Couple SeokSoo telah kabur duluan dari bioskop, Shua mengirim pesan singkat pada Wonu—memberi tahu ia harus pulang lebih awal bersama Dike karena nanti keluarganya mengajak makan malam. Shua sedang berbohong.
Wonu hanya bisa diam, sesekali melirik Mingyu. Ingin memberitahu, tapi malu.
"Kenapa?" kalau keduanya sama-sama diam akan sampai kapan semua ini berakhir. Mingyu gemas; gemas ingin memeluk, unyel-unyel puncak kepala Wonu, mencubiti pipinya, menatap wajahnya yang bisa berubah menjadi imut. Calon kekasih idaman banget, rasanya sempurna.
"Hm.... Shua Eonni dan Kuda sudah pulang duluan" sudah, hanya sebatas itu saja keberanian Wonu. Niatnya ingin bertanya lebih; 'Apa yang akan kita lakukan sekarang?', 'Langsung pulang saja?'
"Ah~" cengir Mingyu senang, rupanya Kuda dan Kucing itu mengerti apa yang Mingyu inginkan. "Wonu mau menemani Mingyu mencari baju, tidak?" mengingat pesan yang tidak dibalas Wonu tempo hari atas ajakan Mingyu karena ulah Dike yang mengganggu kencan singkat dengan Wonu di chat. "Tapi, kita beli eskrim dulu sebelumnya ya" walau sudah ada Wonu yang manis, tidak ada salahnya menambahkan rasa manis di antara mereka.
"....Boleh" rasanya seperti ada kembang api yang meletup-letup di dalam hati. Senang, baru kali ini dapat dikatakan kencan sungguhan bersama Mingyu—asal, tidak ada pembahasan topik wanita lain di antara mereka nantinya.
###
"Nuna ada acara makan malam keluarga hari ini?" karena untuk yang satu ini Shua tidak mengajak Dike untuk berbohong, dan Shua juga tidak memberitahu sebelumnya. Mengingat kejadian-kejadian sebelumnya yang jika dirangkai akan menghasilkan kecurigaan; beberapa hari lalu Shua sedang telponan dengan seorang pria dan sekarang gadis Hong ini harus pulang untuk mengikuti acara makan malam bersama keluarganya. Perjodohan? Haruskah Dike patah hati sejak dini?
"Hu'um, tadi Mama menghubungiku" wajah Shua terlihat berseri senang, walau cuaca sedang panas-panasnya dan mereka memilih untuk berjalan kaki menuju kosan. Membuat Kuda semakin penasaran, dirundung curiga dan cemburu. "Bagaimana ya kabar Mingyu dan Wonu, apa yang akan mereka lakukan"
Cengir Dike dengan ragu. "Semoga berjalan lancar, Dike harap semakin dekat tanpa adanya orang ketiga" penekanan orang yang sedang patah hati, Dike sedang memberi kode. Ia tak suka ada orang ketiga di antara hubungan mereka juga.
Angguk Shua sebagai jawaban persetujuan atas kalimat Dike.
"Mm... kalau Nuna, punya seseorang yang special juga?.... ah, seperti Mingyu dengan Wonu maksudnya" tak pandai memang Kuda satu ini, ingin mengorek adakah pemilik hati Shua untuk saat ini.
Kembali mengangguk ringan. "Ada" melirik Dike dengan senyuman, ingin memastikan reaksi seperti apa yang diberikan oleh pemuda yang berjalan beriringan dengannya itu. "Aku selalu merasa senang saat menghabiskan waktu bersamanya. Ah, berdekatan saja sudah membuatku bahagia" menyisipkan rambut yang tertiup angin ke belakang telinga. "Dia bisa membuat ku merasa nyaman, karena itu aku menganggapnya special"
Dike hanya bisa tersenyum kecut mendengarkan Shua yang tengah memuji-muji sosok special yang ia tak tahu nama dan jenis kelaminnya. Hatinya terasa sakit seperti tersayat-sayat, dadanya sesak ingin berhenti bernapas saat ini juga. Bahkan genggaman tangannya pada kantung belanjaan seakan melemah.
Kosan mereka sudah di depan mata dan sudah terdengar suara-suara cicitan para penghuni, baik kosan putra maupun putri. Mereka sudah pada pulang rupanya. Hah gagal, aku rasanya ingin sendiri hari ini.
Mengantarkan Shua sampai pintu kosan, menyodorkan kantung belanjaan yang cukup berat dan tak lupa gadis Hong menyodorkan 2 liter susu pada Dike—untuk penghuni kosan putra.
"Terima kasih Dike, istirahatlah" suara dan raut wajah Shua yang biasanya menyejukkan kini seakan berbeda bagi Dike, menimbulkan hawa yang panas.
###
"Ngecamp ramai-ramai nanti Wonu ikut kan?" ingin berbincang banyak dengan Wonu, deretan topic sudah Mingyu siapkan, sayangnya ia takut merusak suasana hati gebetannya. Apalagi jika itu berkaitan dengan kisah lalu.
"Ikut, kan udah ada kesepatakan di grup kalau pergi ramai-ramai. Mingyu gak perhatiin ya?"—gak perhatiin Wonu maksudnya.
"Bukan gitu" ketawa yang menunjukkan bahwa pemuda ini memang bodoh memulai pembicaraan. "Perhatiin kok ikut semua, kan takut aja kalau tiba-tiba ada jadwal mendadak dan Wonu batal ikut ngecamp"
"Mingyu seneng ya kalau Wonu gak bisa ikut?" niatnya sih bercanda untuk menggoda Malika, tapi dasarnya batu es tetap aja terkesan dingin. Lebih terlihat orang marah dan kesal.
"Gak gitu Nuna. Eh, Wonu" jadi malu, untung Mingyu ganteng. Eh. "Kalau Wonu gak ikut, terus Mingyu nanti harus memeluk tubuh ini sendiri karena dinginnya malam"
"Jadi, Wonu disamain sama selimut? Hmm.... Jadi gitu, oke" ceritanya ngambek, tapi kalau tsundere ngambek itu terkesan aneh ya.
"Selimut hidup buat Mingyu. Hanya untuk Mingyu seorang. Kim Wonwoo" geli, Dilan gagal.
Refleks membuat Wonu meninju ringan lengan Mingyu. "Apaan sih"
###
Warna itu ada hitam dan putih
Hidup itu ada tawa dan tangis
Senyum itu ada bahagia dan sedih
Kisah itu ada indah dan luka
Hari itu ada Meanie dan SeokSoo
KAMU SEDANG MEMBACA
{Seventeen} KOS-AN SEBONG GG. CARATS NO. 17
Fiksi Remaja"Senja adalah waktu sempurna dimana banyak yang memeluk rindu, walau hanya sekejap. Senja selalu mengajarkan, bahwa yang indah tak selamanya harus menetap, ada waktunya ia juga harus berpisah. Dan senja selalu mengajarkan caranya untuk pamit, datang...