"Ngapain lu disitu?"
"Nunggu masa depan gua lah, calon ibu dari anak-anak gua nanti"
"Jeonghan maksud lu?" sewot aja Uji tuh liat kelakuan Eskup semenjak sehabis acara pernikahan kakaknya Jeonghan, nih anak jadi lebih posesif atau sebenarnya protektif, padahal mereka belum ada hubungan apa-apa. Heran deh.
"Ayo Ji, catatan pesanan udah lu bawa kan?" Si cantik keluar rumah seraya mengunci pintu kosan, karena sudah diprediksi penghuni lainnya masih bermalas-malasan di kamar masing-masing maklum waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi. Kalau bukan Jeonghan dan Uji mendapatkan jatah jadwal berbelanja ke pasar hari ini sudah dipastikan mereka akan sama seperti lainnya, terlebih Jeonghan seperti manusia tak bertulang belakang.
"Honey, kamu perginya sama aku aja. Biar aku yang temenin, sekalian aku belajar jadi suami yang bertanggung jawab. Lagian kalau kita udah nikah nanti kan aku juga yang anterin kamu belanja ke pasar"
"Mimpi aja terus lu cup!"
"Ngapa sih lu ji pagi-pagi udah emosi aja sama gua. PMS ya?"
"Hello. Ngaca. Emangnya hubungan kalian tuh apa? Cuma temen aja kok berharap lebih"
Jeonghan sih masih belum respon apapun, hanya memperhatikan kedua temannya bertengkar di sabtu pagi ini. Dia lapar jadi tidak ada tenaga untuk ikutan emosi.
"Sekarang mungkin teman, tapi bulan depan status gua adalah tunangannya Jeonghan!"
"Udah sih kalian tuh bikin pagi gua gak mode aja deh!"
"Han, aku lagi serius loh ini. Aku udah bilang sama Mama dan Papa. Bulan depan, minggu ke dua keluarga ku mau ke rumah kamu ketemu orang tua kamu buat ngelamar anaknya yang cantik ini. Pokoknya sebelum sidang kelulusan aku mau ngelamar kamu dan gak mau keduluan sama Seokmin yang dua bulan lagi ngelamar Jisoo"
"Ji, lu jaga rumah aja. Biar gua sama Eskup yang ke pasar, sekalian ada yang mau gua omongin sama nih anak"
"Kita sekalian cari cincin ya, Han"
"Hm"
"Asiiikk~"
Calon sepasang sejoli melesat menggunakan sepeda motor berboncengan menuju pasar, meninggalkan Uji seorang diri dengan tatapan tak percaya.
"Astaga, Jeonghan Eonni bisa bucin juga ternyata"
Rezeki anak sholeh dan sholeha. Tadi pagi Pak RT mengirim banyak buah mangga, jambu, belimbing dan bengkoang hasil panen di kebunnya sendiri. Anak kosan Sebong masuk dalam golongan anak-anak kesayangannya Pak RT--selain anak kandungnya sendiri pastinya, lagipula anak kosan Sebong sering membantu kegiatan lingkungan dengan suka rela.
"Kwan, nguleknya yang bener gak usah pake lirik-lirik bule. Dia lagi sibuk gitu juga lu tetep keliatan kok, kan gede"
"Sialan lu gyu" lempar Kwan pada Mingyu menggunakan satu mangga utuh yang belum dikupas oleh Vernon.
Mingyu, Vernon, Dike dan Jun bagian mengupas buah-buahan. Sedangkan Dino, Ucup, dan Hoshi sedang pergi membeli gorengan, es batu dan gula di depan kompleks. Anak kosan perempuan? Duduk aja di teras sambil nontonin teman-teman yang lain sibuk menyiapkan rujakan mereka.
"Han, beneran bulan depan lu mau dilamar eskup? Langsung lamar gitu aja? Gak pake pacaran dulu?" sebenarnya Shua sih gak merasa aneh sama dua temannya itu: Jeonghan tipikal yang udah cinta banget sama Ucup--tapi tuh laki kelakuannya ngeselin. Eskup? Anak nekat, apa yang dia mau harus dia miliki. Eskup pernah curhat sama Jisoo, kalau dia sampai bisa meluluhkan hati Jeonghan gak akan ada kata pacaran langsung lamar dan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
{Seventeen} KOS-AN SEBONG GG. CARATS NO. 17
Teen Fiction"Senja adalah waktu sempurna dimana banyak yang memeluk rindu, walau hanya sekejap. Senja selalu mengajarkan, bahwa yang indah tak selamanya harus menetap, ada waktunya ia juga harus berpisah. Dan senja selalu mengajarkan caranya untuk pamit, datang...