11; Recuper

2.3K 431 60
                                    

Madam Shinhye berlari di sepanjang lorong. Wajah cantiknya terlihat khawatir, mungkin setengah takut. Minhyun mengunjungi kedainya tadi pagi, memberi sebuah informasi penting yang jelas tidak boleh dilewatkan.

Jeongin terkena mantra kutukan, dan Felix tidak bisa membantunya. Felix telah berusaha semampu yang ia bisa, mencari seluruh buku tentang mantra pematah kutukan di seluruh perpustakaan Amissa. Nihil. Felix tak menemukan apa pun.

Sebagai seorang penyihir senior, Minhyun meyakini kemampuan Madam Shinhye untuk membantu Jeongin. Wanita itu tidak menolak. Ia justru berlari secepat kilat, tidak peduli pada Minhyun yang masih sibuk menjelaskan. Membuat pemuda Hwang memaki di dalam hati.

Anaknya sedang kesakitan. Madam Shinhye tahu dampak dan rasa dari kutukan itu. 'Moortus est' adalah mantra mematikan. Diajarkan oleh tetua penyihir, dan disimpan erat agar tidak membahayakan. Hanya penyihir terbaik yang mampu mengetahui dan menguasai mantra itu. Madam Shinhye adalah penyihir itu. Satu dari sedikit penyihir yang menguasainya.

Rambut legamnya berantakan saat ia mencapai titik tujuan. Tempat dimana tubuh ringkih Jeongin tengah terbaring. Tertidur dengan tenang bagai dinyanyikan lagu tidur oleh para malaikat.

Hyunjin terduduk di sebelah ranjang. Kondisinya tak kalah buruk---walau tidak seburuk yang tengah berbaring. Tubuhnya terlihat lebih kurus. Bibir tebalnya membiru, terlihat pecah dan kering. Tambahkan dengan kantong mata yang bertumpuk-tumpuk. Sempurna sudah penampilannya untuk disebut memprihatinkan.

"Hyunjin?" Wanita itu mendekat, menyentuh bahu Hyunjin perlahan. Astaga. Kini Madam Shinhye mulai khawatir. Takut bahu Hyunjin patah karena terlalu kurus.

"Ya, Madam?" Hyunjin tersenyum tipis. Ia menyentuh dada, tetap tersenyum tipis. "Madam, jantungku sakit."

"Aku tahu Hyunjin. Aku tahu," ucap Madam Shinhye meyakinkan. Wanita itu mendesah kasar, menepuk bahu Hyunjin pelan. "Seharusnya kau bersikap baik pada Jeongin."

"Aku mencintai diriku sendiri." Hyunjin menyeringai tipis. Menatap sendu pada wanita di hadapannya.

"Dan Seungmin?" Madam Shinhye memberi sedikit koreksi.

"Dan Seungmin," ulang Hyunjin seraya mengangguk. Ia tersenyum, menyetujui koreksi Madam Shinhye. Iya. Selain dirinya sendiri, ia pun mencintai Seungmin--- walau ia sendiri mulai meragukan hal itu.

Urusan ini terlihat rumit di mata Madam Shinhye. Anaknya terbaring lemah, baru saja terkena kutukan dari penyihir berdarah gelap. Di sisi lain, Hyunjin merasakan kesakitan ini. Rasa sakit yang sama dengan yang di ceritakan di buku-buku kuno.

"Ini membingungkan, Hyunjin. Kau tahu? Minhyun tak merasa kesakitan jika kekasihnya sakit."

"Aku tahu, Madam. Ini langka, bukan? Hanya satu dari ribuan serigala yang merasakan hal ini. Aku membaca di sebuah buku."

Madam Shinhye menganga, merasa takjub luar biasa pada pemuda di hadapannya. Seingatnya, Hyunjin adalah seseorang yang malas dalam belajar. Seolah-olah kata bodoh telah melekat dalam dirinya sejak kecil---setidaknya bagi seorang Madam Shinhye. Tapi kali ini? Ya Tuhan, Madam Shinhye benar-benar terkejut.

Fakta ini jarang sekali diketahui. Dianggap tidak penting. Masa bodoh dengan perbandingan itu. Para serigala hanya tahu jika ia bisa mabuk oleh aroma pasangan mereka. Fakta ini mirip dengan rumus teori luas juring suatu lingkaran. Ada, namun dianggap tak berguna.

Penyihir itu terduduk di samping ranjang Jeongin, bersebelahan dengan Hwang Hyunjin. Mata indahnya menilik wajah seseorang yang telah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Tangan anggunnya mengusap pelipis Jeongin. Andai Jeongin dalam keadaan sadar, maka ia akan mengetahui betapa nyaman usapan itu.

Lupi Frigus; HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang