•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Krekk. Pintu UKS terbuka.
"Apa gue ketinggalan banyak hal?" ucap Desty yang baru saja datang.
Serentak mereka melihat satu sama lain, meyakinkan orang yang baru masuk ke dalam UKS itu teman mereka. Lalu siapa tadi yang berbicara dan bersama sama mereka?
Sontak mereka melihat ke arah Nurvina yang tadi berdiri di samping Desty. Desty tidak ada di sana, padahal tadi dia berdiri di samping Nurvina.
"Tadi Desty di samping lo kan?" tanya Faris pada Nurvina pelan.
"Iya."
"Terus yang tadi siapa?" ucap Wisang.
Mereka semua menatap Wisang pucat. Mereka yakin tadi Desty bersama mereka, mengobrol bersama mereka. Tapi sekarang kemana?
"Lo.... Lo dari mana?" ucap Natasya terbata bata.
"Dari toilet, pas Nur turun ke bawah buat manggil kalian gue tiba-tiba kebelet banget, yaudah si Dinda gue tinggal aja." ucap Desty kalem. "Emang ada apa si? Kok kaya nya panik banget pas gue masuk? Kaya ngeliat setan aja." tawa Desty.
"Iya, lo setan nya." ucap Satrio sambil tertawa tipis.
Adrio langsung memukul kepala Satrio geram. "Gak lucu bercanda saat-saat kaya gini."
"Lo yakin?" ucap Dwi.
"Apaan sih, yakin lah. Kan gue emang tadi ninggalin si Dinda. Kenapa sih? Kalian marah gue ninggalin Dinda?"
"Bukan. Bukan gitu, tadi ada lo disini Des." ucap Raisya yang sudah dari tadi memucat.
"Apaan. Gue dari tadi belum ada ke UKS dari yang gue sama Nur nemuin Dinda." ucap Desty sedikit kaget.
"Sumpah Des? Lo gak lagi bercandaain kita-kita kan?" tanya Dwi sekali lagi.
"Ihh gak percayaan banget sih." ucap Desty kesal.
"Tapi emang benar Des, lo tadi disini sama kita. Lo juga tadi ngobrol sama kita. Tiba-tiba lo masuk,ya kita kaget lah." ucap Aqilla tenang.
"Idih. Niat banget tu setan nyerupain gue haha."
Sofia memukul kepala Desty pelan. "Gak lucu bego."
"Lucu tau, kalian ngomong sama setan yang nyerupain gue, terus kalian kaget karena gue datang haha"
Mereka menatap Desty tajam, tak habis pikir kenapa teman mereka tak ada yang benar.
"Udah-udah. Berarti tadi kita di isengin sama mereka." ucap Dinda yang tak tau dari kapan sadar.
"Loh Din, lo udah sadar?" tanya Viani lalu mendekat ke ranjang Dinda.
"Udah, dari pas pintu UKS kebuka."
"Syukur deh lo udah sadar."
Tanpa mereka sadari Nurvina menatap sekeliling nya tajam. Memastikan apakah yang ada bersama nya ini teman nya atau bukan. Sebenarnya dia dan Alif sudah menyadari ada yang tidak beres pada Desty tadi. Bibirnya pucat, dan seperti tak ada semangat. Tetapi dia dan Alif tak mengubris, menganggap bahwa Desty hanya merasa takut melihat Dinda terbaring tak sadar kan diri tadi.
"Ayo ikut gue." bisik Alif sambil menarik tangan Nur pelan.
"Kemana?" sahut Nur tak kalah pelan.
"Ada yang harus kita omongin." ucap Alif pelan.
"Tapi anak-anak bisa curiga kalau kita pergi sekarang." ucap Nurvina memperhatikan keadaan teman-teman nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Memories√
HorrorKenangan pahit? Ya, pahit. Itu yang di alami oleh siswa siswi kelas 12 IPA 3, niat mereka hanya ingin mengenang masa-masa sekolah mereka, sebelum mereka benar benar harus berpisah mengingat ujian akhir sudah selesai. Tetapi malah membuat mereka men...