Holiday - Bandung (IV)

442 40 20
                                    


Malam telah datang, bersamanya dengan kebahagiaan mereka bertemankan api unggun yang telah terbakar dengan sempurna, memberikan kehangatan untuk tiga belas anak muda yang tengah mengelilingi. Menikmati makan malam sederhana buatan Mingyu, Dike dan tak lupa bantuan beberapa gadis dari kosan putri.

Karena kejadian sore tadi menjadi bagian kecil selingan hiburan mereka, yang mana Dike dan Shua telah mendapat restu namun sampai saat ini belum kunjung juga Dike menyatakan perasaannya.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lu yakin mau menyerahkan Shua nuna ke temen oppa nya?" bisik Mingyu pada Dike saat mereka tengah menyiapkan makan malam untuk teman-temannya

"Gua masih bingung buat nyatainnya biar romantis kaya gimana"

"Astaga, ini kurang romantis gimana lagi? Ada api unggun, beratapkan bintang, kita semua juga jadi saksi" Hoshi menyambar pembicaraan mereka, yang tak sengaja terdengar saat si sipit mengambil gula untuk membuatkan teh hangat.

"Iya, nanti gua pikirin"

Tak perlu berselang lama sejak mereka menyudahi makan malam, kini waktunya bersenang-senang. Sekedar berbincang, bernyanyi dan yang pasti ada juga yang tengah sibuk masing-masing dengan gebetannya. Sebut saja; Jun & Hao, Vernon & Kwan. Sisanya? Masih dalam perjuangan, apalagi Hoshi yang sejak tadi mencoba duduk di sebelah Uji—yang lebih sering mengabaikan. Jeonghan pun yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya, membuat Scoups menaruh curiga dan siap-siap kesal jika ternyata Jeonghan tengah asik chat dengan seorang pria. Terus gimana nasibnya Dino? Hanya butiran detergen yang sekali kucek langsung ilang, cuma jadi obat nyamuk berpindah-pindah antara Vernon dan Kwan, lalu jadi orang ketiga antara Jun dan Hao. Dan Mingyu sendiri tak ingin menyia-nyiakan waktunya saat ini. Ia tahu bagaimana rasanya Wonu mendapati Jun dan Hao yang tengah bercanda tak jauh dari pandangannya, pasti menyakitkan—walau sebesar apapun prinsip Wonu untuk melupakan Jun, pasti masih ada rasa sayang tersembunyi di dalam hati.

Sebisa mungkin Mingyu mengalihkan tatapan Wonu dan membuat Wonu tak merasa kesepian. Dibuatkannya coklat panas sebagai pelengkap percakapan mereka berdua. Wonu hanya merespon dengan sesekali mengangguk dan tersenyum untuk menanggapi kalimat-kalimat yang dilancarkan Mingyu padanya. Malu, jelas Wonu tak bisa se-frontal dua pasangan yang tengah dimadu kasih (tapi, sampai saat ini belum ada kepastian).

"Hani, kamu gak tertarik dengan bintang-bintang itu. Milky way nya indah loh?" Scoups tak bisa lagi menahan rasa sabarnya. "Ya, setidaknya kalau kamu tidak tertarik denganku, jangan terus menyibukkan diri sama hape dong. Kita di sini kan buat liburan, buat senang-senang" Scoups bisa merasakan lirikan Jeonghan yang begitu tajam.

"Iya, aku tahu. Bintang itu emang gak bisa dibandingkan dengan kamu. Hani tetap jauh lebih indah" bukan, bukan karena udara dingin yang membuat lidah dan bibir Scoups terasa kelu. Tapi rasanya rayuannya kali ini begitu membosankan dan tak mempan untuk Jeonghan, nyatanya Jeonghan kembali diam—walau kini ponselnya di masukkan ke dalam saku jaket.

{Seventeen} KOS-AN SEBONG GG. CARATS NO. 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang