•Bitter Memories 15•

133 24 8
                                    

"Tak ada luka yang lebih sakit dibanding luka yang di dapat dari orang tersayang mu."







*Sedikit peringatan, di part ini ada sedikit hal hal yang mungkin sedikit mengerikan.

Jantung Dinda berdetak kencang, hati nya mendadak tak tenang, seperti ada firasat buruk. Dia berusaha menghilangkan rasa gelisah nya itu, berusaha fokus mencari teman-teman nya, tetapi dia tak bisa. Dia yakin ada yang tak beres dengan teman-teman nya ini.

"Wisang, Yuni, Sofia, Alif." panggil Dinda pada ke empat teman nya. Yang di panggil pun menoleh ke arah Dinda.

Yuni menatap Dinda dengan tatapan tak paham. "Lo kenapa Din? Kaya habis lihat hantu aja."

Wisang tertawa pelan, berusaha menghilangkan rasa panik nya akibat melihat Dinda seperti orang ketakutan.

"Perasaan gue gak enak." ucap Dinda pelan.

Alif menatap Dinda yang masih seperti orang ketakutan, mengingat Dinda memang seseorang yang sangat peka terhadap masalah yang ada. "Kenapa? Ada apa?"

Dinda diam mencerna diri nya sendiri, berusaha mencari tahu kenapa dirinya seperti ini secara tiba-tiba. "Gue gak tau, gue ngerasa kaya ada yang dalam bahaya, dia...." ucapan Dinda menggantung, dia baru teringat dengan ucapan seseorang waktu itu. Ingat jelas apa yang di ucapkan nya, "Shit!!"

"Wisang lo ikut gue, dan kalian cari yang lain. Kumpul di lantai 3! Jangan lama-lama." ucap Dinda yang langsung menarik paksa Wisang tanpa mau repot repot mendengarkan ocehan kesal Wisang.

Perasaan Dinda semakin tak tenang, yang ada di pikiran nya hanya bagaimana menyelesaikan kesalahpahaman ini. Dia benar-benar sudah tak perduli lagi dengan teriakan Wisang yang meneriaki nya karena dia berlari saat menaiki tangga.

***

Jaina merasakan ada yang menarik paksa dirinya masuk ke dalam sebuah ruangan, dia mengeram kesal saat mengetahui siapa pelaku nya. Dilihat nya Satria sudah berada di sana dengan keadaan tubuh terikat. Sejujurnya Jaina takut, sangat takut. Tetapi Jaina hanya berusaha memberanikan diri nya.

"Kalian apa-apaan sih! Lepasin gue bodoh!" ucap Jaina sambil berusaha melepaskan dirinya dari ikatan.

"Gak! Gue gak akan lepasin lo. Gue bakalan ngebunuh lo sama teman bodoh lo itu."

"Sebenarnya apa salah gue? Gue gak pernah ganggu lo!"

"Salah lo karena lo yang udah ngebuat Kakak gue mati!!"

Jaina melotot kaget. Dia bukan pembunuh, dia tidak pernah membunuh siapapun, dia yakin itu. "Gak. Gak gue bukan pembunuh!"

"Oh ya? Kak liora mati karena lo bodoh!! Dasar pembunuh!!!" ucap Arinda marah.

Kemarahan nya sudah tidak dapat di tahan nya lagi, dia benci keadaan ini. Dia benci dimana dia merasa lemah karena mangingat tentang kakak nya.

Ya, Arinda. Astrella dan Arinda yang melakukan itu. Melakukan aksi penjebakkan, membius Satria sementara lalu menyeretnya ke ruangan ini dan menyeret Jaina paksa ke ruangan ini. Melakukan hal ini demi balas dendam.

"Gue salah apa sama kalian? Gue bahkan gak tau salah gue apa. Kenapa lo juga nangkap gue gini La, Rin?" tanya Satria berusaha tenang.

"Karena abang lo yang brengsek itu ngebuat kakak gue mati!! Gue benci lo Sat!!" ucap Astrella memukul Satria dengan seluruh tenaga nya, tanpa memperdulikan Satria yang meringis kesakitan.

Bitter Memories√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang