•Bitter Memories 5•

173 27 8
                                    









"GIMANA BISA MEJA ITU KEBALIK TANPA ADA YANG NYENTUH SAMA SEKALI?!!!"

"PERMAINAN INI GAK BENAR!!"

Teriakan itu membuat keadaan kacau, berlari meninggalkan lilin-lilin yang masih hidup menuju pintu keluar. Tak ada hal lain yang ada di fikiran mereka selain "Gue harus selamat."

"KENAPA PINTU SIALAN INI GAK BISA DIBUKA?!!! GUE MAU KELUAR BODOH!!!"

Semua nya kacau, air mata sudah bercucuran dimana-mana, meneriakkan kalimat "Gue mau pulang" terus menerus. Para lelaki mengambil alih membuka pintu. Berbagai cara mereka lakukan. Mencari celah agar bisa keluar dari ruangan yang sudah tak ada udara itu. Tetapi mereka tidak juga berhasil menemukan cara agar bisa keluar dari ruangan itu. Isak tangis sudah tak lagi bisa di tepis, membuat Desty dan Dinda pun muak.

"DIAM BISA GAK?! GAK USAH NANGIS-NANGIS AN?!" bentak Desty yang membuat beberapa dari para siswi 12 IPA 3 ini diam.

"SEKARANG TUH YANG HARUS KITA LAKUIN BUKAN NANGIS-NANGIS AN! TAPI NYELESAIIN APA YANG UDAH KITA LAKUIN!" sambung Dinda.

"Apa yang di katain Dinda sama Desty benar. Lebih baik kita selesaikan permainan ini. Kalau gak kita bisa kekurung di sini. Nafas gue udah sesak karena disini udah gak ada udara sama sekali." ucapan Hafiz membuat mereka menghentikan tangisan mereka. "Kita bisa mati sia-sia disini."

Tepat di depan Ajeng, sebuah kertas jatuh. Tanpa ada angin. Tanpa ada yang menjatuhkan. Ajeng mengambil kertas itu dan membaca nya. "Selesaikan atau Mati."

"Gue gamau mainin permainan ini, tapi gue juga gak mau mati." Natasya menghela nafas pasrah. Seperti tak ada lagi harapan. Hanya ada keputusasaan.

"Maaf. Gue bawa kalian ada di keadaan kaya gini. Gue pikir ini bakalan seru." sesal Viani.

"Tenang aja Vi, ini bukan salah lo. Ini salah kita semua. Siapa suruh kita ngeiyain buat kesekolah?"

Setidaknya ucapan Wisang sedikit membuat Viani tenang. Desty melangkah menuju Viani lalu memeluknya. "Ayo kita selesaikan permainan nya."

"Sekarang?" tanya Yuni.

"Iyalah, kalau besok keburu mati kita nya."

Akhirnya mereka pun melanjutkan permainan yang belum mereka selesaikan. Dengan mata yang sembab akibat menangis,Viani bercerita tentang kejadian seram yang di alami nya dulu.

Setelah Viani dan Faris selesai bercerita, kini hanya ada satu lilin saja yang masih hidup. Lilin yang berada di depan Raisya. Dwi kembali mengingatkan untuk tetap bersama sama agar tidak berada di dalam bahaya, dan mengingatkan untuk membawa lilin dan korek api yang sudah di sediakan.

"Lilin dan korek api udah harus di pegang. Setelah Raisya selesai cerita kita udah harus lari." Ucap Dwi memandang teman-teman nya yakin. Dia yakin ini akan selesai.

"Dan sampai sekarang gue udah gak pernah lagi ngeliat kaya gituan." Tepat setelah Raisya selesai bercerita, pintu terbuka lebar. "Kami lari, jangan kejar kami." lilin pun mati setelah kalimat itu Raisya ucapkan.

Tanpa aba-aba mereka semua berlari keluar, menggapai siapapun yang ada di dekat mereka. Tanpa perduli siapapun yang mereka tarik, setidaknya mereka hanya punya waktu lima menit untuk bersembunyi.

Mereka berlari seakan hilang arah, berlari di koridor yang tak ada cahayaa. Hanya ada cahaya dari lampu lapangan yang tak begitu terang. Berlari mencari tempat untuk bersembunyi agar misi tidak gagal.

Keadaan sudah tenang, sudah tak ada lagi langkah kaki yang berlari mencari tempat persembunyian,dan tak ada lagi yang berlari keluar masuk kelas untuk mencari tempat aman. Mereka sudah bersembunyi di tempat masing-masing.

Dwi, Alda, Wisang, Noris, Nafisah dan Piter yang bersembunyi di dalam ruang osis yang di dobrak paksa oleh Noris dan Wisang. Sofia, Aulia, Yonathan, Didi, Satrio dan Nisa yang bersembunyi di ruang alat. Natasya, Yuni, Ajeng, Fioni, Satria, Viani dan Adrio yang bersembunyi di dalam lemari besar yang hanya ada di ruang kelas 10 IPA 4.

Mustika, Tasya, Jaina, Arinda, Abang, Aqilla, Fikri, dan Rendi yang bersembunyi di dalam lab kimia yang memang sudah tidak terkunci. Serta Raisya, Bambang, Astrella, Faris, Hafiz, Dinda dan Alif bersembunyi di ruang Komite yang di dobrak paksa seperti ruang osis.

Ketika mereka masing-masing bersembunyi beramai-ramai di sebuah ruangan, Desty dan Nurvina bersembunyi hanya berdua. Tanpa laki-laki pula.

"Des, lo dengar langkah kaki gak?" ucap Nurvina ketakutan.

"Gue dengar. Gue yakin itu bukan anak kelas."

"Gue coba chat anak kelas dulu."

Dengan keberanian yang tidak seberapa, Nurvina membuka handphone nya untuk bertanya keadaan teman-teman nya.

LIBURAN (36)

Nurvina: Dimana?

Viani: Lemari besar di ruang kelas 10 IPA 4. Sama Natasya, Yuni, Ajeng, Fioni, Satria, Adrio.

Mustika: Lab kimia. Sama Tasya, Jaina, Arinda, Abang, Aqilla, Fikri, dan Rendi.

Alda:  Gue, Dwi, Wisang, Noris, Nafisah dan Piter sembunyi di ruang osis.

Yuni: Gila, ruang osis kan tadi terkunci?

Dwi: di dobrak sama anak cowo.

Nurvina: Yang lain nya dimana?

Raisya: Gue di komite Nur. Sama Bambang, Astrella, Faris, Hafiz, Dinda, Alif.

Aulia: gilaa lo Rai, dikomite.

Nisa: yang sisa nya sama Gue. Sofia, Aulia, Yonathan, Didi, Satrio.

Astrella: Loh? Nur sama Desty dimana?

Desty: Gue sama Nur di ruang patas.

Sofia: Berdua?

Alif: Bahaya woi. Kenapa kalian cuma berdua aja.

Nurvina: Gapapa. Gue sama Desty bisa jaga diri.

Desty: Gue dengar ada langkah kaki di depan ruang patas. Gaada yang disini kan?

Aulia: Yang di ruang alat juga dengar suara langkah kaki Nur.

Piter: Gue juga.

Desty: Yang di ruang Komite, lab kimia sama kelas 10 IPA 4 dengar suara gak?

Hafiz: Disini juga. Kaya ramai banget .Tapi gak ada suara orang.

Fioni: WOI GILA. GUE TAKUT. DISINI JUGA KAYA RAMAI BANGET.

Jaina: Disini kaya ada suara langkah kaki, tapi kaya sendiri doang.

Arinda: Gue takut tolong.

Desty: Jangan ada yang bergerak keluar. Abaikan suara di luar. Cuma 5 menit lagi.

Viani: Gue dapat chat aneh dari nomor pribadi.

Natasya: isi nya apa?

Viani: Setelah lonceng berbunyi, lari ke ruang agama. Ambil benda tajam disana dan tusuk boneka disana. Waktu 10 menit.

Noris: GILA.

Nurvina: Cek handphone kalian. Ada yang dapat sms model-model kaya gitu gak. Yang ada selesaikan. Yang gak jangan kemana mana. Tetap di tempat tadi.

Arinda: Nur, gue dapat chat. Keruang agama dan lempar sesuatu apapun yang kamu lihat pertama kali menggunakan Pisau yang ada di depan ruangan tempat kamu bersembunyi. Tidak boleh benda mati. Waktu 10 menit.

-
-
-
-
-
-
-
-
-

Semoga ini bisa menemani kegabutan kalian.💛

2907

Bitter Memories√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang