Ketuk bintang dulu!
"Hei nak, selamat datang di Pelequar!" Terdengar suara setelah perapian menyala.
"Kau Siapa?" Tanya Jeongin was-was. Tangannya mengepal dan kakinya melakukan kuda-kuda. Bersiap jika ada bahaya yang datang.
"Ini ibumu—aku ada dibelakangmu persis."
Jeongin perlahan menolehkan kepalanya kebelakang. Tidak ada siapapun. Ia hanya melihat secercah cahaya berwarja biru kekuningan. "Ibuku? Thetis? Aku tidak melihat apapun..."
Cahaya biru-kekuningan itu berterbangan kesana-kemari. Seperti memberikan kode.
"Aku tidak bisa menampilkan wujudku di depanmu sekarang. Tapi aku lega anakku baik-baik saja."
Jeongin mengendurkan rahangnya yang tadi mengeras. "Aku baru kehilangan bunda dan teman baikku. Tentu saja ibu tau kan?" Ia menghela nafas. "Apa aku terlihat baik-baik saja?"
Thetis diam. Cahanya berubah menjadi biru dingin. "Aku tau perasaanmu, nak. Tapi apapun yang terjadi kau tidak boleh larut dalam kesedihan. Kau ingat janjimu sebelum meninggalkan Troya kan?"
"Janji untuk selalu bahagia?" Mulut Jeongin tiba-tiba terbuka tanpa ia sadari.
"Benar. Ternyata kau ingat janji itu."
"Seungmin hyung bilang bahwa ibu menghapus ingatanku. Kenapa? Untuk apa ingatanku dihapus kalau pada akhirnya aku terjebak dalam situasi ini?"
Cahaya itu tambah pekat. Warnanya hampir menjadi hitam seluruhnya. "Aku harus melakukan itu untuk menyelamatkanmu. Kau tidak boleh tau apapun. Jika kau tau tentang semua ini maka Eris akan mengirim pengawalnya untuk memburumu."
Jeongin terduduk di sofa yang ada di sebrang perapian. "Semua ini tidak ada yang masuk akal."
"Kau harus menerimanya nak. Ada banyak hal mengejutkan di dunia. Ini hanya salah satunya."
Hening seketika. Pikiran Jeongin sibuk mencerna semuanya.
"Bagaimana hari pertamamu di Pelequar?" Thetis memecah lamunan Jeongin.
"Menyenangkan. Tapi akan lebih menyenangkan jika ada bunda dan Olin disini." Jeongin tersenyum getir. "...anakmu pasti akan lebih bahagia."
"Aku mengerti, Jeongin. Jina mengurusmu dari kecil. Dan Olin adalah teman baik pertamamu. Kau pasti merasa hampa."
Jeongin mengangguk. Lalu tangannya menangkup wajahnya karena merasa air matanya akan mengalir. "Sejak kapan bunda mulai mengasuhku?"
"Ia mengasuhmu ketika kau berumur 5 tahun. Dan Jina masih 17 tahun saat itu." Jawab Thetis.
"Apa ibu tau kalau bunda awalnya membenciku? Bunda membenciku karena harus mengasuhku ketika ia masih muda."
"Aku tau. Tapi itu hanyalah satu-satunya jalan. Penghuni Troya saat itu terancam mati. Hanya Jina yang tidak, itu karena Jina bukan berasal dari Troya. Jadi Jina menyelamatkanmu—tidak, ia menyelamatkan masa depan dunia."

KAMU SEDANG MEMBACA
Demigod || Stray Kids
Fanfiction[Au -Stray Kids] Apa terlahir seperti ini adalah sebuah malapetaka? ©gaezelly, 2019 starts : 190119 #1 in demigod