"Jangan percaya siapapun. Bahkan teman baikmu sekalipun bisa mengkhianati mu."
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Pukul 05.32 semua masih terlelap, Desty, Alif, Nurvina dan Yuni berjalan keluar dari UKS bersamaan.
"Gue yakin lo tau banyak tentang apa yang terjadi sama kita Nur." ucap Alif dengan keyakinan penuh.
"Lebih banyak dari apa yang ada di dalam otak lo Lif."
"Tapi kenapa lo seakan bungkam? Gak ngomong apapun? Dan biarin seakan lo gak tau apa-apa?" ucap Alif memastikan.
"Karena gak bakalan ada yang percaya Lif. Percuma. Kalian semua itu keras kepala."
Alif diam sejenak lalu melanjutkan bertanya. "Dan lo Yun, Des? Gue yakin kalian tau banyak juga."
"Gue gak tau apa-apa sebelum Nur nyelamatin gue di gudang." ucap Yuni. Desty memilih bungkam tak menjawab.
"Berarti cerita di gudang itu?"
"Semua nya benar, hanya luka-luka dan keadaan berantakan gue sama Nur itu gak benaran."
"Maksud lo?"
"Gue emang berantem sama 'hantu' yang menyeramkan. Tapi selain itu gue juga berantem sama Nur. Atau lebih tepat nya gue yang mukulin Nur habis-habisan makanya Nur luka-luka."
Alif dan Desty melotot tak percaya.
"Gimana bisa Yun? Kenapa lo mukulin Nur?" tanya Desty tak percaya atas apa yang di dengarnya.
"Nur tau kejadian sebenarnya, Nur tau bahwa kita ada dalam masalah serius. Bahkan Nur udah tau bahaya nya mainin permainan ini, tapi dia diam aja seakan gak tau apa-apa. Ya gue kesal, gue pukul deh dia nya, dan dia gak ngelawan sama sekali."
"Jadi yang lo nyuruh gue buat turun ke lapangan itu karena lo gak mau gue tau kejadian sebenarnya?"
"Gak semudah itu Lif. Ini gak semudah yang lo bayangin, gue nyuruh lo turun bukan karena gue takut kebongkar masalah itu, tapi lo dalam bahaya kalau lo sendirian di atas sana. Gue ada bilang kalau gue lebih sayang pertemanan kita di banding nyawa gue kan?" Alif mengangguk mengiyakan ucapan Nur.
"Gue bisa aja nyuruh lo masuk ke gudang nemanin gue atau bahkan lo masuk sendirian ke gudang. Tapi resikonya ya lo bisa aja gak selamat. Lo bisa tanya Yuni gimana bahaya nya di dalam sana. Bersyukur hantu bisa kita lawan dengan kekerasan. Makanya gak cuma gue yang berantakan tapi Yuni juga, ya karena Yuni yang bantuin gue."
"Gue gak nyangka bakalan se ribet ini. Lalu tadi kenapa lo bisa hilang? Lo, Desty, Dinda dan setelah itu Alda."
Yuni menepuk bahu Alif pelan. "Gak baik terlalu banyak tanya. Cukup dengar, jalankan, dan jaga diri aja."
"Lif, gue yakin lo paham apa yang gue, Nur sama Yuni maksud. Lo pintar nangkep semuanya. Gue harap lo juga pintar buat bedain mana yang benaran teman lo, mana yang bukan."
Alif meringis pelan, bisa gila dia jika terus berfikir keras seperti ini.
"Gue paham sebenarnya. Tapi gue gak tau kenapa gue gak yakin."
Desty tersenyum tipis, "Asal lo tau Lif, semua ini sulit buat kita, tapi mau gak mau, suka gak suka ya kita harus jalanin."
"Kita bisa aja nolak semua nya, kabur dan biarin semua nya seakan gak ada apa-apa. Tapi apa itu kita lakuin? Gak."
"Kalau emang kalian udah tau dari awal kenapa kalian gak larang kita buat kesekolah?"
"Karena dia ngancam buat ngebunuh semua dari kita. Gue gak mau itu terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Memories√
HorrorKenangan pahit? Ya, pahit. Itu yang di alami oleh siswa siswi kelas 12 IPA 3, niat mereka hanya ingin mengenang masa-masa sekolah mereka, sebelum mereka benar benar harus berpisah mengingat ujian akhir sudah selesai. Tetapi malah membuat mereka men...