Pagi yang cerah, tidak terlalu terik namun hangat. Deretan pepohonan menimbulkan suara bak senandung di pagi hari, dedaunan tertiup angin yang menyejukkan.
Hari ini penghuni kos tengah disibukkan dengan aktivitas mereka masing-masing. Termasuk dua penghuni kosan putri: Shua dan Wonu, mereka berencana akan pergi ke sebuah mall cukup besar dekat kosan. Catatan bahan masakan telah tersimpan rapih di dalam tas milik Shua.
Wonu menyimpan kunci kosan di dalam saku setelah meyakinkan bahwa ia telah mengunci dengan baik pintu kosan putri--ya, setiap masing-masing penghuni memiliki kunci sendiri.
"Sepertinya hanya kita berdua saja yang belum meninggalkan kos. Kosan depan juga sepi" semua penghuni sudah pergi pagi-pagi sekali, terutama Dino anak bungsu yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Shua memastikan jika mereka berdua pergi itu artinya komplek kosan Sebong tak berpenghuni.
Basa-basi menitipkan kosan pada seorang satpam yang memang dikhususkan menjaga kosan, dan Shua tak lupa mengirim pesan pada Jeonghan jika dirinya akan pergi bersama Wonu. Itulah kedekatan mereka, seperti saudara.
###
"Tidak perlu membawa banyak bahan masakan. Beli makanan instan yang mudah diolah saja" Wonu mendorong troli belanja mengikuti Shua dari belakang, dan tak lupa ia juga mengambil beberapa botol susu kemasan untuk dibawa camping dan juga untuk Hao pastinya--teman kosan yang begitu perhatian pada Wonu, yang tak pernah lupa membelikan Wonu susu jika ke minimarket maupun warung.
"Tenang saja Wonu, kita hanya pergi berdua jadi tidak perlu pusing" gadis tertua di antara mereka berdua ini membantu Wonu mendorong troli menuju kasir. Hanya mengambil beberapa sereal dan makanan instan lainnya. Waktunya membayar. Tak lupa Shua membelikan 4 Liter susu untuk para penghuni kosan. Mungkin karena uangnya tak berseri membuat Shua tidak memusingkan pengeluaran belanjanya.
"Habis ini kita makan siang dulu ya. Tenang saja" senyum membingkai wajah cantik Shua, memberi keyakinan untuk temannya agar tidak cemas. Bahwasanya jika Shua yang mengajak itu artinya ia yang akan bertanggung jawab untuk semuanya, termasuk membayar makan siang kali ini.
###
"Item, cepetan! Kelamaan ngaca keburu mereka selesai belanja"
Shua, Dike dan Mingyu sudah merencanakan hari ini. Sengaja, Shua dan Dike ingin membantu perkembangan kedekatan Mingyu dengan Wonu, terlebih karena Shua juga ingin melihat teman kosannya bahagia, ya walaupun Wonu selalu terlihat baik-baik saja tapi masih banyak yang disembunyikan. Dan Dike punya alasan tersendiri: menanyakan siapa pria yang beberapa hari lalu menghubungi Shua. Tapi, ah Dike selalu merasa sungkan untuk menanyakan hal yang menjerumus ke ranah pribadi gebetannya. Dengan pembawaan Shua yang begitu tenang, anggun, dewasa dan beribawa. Terlebih apa status mereka? Hanya teman kos, teman pdkt (?) dan tak lebih atau mungkin lebih tepatnya belum lebih. Dike tak ingin membuat Shua nuna merasa tak nyaman jika ia harus menyusup jauh ke hal pribadi. Tapi, ia juga merasa tak nyaman dengan dirinya sendiri yang terus mencurigai dan bertanya-tanya.
Biarkan Dike bertahan, biarkan Dike berjuang karena ia tak ingin kehilangan Shua nuna, karena ia tak ingin melihat Shua nuna pergi tanpa meninggalkan jejak.
Kedua pemuda ini setengah berlari dari basemant menuju sebuah restoran yang telah mereka rencanakan. Mingyu siap jika harus mendapati Wonu kesal, karena ulah mereka yang seakan menjebak dan berpura-pura dengan merahasiakan rencana mereka hari ini.
Shua yang akan bertanggung jawab, katanya seperti itu.
###
"Hai girls" cengir khas Dike yang membuktikan bahwa ia memang patut dianggap kuda. "Maaf ya, tadi si item lama ngaca dulu" memposisikan dirinya duduk bersebrangan tepat di hadapan Shua nuna, sedangkan Mingyu tepat di depan Wonu--ia masih diam tak bersuara, hanya senyum yang dengan suka cita mengembang.
Mereka bertiga memastikan reaksi Wonu baik-baik saja, tidak ada penolakan maupun kekesalan.
"Pesan makanan kalian" perintah gadis tertua pada dua pemuda yang baru saja bergabung.
Shua menurunkan satu tangannya, dalam diam ia menepuk kecil paha Wonu, memberinya isyarat agar tidak cemas dan berusahalah untuk senyaman mungkin.
"Maaf ya Wonu nuna, pasti kaget liat kita berdua di sini" Dike sudah diajarkan berdialog sesuai rencana Shua. Hari ini biarkan Shua menjadi sutradaranya. "Karena Shua nuna ngasih tau Dike lagi di sini, ya Dike memutuskan datang buat bantu bawa belanjaan. Nah kalau dipikir-pikir ganjil itu gak baik jadinya Dike ngajak Si item, kebetulan tadi ketemu di parkiran" Dike melempar kode pada Shua, meminta pujian bahwa apa yang dia lakukan adalah benar.
Mingyu hanya mengangguk meng-iyakan apa yang baru saja dikatakan Dike.
"Tidak apa" ya seperti itulah Wonu, gadis dingin yang sesungguhnya memiliki hati yang hangat. Gadis Jeon itu kembali menyantap makan siangnya, dengan mengabaikan ketiga teman lainnya.
Mereka bertiga hanya bisa senyum menanggapi respon singkat Wonu.
"Habis ini nuna ada rencana kemana lagi?" bahkan kalimat tanya ini saja sudah direncanakan Shua untuk Dike ajukan padanya.
"Kita nonton, bagaimana?" dari bawah meja Shua menendang kecil kaki Dike "Oh tidak, maksudnya kita berempat. Diam, berarti setuju"
Wonu ingin menyelak, tapi apa daya Shua sudah berkata. Lagi pula ia juga sebenarnya senang bisa pergi nonton dengan Mingyu, walau nyatanya harus pergi berempat.
Bagaimana dengan Mingyu? Dia sudah menghayal jauh: ketika lampu bioskop padam dan film sudah berputar tiga puluh menit lamanya disitulah waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya. Mungkin pura-pura tertidur lantas ia akan menjatuhkan kepalanya di bahu Wonu dan mengigau mendekap lengan Wonu, seakan itu adalah guling.
Maunya sih kissu, ah tapi apa daya Mingyu hanya seonggok anak ayam yang baru saja belajar jalan.
###
Acara makan siang mereka telah usai, dengan semua pendanaan ditanggung oleh menteri keuangan--Joshua.
Beruntungnya Dike memiliki gebetan yang tajir melintir, tidak harus memusingkan uang jajan yang sudah ia atur dengan baik untuk kelangsungan hidupnya.
Memilih judul film yang tengah tayang secara random, Shua memilih kursi berjauhan. Sengaja, biar temannya tak merasa sungkan jika ingin berbincang bersama Mingyu, lagi pula ini juga termasuk dalam rencana mereka.
Double date pertama mereka. Duduk berdampingan bersama calon pasangan masing-masing dalam gelap dan dinginnya ruang bioskop.
Biarkan waktu terus bergulir seirama.
KAMU SEDANG MEMBACA
{Seventeen} KOS-AN SEBONG GG. CARATS NO. 17
Jugendliteratur"Senja adalah waktu sempurna dimana banyak yang memeluk rindu, walau hanya sekejap. Senja selalu mengajarkan, bahwa yang indah tak selamanya harus menetap, ada waktunya ia juga harus berpisah. Dan senja selalu mengajarkan caranya untuk pamit, datang...