Jeongin tidak berbicara sedikitpun setelah beragumentasi dengan Olin dan bundanya beberapa menit lalu. Matanya berair menahan tangis. Anak laki-laki berlesung pipi itu tidak menyangka akan meninggalkan Busan.
"Sebenarnya kita mau kemana?" Tanya Jeongin pelan. Akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya karena dirinya sudah terlalu penasaran.
"Pelequar." Jawab Olin pendek. "... tempat seharusnya kau berada."
Jeongin mendengus. Jawaban dari Olin seakan-akan menyatakan bahwa Jeongin tidak diterima dimanapun.
"Jeongin..." Panggil Jina lembut.
"Hm?" Gumam Jeongin.
"Bunda rasa kau sudah tau tentang ini dari Olin. Maaf selama ini bunda tidak bisa menjagamu dengan baik–" Kalimat Jina terputus. Wanita itu menahan isak tangisnya.
Air mata Jeongin yang daritadi sudah menggantung di pelupuk mata kini turun mendengar perkataan bundanya. Kenyataan menyakitkan apa lagi yang harus ia terima?
"Aku menjadi orang tua asuhmu karena dihukum. 5 tahun sebelum kau lahir aku membuat kesalahan dan Dewi Athena mengetahuinya. Saat itu juga Athena langsung mengirimku kepada Thetis–ibu kandungmu. Dan Thetis menyuruhku untuk menjagamu." Air mata perlahan turun dari bola mata Jina. Seberapa keras wanita itu menahan tangisannya, tetap saja cerita hidupnya cukup pilu untuk ditangisi.
"Jadi aku adalah hukuman bagi bunda dan Olin?" Seketika Jeongin bertanya pada dirinya mengapa ia harus hidup.
"Bukan begitu, nak. Kau adalah anugrah bagiku. Sebelum dikirim kepada Thetis, Athena menjadikanku fana. Seketika aku kehilangan kekuatan demigod yang bunda miliki." Terang Jina "...dan aku yang fana ini tidak bisa melakukan apapun. Ketika Athena mengirimku kepada Thetis, ibumu langsung memberikan tugas kepadaku untuk menjadi orang tua asuhmu. Aku merasa berguna."
Jeongin mengusap pipinya yang sudah mulai dibasahi air mata.
"Bunda tau dua hari yang lalu kau menguping sedikit pembicaraan bunda dengan Olin. Bunda tidak membencimu, nak. Pada awalnya bunda memang membencimu karena mengira menjadi orang tua asuh adalah hukuman yang berat. Tapi setelah dijalani kebencian itu perlahan memudar. Kau anak yang manis dan penurut, Jeongin. Aku tidak mau kehilanganmu."
Jeongin menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Ia berusaha mencerna pernyataan bundanya.
Ini menyakitkan. Pikir Jeongin.
"Kau harus ingat bahwa ini adalah takdirnya, Jina. Achilles mempunyai kekuatan besar." Olin yang sedari diam menyimak kini angkat berbicara.
"Aku minta maaf. Ayen minta maaf, bunda. Maaf sudah berburuk sangka padamu." Jeongin menangis.
"Hei jangan menangis sayang." Satu tangan Jina yang tidak memegang setir mengelus puncak kepala Jeongin.
"Ketika kita sampai di Pelequar, maka kau akan aman. Kau akan bertemu demigod lain disana. Kau tidak akan kesepian lagi." Jina tersenyum.
"Apa bunda akan ikut denganku tinggal di Pareguar?" Tanya Jeongin.
"Pelequar." Koreksi Olin.
"Apalah namanya." Jeongin tidak peduli.
"Bunda hanya manusia biasa sekarang. Hanya orang-orang spesial yang bisa masuk Pelequar."
"Jadi aku harus berpisah dengan bunda?"
Dengan berat hati Jina mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demigod || Stray Kids
Fanfiction[Au -Stray Kids] Apa terlahir seperti ini adalah sebuah malapetaka? ©gaezelly, 2019 starts : 190119 #1 in demigod