04; Quiz Est?

2.5K 437 17
                                    

Satu tarikan napas. Astaga! Entah kenapa menarik napas saja rasanya sangat sulit. Laki-laki itu sudah berdiri sejak dua puluh menit yang lalu. Matanya awas, nyaris tidak berkedip sama sekali. Air liur mulai menggenangi mulutnya. Tanpa terasa menetes keluar dari dalam sana.

Hanya ada satu masalah dalam kondisi ini; Hwang Hyunjin kelaparan. Apa daging babi tidak cukup untuk jadi sarapanku? Batin Hyunjin ketika mengendus bau sedap dari tubuh seorang gadis muda.

Gadis itu begitu cantik. Semua orang mengaguminya. Kali ini---sejak Hyunjin mengawasinya---ia sedang tersenyum pada bunga-bunga yang ia siram. Gadis itu pemilik toko bunga.

Hyunjin mulai menyeringai, memikirkan rencana hebat yang akan ia jalani. Ia berjalan, mendekati gadis itu sambil samar-samar mengelap liurnya.

"Oh, h-hai?" Hyunjin menyapa, membuat gadis itu menoleh. "Sebenarnya aku... A-aku suka dengan bunga di tokomu. I-iya, aku suka bunganya!"

Gadis itu mengernyit bingung, memperhatikan tingkah laku Hyunjin yang tampak gugup. "Um, kau suka yang mana? Aku akan merangkainya untukmu."

"Yang ini," ucap Hyunjin sambil menunjuk bunga mawar berwarna biru. "Cantik dan langka. Sama sepertimu, Shin Ryujin." Hyunjin tersenyum, menatap gadis itu lekat-lekat.

Gadis itu tersipu dalam hitungan detik. Salah tingkah. Ryujin berusaha menutupi pipinya yang memerah. Ia meremas celemek kuning yang ia kenakan.

Bagus. Rencana Hyunjin berjalan dengan mulus. Hyunjin tertawa dalam hati. Bagaimana mungkin gadis ini jatuh hati begitu cepat?

"A-anu, aku akan segera merangkaikannya untukmu," ucap Ryujin sambil menunduk. Gadis itu mati-matian menutupi pipi merahnya. Tepat ketika Ryujin beranjak pergi, Hyunjin mencekal pergelangan tangannya.

"Sebenarnya aku menyukaimu." Hyunjin ikut menunduk, sama seperti Ryujin. Perlahan ia menyentuh dadanya, seolah menahan jantungnya agar tidak keluar. "Aku sering memperhatikanmu. Kau... Kau itu sangat mengagumkan. Ah! Namaku Hwang Hyunjin."

Shin Ryujin itu manusia biasa. Ia tidak seperti Hyunjin, dan jelas ia tidak tahu sosok aslinya. Dalam dunia ini... Manusia tidak memiliki kemampuan untuk membedakan---apa orang itu serigala, vampire, atau bahkan yang lain. Dunia itu begitu terbatas untuk manusia. Amissa adalah penggambaran nyata dunia Jeongin pada 1000 tahun silam.

Tidak ada gawai. Tidak ada teknologi. Semua di sini... Benar-benar kolosal. Kalau kalian berpikir Amissa serupa dengan dinasti Joseon, maka kalian salah. Amissa---walau penduduknya menggunakan bahasa Korea---tapi arsitekturnya seperti Eropa kuno.

"Bagaimana kau mengenalku?" Ryujin mengangkat kepalanya, memberanikan diri. Selain karena gugup, hatinya juga mulai tergerak. Siapa pula yang tidak berdebar didekati orang setampan itu?

"Sudah sejak lama. Aku selalu memperhatikanmu dari sana," ucap Hyunjin sembari menunjuk pohon besar dengan bunga-bunga indah di dahannya. Ryujin makin tersipu.

"Lalu kenapa kau menyukaiku? Kenapa harus aku?" Dengan tangan yang masih terpaut, Ryujin kembali bertanya. Hatinya tak karuan saat ini, seperti memaksa untuk keluar dan berlarian di atas bunga yang indah.

"Kau itu sempurna, Ryujin." Hyunjin mendekatkan wajahnya, mengikis jarak di antara mereka.

"K-kenapa... Umph---"

Belum habis kata-katanya, namun bibir tebal Hyunjin sudah mendarat di bibirnya. Ryujin membuka mata lebar-lebar, terkejut. Laki-laki ini terus melumatkan bibirnya, harusnya Ryujin menolak---mengingat fakta bahwa Hyunjin adalah orang asing. Tapi, astaga, Ryujin belum pernah terbuai seperti ini. Gadis itu menutup matanya, perlahan-lahan mulai membalas lumatan bibir Hyunjin.

Lupi Frigus; HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang