Hari ini adalah hari minggu, sudah hampir satu minggu intensitas bertemu antara Caramel dan Dandy begitu sedikit, mereka hanya bertemu saat Dandy menjemput Caramel untuk berangkat sekolah, lalu di kelas, makan bersama di kantin, dan terakhir mengantar Caramel pulang. seperti itu terus hampir satu minggu. Dandy menyadari kegelisahan hatinya yang menginginkan lebih banyak waktu bersama Caramel. maka dari itu disinilah Dandy sekarang, didepan rumah Caramel yang pagar depannya masih tertutup dan parahnya lagi Dandy tidak mengabarkan kedatangannya pada Caramel. tapi sebelumnya Dandy sudah memastikan kalo perempuan itu berada dirumahnya.
Dandy menelpon satu nama yang sering ia hubungi .
"hallo.." suara disebrang sana.
"aku didepan" Dandy .
"hah?.. kamu di depan rumah aku?" tanya Caramel memastikan.
"iyaa" Dandy menatap kearah jendela kamar Caramel yang terbuka "kamu kejendela liat kebawah"
Caramel berjalan menuju jendela, menatap Dandy yang bersandar dimobil "aku turun kebawah sebentar" Caramel menjauhi jendela .
"ngga usah, kamu siap siap aja aku tunggu dibawah. tadi aku udah telpon mama juga untuk ijin dan di iyakan" ucap Dandy .
"oh, oke" dengan kebingungan Caramel mengiyakan saja.
"yang cantik" ada senyum geli disela kalimat yang keluar dari mulutnya, dan sekita luntur saat matanya menangkap sosok laki-laki yang baru saja turun dari motor ninja berwarna merah. Dengan cepat Dandy memutuskan sambungan telponnya dengan Caramel.
Dandy menatap malas laki-laki yang masih mengenakan helm full face tersebut.
"kita perlu bicara" laki laki itu mengangkat setengah dari helmnya.
Dengan enggan Dandy menjawab "ngga ada yang perlu dibicarakan".
"sekali saja untuk ikut gua atau kasi gua beberapa menit waktu lu yang begitu berharga buat dengar penjelasan gua, ini bukan tentang gua atau tentang perempuan yang begitu berharga buat gua dan begitu hina di mata lu, tapi setidaknya dengarin ini untuk kebaikan kita semua" kalimat panjang yang di lontarkan laki-laki itu hanya menjadi angin lalu bagi Dandy, ia sama sekali tidak berminat untuk mendengarkan apapun yang laki laki dihadapannya ini katakan.
Dandy menarik napas kesal "ngapain lu ngikutin gua sampai kesini?"
"karna gua butuh ngomong sama lu" jawabnya.
"tapi gua merasa sebaliknya,ngomong sama lu cuma buang waktu gua doang"
tiba-tiba ponsel yang masih ada pada genggaman Dandy berdering panjang tanda telpon masuk .
"halo.." ucap Dandy sambil menatap tajam pada laki laki dihadapannya, seperti menyuruh laki-laki itu untuk diam.
"kamu disitu lagi ngomong sama siapa?" Caramel berdiri dijendela sambil menatap kebawah kearah Dandy .
Dandy refleks menengok keatas, tapi Caramel sudah tidak berdiri lagi di jendela tapi panggilan telpon masih tersambung "cuma orang yang nanya Alamat rumah kok" Dandy kembali menatap lelaki dihadapannya "kamu sudah selesai?" .
"belum, mama nyuruh kamu masuk aja dari pada nunggu aku yang lama didepan" Caramel tertawa pelan .
Dandy ikut tersenyum "iyaa, aku masuk sebentar lagi" dan langsung mengakhiri telponnya.
"lu denger? gua disuru masuk kedalam" Dandy berjalan masuk kedalam rumah Caramel tanpa menatap kembali kebelakang saat laki-laki itu berusaha menahannya.
Caramel masih berdiri pada jendela kamarnya, ia tidak bisa melihat dengan jelas garis wajah laki-laki yang berbicara dengan Dandy sejak tadi karna di tutupi helm full face yang dipakenya. Caramel tidak merasa jika laki-laki yang masih berdiri depan rumahnya itu adalah orang yang menanyakan Alamat, karna setelah Dandy masuk kedalam rumahnya, laki-laki terlihat frustasi dan sebelumnya seperti menahan Dandy untuk masuk. Laki-laki itu membuka helm yang ia pakai sambil mengacak rambut panjangnya frustasi, sayang seribu sayang, Caramel sama sekali tidak bisa melihat wajahnya karna posisi laki-laki itu yang membelakangi dirinya dan secepat kilat menghilang dengan kuda besi berwarwarna merah bersamanya. Motor yang dinaiki laki-laki itu seperti tidak asing dipenghilatannya, tapi tidak ada satu nama pun terlintas di ingatannya. Tapi mungkin motor itu ia lihat saat ia melewati jalan-jalan yang ia lalui.
---------------------------------------------
Setelah hampir dua jam dari sejak Dandy sampai dirumah Caramel, disinilah mereka, Dandy dan Caramel berjalan keluar masuk toko-toko dengan merk terkenal dikalangan anak muda disalah satu mall di Jakarta.
"mending yang putih aja Dan, kamu cuma punya satu sepatu warna putih aku liat" Caramel berdiri didepan Dandy yang sedang mencoba sepatu berwarna hitam yang ia ambil dari rak toko .
"kemarin aku baru beli warna putih disurabaya bareng papa" Dandy menatap Caramel didepannya yang menyodorkan sepatu berwarna putih.
Caramel bingung juga mau menjawab apa, disini Dandy yang akan memakai tapi dia memaksakan Dandy untuk membeli hal yang tidak laki-laki itu inginkan "yaudah" jawabnya pelan" dan berlalu dari hadapan Dandy.
Dandy tersenyum kecil melihat tingkah Caramel yang merajuk, bukannya tidak suka tapi sepatu berwarna putih yang Dandy punya dirumah ada empat, ditambah kemarin yang ia beli disurabaya berwarna putih juga, jadi lima. jika ia membeli lagi sekarang akan menjadi enam, Caramel tidak mengetahui itu karna hanya satu yang sering ia pakai karna itu kado ulang tahunnya dari seseorang yang dulunya begitu spesial walau itu ia dapatkan tiga tahun terakhir kemarin tapi masih muat dikakinya sampai sekarang karna ukuran sepatu itu yang longgar saat pertama kali ia mempunyainya. mungkin satu atau dua sepatu putihnya yang tidak ia pakai akan muat di kaki Andy, ia akan memberikannya sebagai kado ulang tahun adik dari kekasihnya itu yang tinggal menghitung hari lagi . Dandy membawa sepatu yang ia pilih ke kasir dan bergegas keluar mengikuti perempuan yang berjalan didepannya.
Dandy meraih pergelangan tangan Caramel "jadi mau beli apa untuk Andy?" .
"hoodie, ada satu hoodie yang diincar dari kemarin tapi belum kesampean dia beli" ucapnya pelan.
"yaudah ayo kesana, kebetulan" Dandy menarik Caramel menuju salah satu toko yang tidak jauh dari toko yang mereka masuki sebelumnya .
"mas yang ini ukuran L ada ngga?" tanya Caramel pada salah satu pegawai ditoko tersebut.
Caramel menatap Dandy disebelahnya "bukannya kamu juga punya yang model kaya gini dan warnanya sama ya?" .
Dandy menggaruk kepalanya yang tidak gatal "iya punya, dan itu memang cuma satu warna" jawab dandy dengan senyum tidak enak.
"berarti bakalan samaan dong" dan diangguki oleh Dandy .
"dia liat punyaku makanya dia mau itu" Dandy lagi-lagi membuat Caramel memasang wajah tidak percaya.
"apa ngga papa kalo aku beli samaan buat Andy" tanya Caramel.
"ambil yang dirumah aja, aku baru make sekali dan langsung diliat sama Andy makanya ngga aku pake lagi karna dia mau"
"kenapa ngga kamu pake lagi, kamu takut Andy minta lagi? " .
Dandy menggeleng "bukan, karna rencananya mau aku kasi Andy"
"yaudah kamu pilih aja yang kamu mau nanti aku yang bayar sebagai gantinya" .
"ngga usah, aku udah niat mau kasi dia kok. cuma ngga pernah ada waktu" Dandy berjalan memilih hoodie lain sebagai ganti punya nya yang berkurang .
"yaa jagan gitu Dan, sama aja aku ngga kasi apa apa buat Andy" Caramel berjalan mengikuti Dandy dengan tangan yang menarik baju bagian belakang yang dipakai Dandy seperti anak kecil.
Dandy yang menyadari tatapan orang-orang didalam toko itu mengarah pada mereka memberhentikan jalannya, menatap Caramel dibelakangnnya "uangnya disimpan untuk beli kebutuhan kamu, katanya kamu beli lipstik dan teman-temannya kan,tapi karna kamu mau beli kado buat Andy jadi batal. yaudah pake uang itu aja"
Caramel ingin membalas kalimat panjang Dandy, tapi Dandy menatapnya seperti berkata "jangan buat kita malu" padahal Caramel sama sekali tidak merasa malu. memang urat malu perempuan itu sudah putus .
------------------------------
HUAA AKHIRNYA UP LAGI, SEMOGA SETIAP PARTNYA MASIH KALIAN TUNGGU YAH.
JANGAN LUPA BUAT PROMO KE TEMAN-TEMAN KAMU BUAT BACA CERITA INI 😍😍 .JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT NYA BIAR AUTHOR SEMANGAT UPNYA.
FOLLOW :
@istiqomahvitddini10Lope youu ❤❤💋💋 .
KAMU SEDANG MEMBACA
KAU dan AKU
Teen FictionAwalnya aku mengagumimu dalam diam, sampai mulut ini tidak mengikuti logika melainkan hati yg menyuruh menyuarakan apa yg aku rasakan - Caramel Ghaizka Larasati Aku tidak pernah memikirkan cinta, aku slalu mengabaikan semua perempuan yg mendekatiku...