"Udah beberapa minggu ini suasana kosan jadi gak enak ya, apalagi setiap liat mukanya skup hyung sama jeonghan nuna"
"Jangankan mingyu, wonu aja jadi gak berani nanya yang macem-macem"
"Pusing, kapan semua ini selesai"
Ajakan kencan Mingyu pertama kali pada Wonu sekembalinya gadis Jeon dari liburan keluarga yang telah lalu beberapa minggu lamanya, karena baru sempat dan baru sama-sama memiliki waktu luang. Ajakan tanpa penolakan dan alasan yang biasanya terlalu sering Wonu berikan, sejujurnya dalam hati Wonu juga rindu dengan acara pergi berdua dengan Mingyu. Tapi, sayangnya mereka tidak hanya berdua kali ini—sedang membuat janji dan menunggu kedatangan dua temannya yang masih asik menikmati kencan mereka di bioskop. Mingyu dan Wonu sedang tak tertarik menonton, mereka akan menghabiskan waktu berdua di sebuah restoran dengan menikmati beberapa menu makanan yang sudah mereka pesan.
"Ini buat wonu" memberikan potongan besar setengah steak miliknya. "Kenapa terlihat kurus sekali, makan yang banyak. Mingyu gak mau lihat Wonu sakit"
"Yang ada wonu sakit perut nanti makan terlalu banyak" ingin mengeluh kesal tapi tidak bisa, melainkan ada senyuman diakhir kalimat.
"Tenang saja, kan ada mingyu"
"Hao lama sekali, seharusnya mereka sudah selesai menonton setengah jam yang lalu" Wonu memperhatikan jam tangannya untuk memastikan film yang tengah ditonton Hao dan Jun sudah usai.
"Sudah biarkan saja mereka, lagi pula di sini ada mingyu, memangnya wonu gak kangen sama mingyu?"
"Apa? Wonu gak dengar" sungguh rasanya Wonu ingin berlari ke toilet membasuh wajahnya yang mulai terasa panas. Siapa sih yang gak kangen sama Mingyu, tapi gak mungkin juga Wonu bilang begitu saja nanti yang ada anak hitam itu besar kepala ke-ge-er-an.
"Cieee romantis banget ketawa-tawa berdua, ngomongin apaan sih?" Jun yang datang-datang langsung mengambil kursi kosong tepat di depan Mingyu dengan membawa satu cup besar eskrim—yang dapat dinikmati empat orang.
"Enak gak?" Hao menyendokkan eskrim dan menyuapkan langsung ke mulut Wonu.
"Hu'um"
"Kalian pesen makanan gih. Emangnya gak laper?"
"Jadi, ditraktir nih kita tem?"
"Wah, makasih ya gyu~~ kalau begitu samain aja Hao kaya Jun"
Untung Mingyu sayang temen, sayang mantan juga jadinya sabar aja. Perasaan tadi Mingyu gak bilang mau traktir mereka, cuma mencemaskan aja siapa tau mereka berdua lapar.
Joshua membasuh peluh menggunakan tisu yang memenuhi wajah tampan kekasihnya; Dike, Hoshi, Woozi dan Dino tengah menikmati acara masak-masak sederhana mereka di taman. Random mencari kesibukan karena mereka sedang kosong dan tak tahu harus melakukan apa. Dan jangan tanya dimana pasangan friendzone, mereka punya acara kencan sendiri. Sama halnya dengan si bapak ketua kosan, Scoups pergi bermain futsal dengan teman jurusannya.
Seperti biasanya, tak ada Mingyu, Dike pun menjadi koki sedangkan yang lainnya sebagai penikmat dan komentator julid yang akan protes jika tidak kebagian jatah, dan akan membully jika rasa dari masakan tidak enak. Sedangkan Joshua? Sebagai sponsor yang membelikan segala bahan makanan untuk diolah.
"Gimana ya caranya biar skup hyung dan jeonghan nuna akur lagi?" Dino selaku anak yang merasa tak nyaman melihat kedua orang tuanya tengah bertengkar. Sebenarnya tidak ada pertengkaran, mungkin hanya cemburu dan kesalah pahaman yang membuat keduanya tak saling sapa.
"Sebenernya sih kalau dilihat-lihat skup hyung salah, gak seharusnya dia diem begitu, pura-pura gak tahu aja apa yang terjadi lagi pula kalau cemburu seharusnya bilang" Oci yang biasanya tidak memperdulikan hubungan orang lain, namun baru kali ini ia merasa tidak nyaman dengan suasana kosan yang semakin dingin.
"Terus ini sekarang skup oppa ada di rumah?"
"Gak ada beb. Lagian kamu kenapa sih nanyain pria lain selagi ada aku di sini" Oci berani bilang begini bukan berarti dia memiliki 9 nyawa, melainkan ia tahu suasana hati Uji sedang baik hari ini—terlihat dia mau bergabung dengan acara tidak jelas saat ini terlebih ada Oci juga. Ah, mungkin rindu hanya pura-pura aja.
Dan cuma lirikan tajam yang Uji layangkan untuk Oci.
"Hai teman-temanku yang budiman" seseorang yang dibicarakan datang bergabung. Jeonghan, Yoon Jeonghan.
"Eits yang habis jalan, mana oleh-olehnya?"
"Bingung mau bawain apaan. Nih adanya mochi" menyodorkan dua bungkus besar mochi aneka rasa pada Joshua yang dibeli khusus untuk teman-temannya dari dua kosan.
"Jadi, ini oleh-oleh atau peje?"
Lantas Joshu menyikut lengan kekasihnya yang terlalu frontal, ditambah terlihat Jeonghan yang hanya membalasnya dengan tersenyum.
"Ohya, Skup ada di rumah gak?"
"Ha?"
"Eits, santai aja kalian ngeliatnya kenapa pada kompak kepo begitu"
"Gak ada nuna"
"Yah, padahal mau ngasih tau nati sore mau pulang dan lusa baru balik kosan"
"Cieeee mau ngasih tau secara pribadi biar gak ada yang cemas atau emang ngasih tau secara teman kosan?" salah satu contoh mulut lemes seorang Hoshi.
"Atau jangan-jangan nyariin hyung karena kangen pengen liat wajah rupawannya ya?" rupanya lemes juga bisa menular seperti virus. Untung Dino yang bicara, kalau tidak bisa melayang nyawanya.
"Emangnya mau ngapain sih eonni pulang?" Uji tahu memang sudah menjaid kewajiban untuk penghuni kosan jika ingin bermalam di luar atau pulang ke rumah harus ijin atau memberitahu pada salah satu tetua di kosan, atau teman-teman yang lainnya. Biar tidak cemas dan dicari-cari.
"Acara keluarga"
"Apaan itu? Penting banget nuna?"
"Gak ada yang namanya acara lamaran itu gak penting. Yasudah nanti biar dichat aja kalau begitu. Masuk dulu ya mau siap-siap" Jeonghan melangkah meninggalkan teman-teman kosan yang masih asik berpesta kecil-kecilan.
Sontak saja membuat lima anak manusia saling tatap tidak percaya dan tak bisa berkata-kata, bahkan Dike yang sebelumnya hanya ingin tahu acara apa yang dimaksud seketika saja tersedak ayam goreng.
"Ini mimpi kan ya?" Hoshi bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
{Seventeen} KOS-AN SEBONG GG. CARATS NO. 17
Roman pour Adolescents"Senja adalah waktu sempurna dimana banyak yang memeluk rindu, walau hanya sekejap. Senja selalu mengajarkan, bahwa yang indah tak selamanya harus menetap, ada waktunya ia juga harus berpisah. Dan senja selalu mengajarkan caranya untuk pamit, datang...