•Epilog•

209 19 6
                                    

"Sesungguh nya nilai teman yang paling setia adala lebih dari saudara. Dan semua itu ada padamu."

***

Satu bulan berlalu...

Mereka duduk termenung di hamparan rerumputan. Ya, mereka. Siswa-siswi kelas 12 IPA 3. Atau mungkin dapat di sebut Alumni. Mereka ke-36 siswa-siswi itu terdiam sejak 30 menit yang lalu, kedatangan mereka menghadirkan kesunyian. Bahkan rasanya burung-burung yang berlalu lalang pun enggan mengganggu.

Setelah 1 bulan berlalu mereka tidak bertemu, menghadirkan rindu yang menyesakkan dada. Satu bulan yang lalu, atau lebih tepatnya hari dimana mereka di tangkap para polisi-polisi itu. Sejak saat itu sampai kemarin lalu, tak satupun dari mereka saling bertemu. Tetapi janji tetap lah janji, itu yang membuat mereka ada disini. Ya, bertemu disini dengan segala kerinduan yang telah menggunung.

Flashback on

"PAK LEPASIN KAMI!! KAMI GAK SALAH APAPUN PAK!!" ucap Faris memberontak.

Sebelum Nur di bawa masuk ke dalam mobil Nur berkata, "Gue yakin kita gak kenapa-kenapa."

Mereka digiring paksa ke arah mobil lalu di bawa ke kantor polisi. Tak satu pun dari mereka mengangkat wajah saat di keluarkan dari mobil polisi. Bahkan sampai mereka di bawa masuk pun mereka masih menundukkan wajah mereka.

Setelah masuk ke dalam kantor polisi, polisi melepas pegangan tangan nya. Mereka sontak mengangkat wajah. Terpampanglah wajah cemas kedua orang tua mereka masing-masing. Isak tangis pun semakin menjadi-jadi ketika seorang ibu melihat wajah anak nya, Keadaan anak nya yang kacau, luka disana sini, membuat hati nurani seorang ibu terluka. Berpelukkan adalah satu-satu nya cara melepas semua rasa. Rasa cemas, kesal dan amarah.

"Kamu kenapa jadi gini sih nak? Ya allah." ucap Mama Dwi sambil memeluk anak nya erat.

Tetapi itu tidak berlangsung lama, karena polisi akan segera mengintrogasi mereka terkait hilangnya mereka. Tidak dapat di hubungi, lalu ketika di temukan dalam keadaan yang kacau seperti ini.

"Kalian akan kami introgasi. Kami harap kalian dapat berkerja sama untuk berkata sejujujur-jujurnya. Tanpa ada yang di tutup-tutupi!" ucap seorang polisi itu tegas, seakan tak terbantah.

Aulia bersiap membuka mulutnya berusaha membantah, karena ini tidak masuk akal jika di ceritakan kepada polisi-polisi yang realistis ini. Tetapi akibat pelototan dari Nisa membuat Aulia mengurungkan niatnya membantah. Mau tak mau mereka memang harus jujur.

Hal itu membuat mereka, ke-36 siswa-siswi itu menjadi tahanan rumah selama sebulan.

Tetapi sebelum mereka dibawa pulang oleh kedua orang tua mereka, Viani menyerukan beberapa kata yang tidak terlalu di gubris oleh orang tua mereka. Karena orang tua mereka yang tak paham.

"Satu yang paling bersinar malam hari depan. Waktu absen Dwi di sebuah rerumputan dan ayunan." ucap Viani membuat mereka menatap Viani bingung lalu di seret paksa oleh kedua orang tua mereka masing-masing.

Flashback off

Dan disini lah mereka, berkumpul di taman kota menuntaskan rindu. Bersyukur mereka memahami ucapan Viani.

"Gimana keadaan kalian setelah pulang dari kantor polisi? " tanya Nur menghentikan keheningan yang melanda mereka selama hampir 30 menit.

Hafiz terkekeh pelan, "Semua fasilitas gue di tarik paksa, selama sebulan gak boleh kemana-mana. Kerjaan gue ya makan tidur makan tidur haha."

Bitter Memories√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang