tuhan! Aku benar-benar butuh tidur!" seruku sembari menjambak rambutku kesal. Aku merebahkan kepalaku kemudian di atas meja, berharap aku bisa segera tidur. Aku menyesal tidak membawa obat tidur. Well, aku memang bukan pengidap insomnia akut. Hanya saja beberapa kali dalam dua minggu.
"Sedang apa kau di sini?" seseorang tiba-tiba mengejutkanku. Dengan cepat aku mengangkat kepalaku dan melihat Yoongi sedang berdiri di dekat pintu keluar.
"Tidak perlu kau tahu," jawabku.
"Ah... tugas?" tanyanya sembari menaikkan sebelah alisnya yang membuatku tampak kesal.
"Menurutmu?" tanyaku ketus.
"Kupikir kau iseng berada di sini di jam seperti ini," jawab Yoongi sembari menaikkan salah satu sudut bibirnya. Aku pun lebih memilih diam dan tidak menjawab.
"Tidak penasaran kenapa aku berada di sini juga?" tanya Yoongi.
Aku pun mengabaikannya dan mencoba terlelap kembali di atas meja. Terdengar langkah kaki kemudian, dan suara kabel yang terlepas. Dengan cepat aku mengangkat kepalaku kembali, dan...
"MIN YOONGI!! KENAPA KAU MENCABUT KABEL LAPTOPNYA?!"
Yoongi membuka mulutnya terkejut dan melihat ke arah kakinya. Di sana tergeletak kabel penghubung daya, dan tentu saja... laptopku dengan kejamnya padam begitu saja, mengingat fakta bahwa aku belum MENYIMPAN data tugasku!
"Ini gelap! Aku tidak melihatnya," jawab pria itu.
Demi plankton dan jenis-jenisnya, kenapa nasibku sial sekali?!
"Jangan bilang kau belum menyimpan datanya..."
"Tentu saja belum, bodoh! Aku terlalu lelah untuk memperhatikan hal itu! Aish!"
"Ah..." gumam Yoongi, "Maafkan aku."
"Mudah sekali untukmu minta maaf, eoh?! Kau tahu betapa menderitanya aku tidak bisa tidur malam ini dan merelakan diriku untuk mengerjakan tugas?"
Aku mengacak rambutku kasar dan meringis. Ingin sekali aku menangis sekarang.
"Hei, aku sudah minta maaf. Aku akan membantumu," ujar Yoongi mendekat setelah mengambil kabel laptop yang tergeletak di lantai. Ia akan menyentuh laptopku sebelum aku meraihnya lebih dulu dengan kasar, beserta kabel yang kurebut paksa dari tangan Yoongi.
"Beginikah kau bersikap pada orang yang mau membantumu?" tanya Yoongi kemudian.
"Jangan ganggu aku lagi," ujarku kemudian berjalan meninggalkan Yoongi dengan langkah gontai dan penuh emosi. Sesampainya di kamar, aku meneteskan air mata karena kesal.
"Aku sungguh membenci pria itu!" kesalku kemudian.
~o~
"Sohyun!" panggil Yoojung yang samar-samar terdengar di depan pintu kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow & Fire ✔️
RomanceJika hidup memiliki banyak peluang yang bisa dilakukan, aku akan memilih peluang bertemu dengannya satu banding satu juta! Di mataku, dia adalah seorang parasit. Sosok dingin menyeramkan yang selalu ingin menang sendiri dan memanfaatkan orang lain...