•Bitter Memories 8•

154 23 8
                                    











Mereka berlari menuju lantai dua bersama sama, menempati ruang kelas yang mereka dapat. Menunggu waktu yang terus berjalan. Sebentar lagi dan....

TRENGG.

Permainan dimulai.

Rendi sudah berada di depan Ruang kelas nya terlihat dari jauh manusia atau mungkin setan atau hantu, entahlah tidak tau pasti,yang pasti dia merangkak, menatap Rendi tajam.

"AHHHH SETAN!!!!"  ucap Rendi sambil berlari menuju ke ruang 10 IPA 4 yang memang jauh dari ruang kelas nya tadi yang sudah ada Nurvina berdiri menunggu giliran nya.

Karena sudah benar-benar takut, Rendi berlari dengan cepat tak perduli apapun, sampai membuat hantu yang merangkak itu tertinggal jauh di belakang sana.

"RENDI, KABARIN YANG LAIN SURUH CARI GARAM NYA!!" teriak Nurvina sambil berlari mengelilingi koridor, sedikit lagi dia mendekati Noris yang akan menggantikan nya berlari, dia tersantung lantai yang tinggi nya memang tak rata.

"AKHHHHH!!"

Nurvina melihat ke belakang, hantu itu semakin cepat menuju ke arah nya, di paksakan dirinya untuk berlari menuju Noris dan masuk ke dalam ruang kelas yang hanya ada Arinda sendirian. Dilirik nya celana nya yang robek akibat terjatuh dan memaksakan diri untuk berdiri tadi.

"Loh, lo kenapa Nur?" Arinda cemas pada keadaan teman nya itu, apa lagi dengan keadaan kaki yang luka.

"Gue kesandung tadi, gue lupa kalau koridor kita kan ada yang gak rata. Untung nya gue sempat lari." ucap Nur sambil meringis mengobati kaki nya dengan obat yang ada di dalam kelas itu. Obat yang di sediakan di setiap kelas.

"Nur, lo gue tinggal gapapa kan? Gue udah harus standbay di depan."

"Iya gapapa."

Arinda berjalan ke arah pintu keluar untuk melihat apakah sudah giliran nya atau belum.

Nurvina mengambil handphone nya lalu mengetikkan. 'Gue gak bisa lari-larian, maaf. Gue kesandung, kaki gue luka, gue takut malah nanti ketangkap sama hantu itu.'

Berat memang masalah kali ini.

***

Disisi lain, Dwi sudah berlari menghindar dari hantu yang terus mengejarnya itu. Entah Dwi yang terlalu pelan berlari atau hantu itu terlalu cepat mengejar nya.

"YA ALLAH GUE BELUM MAU MATII!!!!!" ucap Dwi sambil memejamkan mata nya berlari menuju Hafiz yang sudah bersiap berlari.

"FIZ GUE TAKUTT!!! TOLONGIN GUE BEGO!!" ucap Dwi ketakutan.

Hafiz berusaha menarik tangan Dwi yang sudah kelelahan ke dalam kelas dan langsung berlari ketika menyadari hantu itu di berada di dekat kaki nya. Menggoreskan kuku nya yang tajam ke kaki Hafiz.

Hafiz berlari menahan rasa sakit di kaki nya akibat cakaran hantu itu. Yuni berada di depan sana memandang Hafiz khawatir. "AKHH!! EMANG DASAR SETAN!!" ucap Hafiz yang membuat wajah cemas Yuni tadi menjadi tertawa.

"CEPETAN FIZ, KAKI LO HARUS DI OBATIN."

Yuni berlari menggantikan Hafiz, giliran nya berlari tiba-tiba saja perut nya di datangi rasa mulas tiba-tiba. Miris memang, ada saja masalah.

***

Entah sudah putaran keberapa ini. Yang pasti sudah 25 menit mereka berlari-lari, tapi belum juga ada yang bisa menemukan garam, kantin sekolah tertutup rapat sekali membuat beberapa dari mereka yang bertugas mencari garam mengeram kesal karena tak bisa masuk ke dalam kantin. Mereka terus mencari cara agar dapat masuk ke kantin mengingat waktu yang sudah tidak banyak lagi.  Sampai Viani mengabarkan bahwa dirinya memegang kunci kantin.

Viani lupa bahwa dia memegang kunci kantin, tinggal 5 menit terakhir pagar untuk menuju kantin sekolah terbuka. Mereka membongkar kantin sekolah dan mencari garam di sana. Viani langsung mengabari teman-teman nya dan menyuruh Mustika berlari membawa garam untuk melempar hantu itu. Dan mereka akan menang.

Mustika kesal karena dia yang harus membunuh hantu tersebut, tetapi demi kesejahteraan dirinya dan juga mereka semua yang sudah Mustika anggap saudara sendiri, Mustika rela melakukan nya.

Mustika sudah ber ancang-ancang untuk melempar hantu tersebut dengan garam, tetapi bodoh nya dia malah ketakutan dan berlari mengelilingi koridor yang sepi. Di tempat yang sama dengan Nurvina tadi, Mustika terjatuh, sedangkan hantu tadi terus merangkak menuju ke arah Mustika yang terduduk di lantai.

Mustika lupa bahwa ada garam di tangan nya yang sudah bisa langsung di lemparkan nya. Dia terus berjalan mundur dengan duduk. "Gue mohon jangan ganggu gue. Gue gak pernah niat buat ganggu lo."

Piter yang melihat kejadian itu sontak berteriak. "MUS GARAM NYA LEMPAR MUS!!"

Mustika ketakutan dan melempar garam tadi ke hantu itu. Tetapi sebelum melempar garam tangan Mustika tercakar panjang oleh hantu itu.

Tepat setelah garam tersebut di lempar hantu itu merasa kesakitan dan bertetiak. "Manusia memang senang berbuat jahat hahahah."

Piter langsung membantu Mustika berdiri dan membawa Mustika keruang kelas untuk di obati, walaupun luka tangan nya tidak terlalu parah,tetapi tetap saja harus di obati. Tepat setelah Mustika melempar garam bel berbunyi.

TRENGGG

Misi kali ini selesai.

***

Mereka berkumpul kembali di lapangan, dengan keadaan yang sudah tak tentu. Luka dimana-mana, lebam di sana-sini, sudah benar-benar kacau.

Mereka berbaring di lapangan mengahadap ke langit. Langit cerah,tapi keadaan mereka tak sama sekali cerah. Natasya duduk menghadap ke arah pohon besar yang ada di dekat ruang lab biologi. Di perhatikan nya pohon itu, dia yakin jika ada orang yang bergantung di pohon itu.

"Woi-woi, liat gak ada orang yang bergantung disana?"

"Mana sih Nat? Yang dimana?" tanya Arinda yang melihat kearah pohon itu dengan teliti.

"Gak ada apa-apa loh Nat disana."

"Itu ada Rin, Sang. Itu loh yang bergantung di atas pohon itu."

"Jangan ngebuat parno deh Nat. Kita tuh lagi gak dalam keadaan sehat." ucap Adrio kesal.

"Gue gak bercanda. Masa kalian gak bisa lihat sih? Itu loh yang bergantung di sana."

"Iya Nat iya. Gue lihat, dia bukan manusia Nat. Udah jangan di tegurin lagi." ucap Desty agar Natasya tidak lagi mengurus hal hal tidak penting itu.

"Des, lo emang suka banget ya ngebuat orang takut."

"Apa lagi setelah ini? Gue udah lelah banget." ucap Ajeng yang masih setia menatap langit malam.

"Entahlah. Mungkin bakalan mainin permainan yang mematikan."

Mereka diam sunyi, sibuk dengan urusan masing masing. Sampai suara Satrio mengejutkan mereka.

"DESTY, DINDA SAMA NURVINA MANA??!!!"

--------------------
-
-
-
-
-
-
-
-
-

TERIMA KASIH💛 MAAFKAN KARENA SAYA TELAT UPDATE.💛

Bitter Memories√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang