•Bitter Memories 3•

214 25 3
                                    

"Mereka terus terusan percaya pada apa yang terlihat di depan mata mereka tanpa memperdulikan apa yang ada di logika"







Siswa-siswi kelas 12 IPA 3 berjalan menyusuri koridor sekolah yang sudah mereka tempati selama 3 tahun ini. Mengenang bagaimana pertama kali mereka saling mengenal. Mendatangi kelas pertama mereka saat berada di kelas 10. Mengingat bagaimana mereka yang awal nya tak saling kenal, sampai akhirnya saling sayang seperti ini.

"Gak terasa ya. Udah tiga tahun aja kita sekelas. Awalnya bosan sih, sama kalian mulu. Tapi ternyata lebih enak karena yaa gak perlu adaptasi lagi." ucap Arinda dengan wajah polos nya. Membuat Hafiz tersenyum tipis melihatnya.

"Benar banget. Gue juga gak perlu nyari teman mabar PUBG lagi." sambung satria dengan cengengesan.

"Yee,itu sih mau lo."

"Viani, kata lo, lo udah nyiapin permainan buat kita kita? Supaya gak bosen?" tanya Astrella.

"Oh jelas. Tapi ini masi awal bangett, meding kita keliling keliling ajaa dulu. Gue mau nunjukkin gimana permainan nya sambil kita mastiin tempat." ucap Viani cengengesan.

"Lo gak bakalan nyuruh kita buat keliling sekolah masing-masing kan?" Ucap desty memastikan. "Gue gak mau ya kalau aneh-aneh. Mending gue pulang."

"Tenang aja, gak kok. Viani sama gue cuma mau ngajakin kalian keliling aja. Sambil jelasin permainan nanti." jawab Dwi.

Mereka menyusuri koridor-koridor yang ada di bangunan SMA mereka itu. Tertawa bersama, sampai lupa akan adanya perpisahan.

"Nah jadi gini, gue bakalan ngajakin kalian main permainan yang seruu banget. Nah gue mau ngajakin kalian bercerita."

"Bentar-bentar, di bagian mana nya yang seru Viani." ucap aulia mengeram kesal.

"Tau ni Viani. Kalau cuma cerita mah kita udah sering banget." ucap Alda membenarkan ucapan Aulia.

"Makanyaa dengarin dulu sampai selesai. Gue belum selesai ngomong udah di potong aja." omel Viani. "Gue udah siapin satu kelas yang benar benar gelap banget. Kelas 11 IPS 2. Disana minim cahaya, nah gue udah nyiapin 72 butir lilin."

"Trus? Lilin nya buat apa?"

"Lah lo mau ngajakin kita bakar sekolah?"

"Gabenar ni anak"

"Ya ampun Vi. Jangan gilaa."

"Ingat Vi, ini sekolah udah nampung lo 3 tahun"

"Viani mah lupa jasa nih"

"Kasian Vi, guru guru mau ngajar dimana."

"Viani lo jahat banget."

"Seru tuh Vi, ayo bakar sekolah."

"Berisik ya kalian. Yakali gue mau ngajakin kalian bakar sekolah." ucap Viani kesal.

"Gini-gini, gue lanjutin nih ya." Dwi menyela ucapan teman-teman nya yang memang sudah sedikit tidak waras.

"Lilin itu sengaja gue sama Viani beli 72. Jadi,masing-masing orang megang 1 lilin. Nah 36 lilin lain nya kita hidupin di depan kita. Setiap orang harus cerita satu cerita yang seram banget. Dan setiap selesai cerita, kalian harus nyebutin kalimat 'Kami lari,jangan kejar kami' dan satu lilin di matiin. Sampai di lilin terakhir mati, kalian semua harus siap siap lari." ucap Dwi panjang lebar menjelaskan permainan nya.

Bitter Memories√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang