30; Pugnatum

1.2K 225 13
                                    

hai! sebelumnya aku mau berterima kasih untuk kalian yang baca caution-ku kemarin dan langsung mampir ke Fox's Demon.

it's a bunch of appreciation, thanks a lot!
(╥﹏╥)

double up deh hehe

.
.
.

Debur ombak di pesisir pantai, membawa ketenangan tersendiri bagi dua orang di penghujung alirannya. Seungmin dan Chan hanya duduk termenung, memandang lautan sepuasnya tanpa tahu makna dari kegiatan mereka kali ini.

Hanya untuk menghabiskan sedikit waktu, sebelum Chan benar–benar pergi.

Hingga sebuah suara menginterupsi keduanya. Suara langkah kaki yang terseok, dan decih memaki yang terdengar pelan. Otomatis membuat Seungmin menolehkan kepalanya ke belakang, diikuti dengan Chan karena pria itu penasaran.

Hyunjin berjalan mendekati mereka. Entah apa yang dimaksud, tapi tatapan matanya terlihat tidak bersahabat. Pria itu menyisir rambut panjang sebahunya dengan jemari. Membuat Seungmin tanpa sadar meneguk ludah, merasakan eksistensi Hyunjin yang pernah ada di dalam hatinya. Sehingga secara mengenaskan, ia harus merasa tidak percaya diri.

Apa yang kurang darinya hingga Hyunjin mencampakkannya?

Melihat perubahan raut pada wajah Seungmin, Chan— dengan inisiatif yang begitu tinggi— langsung merapalkan beberapa kalimat di dalam hati. Seungmin sedang tidak baik-baik saja, dia tahu itu. Bahkan kalau boleh dikata, dia lebih tahu kondisi perasaan Seungmin daripada orang lain.

Runtutan kalimat yang diucap Chan dalam batin pun membawa dampak pada air laut yang telah ia punggungi sejak kehadiran Hyunjin. Air menyurut, menjauh sekiranya beberapa meter dari arah mereka. Lalu, dengan tempo cepat dan berangsur-angsur, air itu membuat gelombang tsunami kecil yang akan segera menghantam mereka.

Chan mengeluarkan jari telunjuknya dan membuat pola lingkaran di atas pasir pantai. Sebuah kubah pelindung muncul demi melindunginya dan Seungmin dari kebasahan yang melanda.

Ombak besar itu datang, menghantam tubuh Hyunjin yang tak diberi perlindungan apa pun. Menyerbu tubuhnya tanpa ampun. Namun, walau seperti itu pun, Hyunjin tetap kokoh dengan posisinya. Tidak bergeming barang sesenti pun. Ia tetap menatap sinis pada dua orang di depannya.

"Dengar, aku tahu ini sedikit gila. Aku merasa aroma tubuhmu hanya jiplakan sempurna dari apa yang dikeluarkan Jeongin. Sejenis sinyal untukku, dan kau jelas menyalahgunakan sinyal tersebut." Hyunjin mengomel di tempatnya, tetap kekeuh mempertahankan wajah dinginnya.

Seungmin mengerjap lambat, mencengkram ujung kemejanya yang tidak basah. Menggigit bibir bawahnya sendiri, merasa gugup karena pada dasarnya ini sebuah penyergapan sempurna yang akan meruntuhkan seluruh harga diri serta jaminan keselamatan hidupnya.

"Berhenti mengganggunya," ujar Chan memperingatkan. "Kau bukan satu dari sekian banyak orang yang layak dalam menggunakan kata menyalahgunakan." Ia melirik Seungmin sekilas, melihat betapa ketakutan yang ditampilkan oleh pemuda itu sedikit banyak ikut menakutinya. Bukan. Dia tidak takut pada kenyataan bahwa Seungmin merasa tidak aman ketika ia berada di sebelahnya. "Pulanglah dan aku akan membuatkan eulogi untukmu."

Hyunjin menyeringai di tempatnya, mulai menyeimbangkan kuda–kuda yang telah ia mantapkan. "Aku bisa membuatkan satu yang lebih baik. Khusus untukmu," ucapnya seraya berangsur mengubah dirinya menjadi serigala mematikan.

Perasaannya sedang buruk. Melihat Seungmin dan aroma— baru ia sadari keanehannya— yang sama persis dengan aroma tubuh Jeongin. Bunga sedap malam. Apakah normal ketika mantan kekasihnya, memiliki aroma yang sama dengan jodohnya?

Lupi Frigus; HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang