"Apapun demi kalian. Bahkan nyawa pun akan aku korban kan. Kalian tau kenapa? Karena kalian bagian dari hidup ku. Aku menyayangi mu teman."
***
"Astaga lilin itu." ucap mereka berempat bersamaan. Membuat kebingungan melanda mereka semua.
"Lilin kalian dimana?" tanya Astrella dengan nada panik. Astrella sangat panik, dia sampai menarik-narik tangan Noris panik.
Karena kepanikkan Astrella membuat mereka juga ikut panik. "Ada apa La? Hah?" tanya Viani panik.
"Lilin kalian mana?!" tanya Astrella sekali lagi.
"Gue ada nih La. Gue kantongin terus." ucap Nisa dengan wajah polos luar biasa.
"Nih gue juga ada." ucap Nafisah.
"Syukur gue masih ada." ucap Mustika.
"Gue juga ada.. Eh tapi kok gak ada ya di kantong baju gue." ucap Yuni sambil merogoh celana nya. Astrella menatap Yuni cemas, frustasi.p
"Gue juga gak ada, kalau gak salah gue tinggalin di kelas tadi." ucap Sofia dengan wajah penuh sesal.
"Ah iya, punya gue juga ketinggalan. Gue pikir tu lilin gak ada guna nya jadi gue letakkin di atas meja kelas itu." ucap Fioni santai.
"Oh iya ya, tadi gue juga ninggalin di sana." sambung Dwi
"Astaga. Gimana ini." panik Dinda.
Wisang merogoh celana dan baju nya, tidak di temukan nya lilin itu, "Gue juga gak ada. Kaya nya lilin itu gue tinggalin di ruang guru deh. Emang kenapa sih? Kenapa kaya nya panik banget? Emang itu lilin penting banget ya? Beli aja elah."
"Aduh Sang. Lilin itu sebenarnya gak bahaya buat kita, tapi lilin itu bahaya buat orang lain." ucap Desty dengan nada cemas. Membuat teman-teman nya bingung.
"Hah? Maksud nya gimana?"
Sejenak Astrella menarik nafas nya panjang, "Lilin itu sebenarnya emang gak ada gunanya. Lilin itu hanya digunakan untuk pemanggil lagi."
"Gimana-gimana?" tanya mereka sekali lagi karena tak paham sama sekali atas apa yang di ucapkan Astrella.
"Lilin itu emang gak ngaruh apapun untuk kita. Tapi kalau sampai lilin itu di hidupkan, itu bakalan berpengaruh besar buat orang yang ngehidupin. Sandra dan Liora bakalan kepancing lagi, dan sesuatu-sesuatu yang ganggu kita juga bakalan ganggu mereka yang ngehidupin. Dan kita punya tanggung jawab besar untuk itu." ucap Astrella lagi.
Mereka terkejut hebat, mereka bingung. Mereka lelah, tapi ini tanggung jawab mereka.
"Ya ampun."
"Jujur, tubuh gue rasa nya udah capek banget." ucap Raisya mengeluh.
"Gue juga, tapi mau gimana lagi. Ini tanggung jawab kita semua." ucap Aulia, "Mau gak mau, suka gak suka ya kita harus selesaiin." Lanjutnya.
"Jadi gimana sekarang?" tanya Arinda menghela nafas pasrah.
"Kita cari lilin itu, lalu buang di tempat yang gak bakalan orang-orang temuin." ucap Dinda.
Mereka mengangguk kan kepala, walaupun mereka lelah.
"Yaudah ayo. Kita ke ruang guru dulu." instruksi Hafiz yang sedari tadi diam.
Mereka bergerak berjalan menuju ruang guru. Melangkah sedikit cepat, dengan rasa khawatir. Mereka berhenti mendadak, dengan wajah pucat pasi. Mereka terjebak. Pak Bayu guru matematika terkiller mereka berada di depan sana bersama satpam sekolah.
Gurunya itu belum menyadari keberadaan mereka, sesaat sebelum mereka bertindak suara teriakan Pak Bayu menggema. "KALIAN NGAPAIN DI SEKOLAH INI!"
Hafiz menatap teman-teman nya ragu dan panik, "Kita gak bisa nyari lilin itu sekarang, kita bisa di tangkap dan ijazah kita bakal di tahan. Sekarang kita kabur lewat pintu kita masuk kemarin malam. Berpencar, tapi gak boleh sendiri. Gue sama Alif bakal berusaha ngalihin perhatian mereka dengan lari berdua. Nih bawa motor gue sama Alif pergi, supaya gue langsung bisa keluar tanpa harus ngambil motor lagi. Dua orang tunggu gue di perumahan di sebelah sana ya." tunjuk Hafiz ke arah kanan nya.
"Ketemu di rumah makan padang tempat biasa kita, oke? Jangan bahayain diri kalian untuk nunggu gue dan Alif di dekat sekolah." Lanjut Hafiz lalu di akhiri dengan mengusap puncak kepala Arinda pelan.
"Lo hati-hati ya Rin." ucap Hafiz sebelum Arinda di tarik pergi oleh Viani dan Dwi.
Bersyukur jarak mereka dan guru itu cukup jauh. Bersyukur guru dan satpam nya itu memang rabun jauh. Dan bersyukur karena kedua nya tidak memakai kaca mata. Jadi mereka bisa leluasa kabur tanpa dikenali oleh kedua nya. Walaupun tidak semudah itu.
Ingat kan mereka untuk tidak memakai baju yang mereka pakai saat ini saat kesekolah atau bertemu dengan kedua nya. Walaupun kedua nya itu rabun jauh, mereka tetap harus berhati-hati.
"Lif, Hati-hati." ucap Nur sesaat sebelum dirinya di tarik oleh Desty.
Hafiz dan Alif dengan sigap berlari ke lantai 2 dengan segala pertimbangan. Mereka akan berlari ke lantai dua melalui tangga di samping ruang patas itu. Mereka yakin gurunya dan satpam itu akan mengejar mereka lewat tangga di samping ruang guru.
"HEI KALIAN JANGAN KABUR!"
Mereka berlari menaiki tangga lantai 2, dari jauh di lihat nya kedua orang itu menaiki tangga di samping ruang guru. Setelah mereka melihat kedua orang itu bersusah payah menaiki tangga, dengan cepat Alif dan Hafiz berlari menuruni tangga.
"KALIAN MAU KEMANA HAH?! JANGAN LARI DARI SAYA!"
Dengan cepat Alif dan Hafiz berlari menuju gerbang sekolah yang sudah terbuka lebar. Karena tidak fokus ke arah depan, Hafiz tidak menyadari bahwa ada batu di depan kaki nya.
"AKH! SHIT." umpat Hafiz karena dirinya tersandung. Dari lutut nya mengalir darah. Cukup besar karena tergores juga ke betis nya.
"Fiz ayo berdiri! Gue bantu!" ucap Alif sambil melihat-lihat ke belakang. Hafiz berusaha berdiri sendiri, tetapi kaki nya yang luka membuat nya kesulitan berdiri.
"Kita bisa ketangkep Fiz! Ingat Arinda Fiz!! Arinda. Kalau lo ketangkep gimana sama Arinda?! Ini siang Fiz! Kalau mereka ngenalin kita gimana?!"
Hafiz mengingat Arinda, jika dia tertangkap semua teman-teman nya dalam masalah, begitu juga Arinda. Arinda akan dalam masalah.
"HEY KALIAN!"
Dengan cepat dia mengambil uluran tangan Alif. Lalu berusaha berlari walaupun sebenarnya kaki nya ini tidak dalam kata baik. Tapi demi teman-teman nya, apapun dia lakukan.
Ternyata tak jauh dari sekolah nya itu, atau lebih tepat nya di perumahan di samping sekolah nya itu sudah ada dua orang teman nya bertengger di atas motor masing-masing dengan wajah cemas. Setelah melihat Hafiz dan Alif tidak kenapa-napa mereka menghela nafas lega.
"Fiz, Lif! Sini." ucap Satria.
Hafiz dan Alif segera berjalan menuju Satria dan Wisang yang bertengger di atas motor.
"Astaga lo kenapa?!" seru Wisang kaget melihat keadaan Hafiz.
"Nanti aja lo kaget nya. Ayo cepat kabur." ucap Hafiz.
Dengan cepat Alif membantu Hafiz menaiki motor Wisang. Dan dia segera menaiki motor Satria. Mereka melesat masuk ke dalam sebuah perumahan dengan jalan berputar-putar agar kedua gurunya itu tidak dapat menemui mereka.
***
Salam sayang
Nrvn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Memories√
TerrorKenangan pahit? Ya, pahit. Itu yang di alami oleh siswa siswi kelas 12 IPA 3, niat mereka hanya ingin mengenang masa-masa sekolah mereka, sebelum mereka benar benar harus berpisah mengingat ujian akhir sudah selesai. Tetapi malah membuat mereka men...