•Bitter Memories 4•

183 27 7
                                    

"Belajar lah mengamati apapun secara detail. Akan menyakitkan bila penyesalan datang karena tidak berhati-hati."






Mereka berjalan bersama menuju ruangan tempat mereka bermain. Ruangan kelas 11 IPS 2 memang sedikit terpencil, minim cahaya dan jauh dari gerbang pintu masuk. Seringkali siswa 11 IPS 2 protes karena kelas nya yang jauh.

Di sepanjang perjalanan menuju ruangan 11 IPS 2, Viani dan Dwi terus menjelaskan tentang permainan yang akan mereka mainkan, seakan tak ada bosan nya. Membuat beberapa dari mereka pun jenuh.

"Setelah semua lilin mati kita semua bakalan lari, bukan lari tanpa tujuan ya. Kalian harus lari nyari tempat buat sembunyi. Terserah dimana aja. Gak aman-aman banget juga gak apa-apa. Cuma 15 menit. Jangan kemana pun selain di tempat kalian sembunyi tadi, waktu kalian buat nyari tempat persembunyian cuma 5 menit." ucap Dwi membuat anak-anak cowok tertawa.

"Bagian mana nya yang lucu ogeb?" kesal Jaina.

"Lucu woi. Yakali sembunyi 15 menit, gak ada yang nyari juga." ucap Didi sambil mereda kan tawa nya.

"Lagian ngapain pake sembunyi, gak penting juga kan?" tanya Yonathan.

"Ya penting lah, kan udah di bilang tadi. Kalau lo gagal, kita bakal berhubungan dengan hal mistis. Tantangan pertama kita ya bersembunyi." ucap Yuni.

"Kok lo tau Yun? Kan yang tau permainan ini cuma gue sama Viani? Itupun di kasi tau sama kakak kelas kita."

"Yaelah Vi, otak gue gak lemot-lemot amat lah buat nangkep apa yang lo omongin tadi pas kita jalan-jalan."

"Iya deh Yun iya. Terserah aja lah" 

Mereka sampai tepat di depan pintu kelas 11 IPS 2. Mereka menghidupkan sentar dari handphone masing-masing. Karena keadaan ruangan yang memang gelap.

Setelah membuka pintu kelas, mereka mencari teman yang nyaman untuk duduk. Selang-seling antara cewek dan cowok. Dengan lilin dan korek api di depan mereka masing-masing.

Dingin, takut dan menyenangkan yang mereka rasakan. Oke tidak, untuk yang terakhir tidak semua menganggap itu menyenangkan, hanya sebagian saja, karena sebagian menganggap ini sangat tidak menyenangkan.

"Baterai handphone gimana?" tanya Astrella.

"Ada yang di bawah 50% gak?" tanya Ajeng sambil menatap teman-teman nya.

Tidak ada jawaban dari teman-teman nya. Ajeng berbunyi lagi."Yang gak bawa power bank gimana?"

"Gue sih masi 91% jeng, syukur nya handphone gue hemat baterai." sahut Alda atas ucapan Ajeng.

"Gue masih 59%, masih aman." ucap Desty kalem.

"Aman kepala mu, itu mah udah gak aman pinter. Gimana sih ih." kesal Nisa atas jawaban Desty.

"Yaudah lah ya, kalau handphone gue mati ya berarti udah sampai waktu nya mati."

Ucapan santai Desty membuat teman-temannya menggelengkan kepala. Tak habis fikir dengan teman nya itu, bagaimana bisa dia sesantai itu.

"Lo gimana Nur?" tanya Fioni.

"Ah iya, lo gak bawa power bank kan?" tanya Sofia.

Nurvina mengangguk kan kepala nya.

"49%. Gila." ucap Raisya yang melirik ke handphone Nurvina.

"Terus gimana?" tanya Dinda.

"Bahaya banget gak sih Vi, kalau baterai handphone cuma segitu?"

Bitter Memories√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang