***
Yonathan menyadari kedatangan teman-teman nya. Dia berpura-pura memohon kepada Liora dan Sandra, sambil memberi kode kepada teman-teman nya yang baru saja datang.
"Gue mohon Au, Rai. Gue itu teman kalian." ucap Yonathan berpura-pura ketakutan.
"Gue bukan teman lo! Lo harus mati sebelum gue bunuh teman-teman lo itu!"
Dengan sigap Satria, Alif, Noris dan Faris menangkap Liora dan Sandra dari belakang. Yonathan dengan cepat bangkit dan langsung merebut paksa pisau yang berada di tangan Sandra dan Liora.
"Lepasin gue sialan!" maki Liora.
"Lepas! Gue mau bunuh teman kalian itu! Gue mau bunuh adik Reno! Gue mau bunuh semua nya!!!" ucap Sandra sambil berusaha melepaskan diri nya dari pegangan Alif dan Noris.
Dengan cepat Wisang membaca ayat yang ada di kertas yang di dapat nya itu berulang kali, sambil membuka tutup botol yang di dapat nya itu. Berulang kali, sampai Sandra dan Liora semakin tidak bisa diam.
"Panas!! Panas!!" ucap Sandra.
"Sialan kalian semua!!" ucap Liora.
Tepat setelah itu tubuh Raisya dan Auli merosot ke bawah. Tubuh nya melemas, Mereka berdua pingsan. Dengan cepat Wisang menutup botol tadi walaupun dia tidak tau apakah Liora dan Sandra sudah masuk ke dalam sana seperti yang Nur dan Desty ucapkan atau tidak.
Dia pun tidak perduli, yang terpenting mereka sudah tidak lagi berada di tubuh Raisya dan Liora. Dengan cepat Wisang mendatangi teman-teman nya yang lain satu persatu. Untuk memberi kabar bahwa tugas mereka selesai. Bahwa masalah mereka selesai. Dan mereka bisa pulang dengan nyaman. Kembali ke rumah mereka, bertemu kedua orang tua mereka.
Sekarang mereka berkumpul di ruang kelas 12 IPA 1 sambil menunggu Raisya dan Aulia sadar. Mereka semua senang, sangat senang begitu mendengar kabar bahwa tugas besar mereka selesai.
"Syukurlah masalah kita udah selesai. Gue bahagia banget." ucap Nisa tersenyum bahagia.
Yuni menganggukkan kepala nya, mengiyakan ucapan Nisa. "Benar banget. Gue udah rindu kasur nih."
"Tinggal nunggu Raisya dan Aulia bangun, setelah itu kita bakalan bisa keluar." ucap Dwi.
"Yeayy gue udah gak sabar pulang ke rumah."
"Orang tua gue pasti panik banget karena gue gak ada kabar huh" ucap Alda.
"Tapi yang pasti kita udah bisa pulang." ucap Astrella.
Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka semua. Setelah satu hari lebih disini, akhirnya mereka bisa pulang. Tetapi mereka melupakan satu hal. Teman mereka, Nur, Desty dan Didi.
13.24 Am.
Raisya terbangun dari pingsan nya, merasakan kepala nya berdenyut sangat kuat. "Nghh sakit."
"Lo udah sadar Rai?"
"Apanya yang sakit Rai?"
"Rai lo gak papa kan?"
"Kenapa Rai?"
Pertanyaan yang saling bersahut-sahutan itu membuat Rai bingung. Kenapa teman-teman nya bertanya seperti itu.
"Kenapa? Kepala gue sakit dikit aja. Gue sebenarnya kenapa ya? Gue ngerasa ada yang ngendaliin tubuh gue, tapi gue sama sekali gak bisa ngelawan." ucap Rai sambil memegang kepala nya yang masih sedikit sakit.
"Kita tunggu Aulia bangun dulu deh baru kite ceritain yang sebenarnya." ucap Fioni.
Raisya melirik ke arah Auli yang masih terbaring di lantai dengan kepala di paha Dinda. "Loh, Aulia kenapa? Kok pingsan? Sebenarnya ada apa sih?"
Belum sempat Nisa menjawab, Aulia lebih dulu bersuara. "Nghh"
"Aulia, lo udah sadar?" ucap Dwi sambil membantu Aulia duduk.
"Kepala gue sakit banget. Kenapa ya?" ucap Aulia sambil memegang kepala nya yang terasa sakit.
Mereka saling lirik-lirik an, tidak tau siapa yang harus bercerita. Tidak tau apa yang harus di ceritakan.
"Gini yang terakhir kalian ingat apa aja dari perjalanan kita ini?" ucap Viani mewakili teman-teman nya.
"Gue ingat kalau Nur sama Yuni balik ke lapangan dalam keadaan berantakan, setelah itu gue ngerasa kalau tubuh gue di kendaliin orang lain yang gue gak bisa ngapa-ngapain." ucap Aulia.
"Kalau gue, saat kita nemuin Nur dalam keadaan pingsan dengan lengan berdarah-darah. Gue ingat banget kalau gue ngelihat sosok cewek di depan toilet ruangan itu, dan setelah itu semua nya gelap, sama kaya Aulia. Gue ngerasa tubuh gue di kendalikan." ucap Raisya yang sebenarnya bingung dengan keadaan ini.
Mereka lagi-lagi saling lirik-lirik an. Teringat Nur, Didi, dan Desty yang kini tidak bersama mereka. Bingung. Itu yang mereka rasakan. Tidak tau harus berucap apa kepada Raisya dan Aulia.
"Sebenarnya Nur dan Didi udah gak ada." ucap Hafiz mewakili teman-teman nya.
"Maksud lo?"
"Lo bercanda kan Hafiz?"
Mereka serentak menggelengkan kepala mereka. Menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh kedua nya. Lalu mengalirlah cerita Nur,Didi dan Desty dari mulut Dinda.
"Dan yang harus kalian tau, Gue, Nur, Desty dari awal udah tau permainan ini. Nur dan Desty membantu kalian secara nyata, dan gue bertugas bantu kalian diam-diam tanpa kalian sadarin." ucap Dinda pelan.
"Nur..." lirih Raisya.
Mereka kembali terpukul mengingat Didi dan Nur, serta Desty yang belum memunculkan diri.
"Gue mau ngelihat Didi." ucap Aulia.
"Oke, ayo kita ke bawah."
Mereka bergegas merapikan diri dan berjalan menuju lantai satu untuk menemui mayat teman mereka. Tetapi sampai disana yang di temukan mereka hanya lah sisa darah dari kepala Didi tadi.
"Loh? Didi kemana?!" ucap Faris panik.
"Ini pasti kerjaan Desty! Karena cuma dia yang gak sama kita!" ucap Nisa.
"Tapi bisa jadi ini kerjaan Nur." ucap Alda.
Raisya menatap Alda bingung, "Bukan nya Nur udah gak ada?"
"Entah kenapa, gue gak percaya Nur udah gak ada."
Hafiz menghentikan obrolan mereka, "Sekarang gimana? Apa kita langsung pulang? Atau cari Didi, Nur dan Desty? Kalau kalian emang teman yang baik, gue pastiin kalian bakal milih nyari mereka bertiga."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Memories√
HorrorKenangan pahit? Ya, pahit. Itu yang di alami oleh siswa siswi kelas 12 IPA 3, niat mereka hanya ingin mengenang masa-masa sekolah mereka, sebelum mereka benar benar harus berpisah mengingat ujian akhir sudah selesai. Tetapi malah membuat mereka men...