"Jangan lupakan apapun, walaupun itu hanya sesuatu yang kecil. Kadang sesuatu yang kalian anggap kecil ternyata sangat-sangat berbahaya."
***
"Harusnya dia dapat yang lebih parah dari itu." ucap Dinda yang mengundang tanya dari teman-teman nya. "Karena dia penjahat sebenarnya."
Nur dan yang lain menatap Dinda tak percaya, Dinda menatap Nur santai tetapi terkesan sinis.
"Din..." Lirih Nur tak kuasa menahan diri untuk tak bersuara.
Mereka kini menatap Nur bingung, tak percaya, kecewa, sedih. Semua bercampur aduk. Mendengar suara lirih Nur membuat mereka menjadi yakin dengan ucapan Dinda.
"Gini-gini. Maksudnya gimana sih? Sumpah gue gak paham." tanya Nisa yang sebenarnya masih bingung. Hanya dia yang menatap Nur bingung, sedangkan yang lain kini jengah dengan sikap Nisa yang kadang membuat jengkel. Walaupun mereka menerima baik buruk nya teman-teman nya, tapi tetap saja itu menjengkelkan.
"Gini yah Nisa ku sayang.." ucap Dinda menggantung lalu menatap Nur sinis, "Nur itu, memuakkan. Dia jahat, dia ngelukain dirinya sendiri, dia yang ngerencanaiin ini semua, dia yang ngebuat kita kekurung di sini gak bisa keluar, dia yang bunuh Didi, dia juga yang bersikap SOK baik." ucap Dinda penuh penekanan di kalimat 'sok', membuat Nur menundukkan kepala nya sambil berusaha menahan air mata nya. Perempuan ini memang terlewat cengeng.
"Ta-tapi kenapa?" tanya Dwi terbata.
"Ya karena dia benci sama kita. Karena dia pengen kita mati disini." jawab Dinda lagi.
"Mak-maksudnya? Nur dendam sama kita?" tanya Nafisah tak percaya.
"Ya mungkin." ucap Dinda santai.
"Gue gak nyangka ya Nur. Benar-benar gak nyangka. Lo yang kaya nya baik, tapi ternyata diam-diam menghanyutkan." ucap Yuni pedas.
Dengan sedikit keberanian, Nur mengangkat wajah nya. Menatap teman-teman nya satu persatu. Lalu tatapan mata nya jatuh ke Dinda, "Ada apa sih Din? Gue bahkan gak tau ada apa sama lo. Kita kesini berniat jagain anak kelas bareng-bareng. Tapi kenapa tiba-tiba gini? Gue salah apa?" Nur menarik nafas panjang, pasrah.
"Ya karena cuma lo yang berniat beda! Lo berniat ngehancurin anak kelas, bukan bantuin anak kelas!" ucap Dinda lagi.
"Sumpah Din, gue gak pernah berfikir aneh-aneh. Gue gak pernah berfikir buat nyakitin kalian, gue gak pernah berfikir buat ngehancurin kalian. Karena kalau kalian hancur, gue juga bakalan hancur." ucap Nur yang lagi-lagi tak bisa menahan isak tangis nya.
"HALAH! lo itu bisa nya cuma ngomong doang! Kemana lo pas anak-anak butuh lo?! Gak ada! Kemana lo pas Dwi hampir mati karena mau jatuh dari lantai 2?! Hah?!" ucap Viani mengeluarkan emosi dan unek-unek nya.
"Lo bersikap seakan-akan lo ngebantu! Padahal?! Lo cuma pengen anak kelas tau kalau lo itu terbaik! Kalau lo itu hebat! Kalau lo itu yang bisa di andalkan!" sambung Jaina.
"Udah! Cukup! Gue gak seburuk itu hiks..."
"Lo emang gak seburuk itu, tapi lo lebih BURUK dari itu!!" ucap Natasya menekan kata Buruk.
"Harusnya dari awal kita gak percaya sama lo!" ucap Sofia menimpali.
Hafiz dan beberapa murid laki-laki jengah dengan keadaan ini. Mereka akhirnya membuka suara, menghentikan perdebatan yang terjadi.
"Udah. Gak lucu kaya gini." ucap Hafiz mendamaikan keadaan.
"Ya emang gak lucu. Tapi seru buat mainan." ucap Nisa sambil tertawa sinis.
Nur masih terisak, dia kecewa karena perjuangan nya ini di anggap buruk oleh teman-teman nya. Dia kecewa karena teman-teman nya menganggap ini lucu.
Dinda menatap Hafiz tajam, Hafiz menatap Dinda tak kalah tajam. Akhirnya Dinda tertawa, dia mengalah. Dia berjalan menuju Nur yang terduduk lemas di lantai, lalu memeluk nya. Dapat di rasakan nya, tubuh Nur dingin, benar-benar ketakutan.
"HAHA Gue cuma bercanda Nur. Kok lo bego banget sih Nur?" ucap Dinda membuat Nur sontak mengangkat kepala nya, melihat semua teman-teman nya menatap dirinya sambil menahan tawa nya.
"Kalian jahat, hiksss gue pikir kalian emang marah sama gue. Hikksss. Jahatt." ucap Nur sambil meneruskan tangis nya.
Mereka tertawa bersama, hari ini terlalu bahagia untuk mereka lewat kan. Banyak pelajaran yang dapat mereka ambil dari semua masalah hari ini. Tapi jangan lupakan, terlalu banyak masalah yang belum terungkap.
"Jadi.. Didi kenapa?" tanya Alif yang masih bingung.
Nur menetral kan suara nya, "Ekhem. Nanti deh gue ceritain. Sekarang kita pulang dulu, karena orang tua kita pasti udah khawatir banget sama kita." ucap Nur yang wajah nya sembab, lalu di jawab anggukan kepala oleh teman-teman nya.
Nur berdiri dari tempat nya dan langsung mematikan beberapa komputer CCTV dan berusaha menghapus rekaman CCTV sekolah. Agar tidak ada yang bisa melihat nya selain mereka yang memang sudah mengetahui. Atau agar mereka tidak di cari untuk di mintai keterangan akibat merusak fasilitas sekolah dan berakhir dengan ijazah di tahan pihak sekolah.
"Berarti kita pulang nih?" tanya Mustika yang diam sejak tadi.
"Iya lah. Kita udah semalaman gak pulang." jawab Nafisah.
"Gue takut pulang. Orang tua gue pasti marah besar karena gue gak sama sekali ngabarin mereka kenapa gak pulang." ucap Dwi sambil menundukkan kepala nya.
Astrella menarik nafas panjang lalu berkata, "Gak cuma lo kok Wi yang takut pulang. Gue juga takut."
"Apa kita kerumah kita sama-sama? Jelasin ke orang tua kita tentang yang kita alamin?" usul Piter.
"Gue gak yakin orang tua kita percaya. Gue malah takut mereka ngira kita aneh-aneh lagi." ucap Arinda.
"Tapi kita bakalan di marah habis-habisan kalau gak cerita yang sebenarnya." ucap Satrio lalu diangguki oleh beberapa dari mereka.
Mereka diam sejenak, tiba-tiba suara Jaina memecahkan keheningan yang ada di antara mereka.
"Lilin ini buat apaan dah? Kok gue mendadak mikir kalau ni lilin gak ada guna nya ya?" tanya Jaina sambil menunjukkan lilin yang di berikan Viani malam tadi, sebelum permainan di mulai.
Nur, Dinda, Desty dan Astrella serentak teringat. Lilin itu...
"Astaga lilin itu." ucap mereka berempat bersamaan. Membuat kebingungan melanda mereka semua.
***
Pertama-tama author mau ngucapin banyakk terima kasih untuk kalian yang selalu support cerita ini dari awal. Mohon maaf karena cerita ini masih banyak kekurangan. Mungkin juga alurnya sangat-sangat membosan kan. Tapi cerita ini author buat sepenuh hati, semoga cerita ini sampai ke hati kalian. Hehe. Sekali lagi terima kasih banyak atas semua support nya, atas semua vote+comment kalian yang ngebuat author semangat ngetik. Sekali lagi maaf karena author nya suka ngaret update hehe.
Salam sayang
Nrvn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Memories√
HorrorKenangan pahit? Ya, pahit. Itu yang di alami oleh siswa siswi kelas 12 IPA 3, niat mereka hanya ingin mengenang masa-masa sekolah mereka, sebelum mereka benar benar harus berpisah mengingat ujian akhir sudah selesai. Tetapi malah membuat mereka men...