03; Occursum

2.8K 485 9
                                    

Dalam satu hari di dunia ini, terdapat jutaan kisah yang tengah mengalir. Alir yang deras, membuat setiap orang mabuk saat menjalaninya. Tapi, kisah apa yang tengah Jeongin hadapi kali ini?

Minhyun---laki-laki berkulit putih itu seolah menjadi penghantarnya ke neraka. Sayangnya, neraka itu tidak berujung dan tidak akan pernah memiliki ujung. Jeongin tahu kalau ia akan merasakan neraka ini, entah dalam kurun waktu berapa lama.

Sejak Minhyun menjelaskan tentang banyak hal---walau 90% penjelasannya berisi tentang seseorang bernama Hwang Hyunjin---kepala Jeongin seolah ingin pecah. Dalam otaknya, benar-benar tidak ada kelogisan untuk menerima semua ucapan Minhyun. Sial, hatinya berkata lain. Mungkin ucapan Minhyun benar? Jeongin merutuki dirinya sendiri.

Dunia itu mereka sebut dengan Amissa. Jeongin bertanya-tanya, Amissa memiliki arti “tersesat” dalam dunia ini. Amissa adalah bahasa latin. Jeongin tahu hal itu pun, karena dulu ia pernah memiliki seorang sahabat yang mengambil jurusan sastra latin. Apa orang-orang di sana tidak memiliki tujuan?

Menurut deskripsi Minhyun, Amissa sama dengan dunia ini. Mereka bergerak di atas bumi yang sama. Mungkin Amissa adalah parallel dari dunia ini. Minhyun bilang, Amissa juga dikuasai oleh pemerintahan. Bedanya, dalam satu dunia, pemerintahan hanya dipegang oleh seorang raja. Jeongin berdecak kagum, terlebih saat ia mendengar bahwa Minhyun dan Hyunjin adalah anak dari raja tersebut.

Minhyun menjelaskan kalau Amissa memiliki rakyat yang makmur, semua orang mencintai keluarga kerajaan---terlepas dari musuh besar kerajaan, seperti penyihir atau yang lain. Semua mahkluk layaknya vampire, troll, atau putri duyung ada di sana. Intinya, semua mahkluk yang hanya pernah kalian dengar di negeri dongeng, ada di Amissa.

Jeongin yang sejak kecil memang menyukai dongeng, perlahan-lahan mulai merasa takjub.

"Aku dan Hyunjin tumbuh besar bersama, tapi ada kesalahan pada diri Hyunjin. Anak itu... Semakin dewasa, tingkah lakunya semakin aneh. Kau tahu? Ada sebuah peraturan tertulis di dunia kami. Serigala tidak boleh meminum darah." Minhyun menghela napasnya panjang. Berat sekali ia mengucapkan semuanya. Bantal peach dengan standar empuk yang dimiliki Jeongin, berhasil membuat Minhyun merasa lebih relaks.

"Dia meminum darah?" Jeongin mengerutkan alis, bertanya-tanya dan berharap kalau alibinya salah. Jeongin tahu betul, cepat atau lambat ia akan bertemu dengan Hyunjin.

Jelas sekali bukan? Jika isi percakapan 90% tentang Hwang Hyunjin, itu berarti Minhyun memang berniat mengenalkannya pada Hyunjin. Aneh sekali, padahal Jeongin baru bertemu dengan Minhyun. Tapi kenapa dirinya harus begitu yakin seperti ini? Kenapa ia percaya kalau dunia aneh dan seseorang bernama Hwang Hyunjin itu memang nyata?

"Lebih buruk lagi... Dia pemakan segalanya," ucap Minhyun sambil menerawang, membayangkan saat-saat ketika ia melihat Hyunjin memakan hidangannya. "Bahkan manusia akan ia makan jika ia ingin."

Jeongin bergidik ngeri. Artinya... Dalam hitungan yang entah keberapa... Jika ia benar-benar bertemu Hwang Hyunjin... Berarti nyawanya tidak akan selamat, bukan? Pandangan Jeongin kosong seketika.

"Kau harus membantuku, Jeongin."

Jeongin terbangun dari lamunan singkatnya. Tatapannya berubah menjadi ketakutan. Tidak. Tidak mungkin ia menyerahkan diri pada Hyunjin. Tindak seperti itu dapat diartikan dengan bunuh diri.

"Aku tahu apa yang akan kau katakan. Untuk itu, dengan tegas aku akan berkata bahwa; aku tidak akan pernah pergi ke duniamu!"

Minhyun tersenyum kecil. Senyum yang tulus, tapi mengerikan bagi Jeongin. Orang ini ingin mengorbankan dirinya.

"Kau adalah satu-satunya obat bagi Hyunjin dan Amissa." Minhyun memperlebar senyumnya. Bibir itu tak lagi membentuk seulas senyum. Kini, bibir itu membentuk seulas seringai.

Minhyun menatap mata Jeongin lekat. Jeongin sedikit salah tingkah, tapi tubuhnya tak bisa bergerak. Bahkan pandangannya tidak bisa ia alihkan.

45 detik---bagai sunset yang tenggelam ke lautan---kedua netra Jeongin juga meredup. Tidak ada lagi cahaya, tidak ada lagi suara. Yang ada hanya kegelapan.

Kegelapan yang benar-benar gelap, tapi segera menemukan penerangnya pada suatu titik.

.
.
.

"Seseorang tolong aku! Aku ketakutan---" Jeongin memeluk tubuhnya sendiri.

Sejak satu jam yang lalu, ia tersadar bahwa ia bangun di antara pepohonan. Ditambah lagi ia berada di tempat itu pada waktu malam.

Lolongan-lolongan hewan malam membuat Jeongin ketakutan. Dimana dia sekarang? Kenapa tak ada seorang pun di sini? Kenapa tak ada yang mendengar suara meminta tolongnya?

Srek! Srek! Semak-semak bergerak, angin berhembus dengan kencang. Jeongin mulai menangis. Jeongin mendengar derap langkah kaki, namun ia khawatir jika yang datang bukan manusia, melainkan hewan buas. Bagaimana jika ia mati di tempat asing ini?

Gggrrrraaaaahhh!!!!!!

Suara teriakan hewan buas semakin terdengar mendekat. Jeongin semakin khawatir. Apa ini adalah akhir kehidupannya?

Jantung Jeongin berdebar semakin cepat. Napasnya menderu tidak karuan. Tepat sebelum Jeongin kehilangan kesadarannya karena rasa takut, ia melihat seorang laki-laki yang justru berjalan lambat ke arahnya. Tatapan mata mereka bertemu, namun laki-laki itu justru pingsan setelahnya.

Jeongin tetap pada tempatnya, membatu dan tidak tahu harus berbuat apa. Jeongin membulatkan matanya, terkejut dengan sesuatu yang tiba-tiba mengaliri pikirannya.

"Hwang... Hyunjin?"

B-bagaimana aku tahu kalau ia adalah Hwang Hyunjin?

•••

seneng banget bisa tepat waktu! but anyway, hope you like it! 🌴

ekspresi Hyunjin; sang serigala peminum darah! ---Jeongin yang kemarin ulang tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ekspresi Hyunjin; sang serigala peminum darah! ---Jeongin yang kemarin ulang tahun.

hbd, semoga darahnya makin enak. ---Hyunjin, yang kemarin lupa ngucapin.

Lupi Frigus; HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang