31; Reunion

1.4K 238 47
                                    

"Chan bisa membawamu menemuinya."

Tepat setelah kata–kata itu dilontarkan, angin yang mulanya mengamuk pun menghilang dalam sekejap. Digantikan dengan tatapan penuh harap yang dikeluarkan Hyunjin, serta raut tak setuju dari Chan.

"Kau gila!?" Chan memprotes. Membentak Seungmin tanpa disengaja. Terlanjur terseret emosi setelah melihat reaksi Seungmin.

Hyunjin mencampakkannya, merendahkannya seperti sampah tak berguna di jalanan. Lalu kenapa Seungmin tetap membelanya? Mengapa Seungmin seakan tak menghargai usaha Chan ketika pria itu mati–matian berusaha melindungi martabatnya saat ini?

"Chan berasal dari tempat yang sama dengan jodohmu," lanjut Seungmin. Semakin membuat Chan frustasi karena sekarang dia membocorkan informasi yang seharusnya dia pendam sendiri.

Sempurna sudah Seungmin melucuti harga dirinya. Harga diri seorang penguasa lautan yang dijunjung tinggi oleh setiap insan— namun sepertinya tak berlaku bagi Seungmin.

"Kim Seungmin," desis Chan seraya mengerutkan alisnya. Memancarkan kekecewaan di matanya yang tenggelam bagai teritorial miliknya. "Apa aku tidak berharga di matamu?"

Sebagai balasan, Seungmin mengangguk lambat. Tidak yakin. Pertanyaannya begitu ambigu. Berharga tentang apa? Maka, ia mengucapkan maaf berkali–kali. Karena dari keraguannya, Chan sendiri pastinya akan meragukan angguk lambatnya.

"Tunggu, kau yakin dia bisa membawaku?" Selayaknya Hwang Hyunjin yang tak pernah memedulikan orang lain di atas dirinya sendiri, maka ia memastikan pernyataan Seungmin. Bertanya-tanya apakah Seungmin serius dalam ucapannya atau hanya berusaha menghentikan pertempuran ini.

Lengang adalah jawaban yang didapatkan oleh Hyunjin.

Hela napas berat terdengar dari celah bibir Chan. Dengan kepasrahan tingkat tinggi beserta kecewa yang melebur, Chan kembali mengangkat tangannya. Berteriak marah, mengeram entah pada siapa. Dari celah-celah jemarinya muncul air deras yang menjulang ke atas. Ketika butirannya telah mencapai titik tertentu di angkasa, mereka berubah menjadi kristal es yang terlibat begitu indah. Menghambur kembali pada tanah.

Dia ingin mencabik tubuh Hyunjin dengan peluru es miliknya. Atau mungkin dia bisa menghantam pria tengik itu dengan bongkahan es atau bahkan melemparkannya ke dasar Palung Mariana.

Tapi hal itu akan membawa kesedihan di wajah Seungmin, dan dia berupaya untuk tidak melakukan hal itu.

"Dia bisa." Seungmin menegaskan. Ia memaksa tubuhnya untuk berjalan mendekat ke arah Chan. Kemudian mengelus pundaknya, berusaha memberikan ketenangan. Setelah beberapa saat, Chan menoleh ke arah Seungmin. Pemuda itu tersenyum meyakinkan, "kau bisa. Aku mempercayaimu."



"Bisa hentikan tingkah mesra kalian? Aku muak melihatnya," ucap Hyunjin datar, walau sebenarnya ia tak bisa menyembunyikan wajahnya yang lega. Pada akhirnya, dia bisa menemui Jeongin. Kembali pada pelukan bocah imut itu. Menghilangkan segala stress yang melanda hanya dengan memandang wajahnya.

Mendengar hal itu— terutama pada kata tingkah mesra— Chan diam-diam memalingkan wajah dari hadapan Seungmin. Salah tingkah. Si tabib manis juga melakukan hal yang sama. Ikut mengedarkan pandangan ke segala arah, yang penting tidak bertemu pandang.

Chan terbatuk perlahan. "Satu syarat dan kau tidak boleh melanggarnya. Aku akan membantumu. Karena S–Seungmin yang meminta." Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Apa saja."

"Minta maaf. Tak perlu yang hebat, sederhana saja. Sebuah kata maaf akan sangat berharga bagi Seungmin. Hanya sebuah kata maaf."

Lupi Frigus; HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang