22; Abductus

1.4K 240 17
                                    

nih update buat ngabuburit <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

nih update buat ngabuburit <3

.

.

.

"Katakan, bagaimana Amissa?" Jinyoung menyatukan kedua telapak tangan di atas meja. Tubuhnya terlihat rileks dan santai, namun sorot matanya menunjukkan keseriusan yang begitu dalam. "Terlebih lagi dia."

"Ya— Hwang Hyunjin sedang menjalani hari-hari dengan bahagia. Ia memiliki seorang kekasih dan akhir–akhir ini tak lagi mengonsumsi manusia." Changbin menjelaskan apa-apa saja yang selama ini ia dapat dari mengawasi Amissa.

"Sudah berapa lama?"

Changbin melirik ke arah Yuta di depannya. Pemuda berambut gondrong itu mengangguk kepada Changbin, membuatnya menghela napas panjang. "Shin Ryujin. Gadis itu yang terakhir."

Ah, jadi putrinya yang terakhir kali? Jinyoung tertawa sarkastik. Ia menutupi wajahnya. Kenapa bukan orang lain yang menjadi epilog dari nafsu gila serigala itu?

"Seungmin—"

"Bukan. Dia tak lagi memiliki Hyunjin." Yuta memotong kalimat Jinyoung. Yuta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ada orang lain."

"Katakan, siapa dia?" perintah Jinyoung.

Changbin memajukan badan, membenarkan posisi duduknya. Ada satu lagi yang baru-baru ini ia temukan dari mengawasi Amissa. Latar belakang Jeongin. Bocah itu jelas tidak berasal dari Amissa.

Jeongin memang berpenampilan seperti masyarakat pada umumnya. Cara ia berbicara, pengetahuannya tentang Amissa, bahkan anak itu bisa bergaul di sana tanpa merasa asing. Saat Changbin menanyakan satu–dua hal kepada Madam Shinhye, wanita itu hanya menyunggingkan senyum seperti biasa.

Sembari meminum teh mawar di halaman kedai, wanita itu menjawab seadanya. "Sama sepertiku, ia juga mencintai buku–buku. Daya serapnya begitu cepat. Bukankah kau terkejut jika dia begitu merakyat dan menyatu dengan Amissa?"

Changbin menghela napas berat. Sekali pun Madam Shinhye ramah terhadap semua orang, dia tetap bukan pembongkar informasi yang baik.

"Aku rasa— aku tidak tahu ini benar atau tidak— kau mengenalnya dengan sangat baik," ujar Changbin sambil menatap ragu–ragu. Ini masih spekulasi sementara. Belum tepat, tidak bisa dijadikan acuan.

"Siapa?" Kali ini, Jinyoung bertanya lebih tegas. Nada suaranya tajam dan menohok. Changbin meneguk ludah karena gugup. "Sebutkan saja namanya."

"Yang Jeongin, dia tidak berasal dari sini."

Hening.

Pemimpin itu terkesiap. Nyaris tak mempercayai ucapan mata–matanya yang begitu bisa dipercaya. Anak itu—













Lupi Frigus; HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang