"Penyesalan sekarang udah gak ada gunanya. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah memperbaiki kesalahan yang kita lakukan dengan menyelesaikan semua ini." -Jaina
•
•
•
•
•
•
•
•
•"Sekarang kita semua ke ruang Aula deh, kita kumpul disana. Ada yang perlu kita omongin tentang 'kita' semua." ucap Dinda sambil berlalu menuju Aula sekolah yang berada di lantai satu.
Wisang menatap teman-teman nya satu per satu. "Yaudah lah ayo, kita omongin. Rin, La kalian duluan."
Tanpa membantah mereka berjalan menuju Aula yang berada di lantai satu.
***
Mereka berkumpul di Aula sekolah yang sangat luas. Katanya saja berkumpul, nyata nya keadaan mereka tak bisa di sebut berkumpul. Ada yang berbaring, ada yang berdiri di sudut Aula, ada yang duduk tenang menyandarkan tubuhnya ke dinding Aula, dan bahkan ada yang tertidur karena kelelahan.
Keadaan Aula hening. Masing-masing dari mereka masih berusaha menenangkan diri setelah beberapa saat lalu di kejutkan dengan kejadian-kejadian yang tidak di mereka duga-duga.
Akhirnya Nisa bersuara karena merasa jenuh dengan keadaan hening, "Sekarang gimana? Udah hampir setengah jam kita diam-diaman disini. Udah jam 09.17 Apa kita bakalan gini terus? Orang tua kita pasti khawatir kita gak pulang."
"Nisa benar, kita harus cari jalan keluar nya. Apa tetap gak ada yang mau buka suara? Ngejelasin apa gitu?" tanya Viani menghela nafas.
"Gue minta maaf. Gue ngaku gue salah, karena nyimpan dendam. Perjalanan kesini gue rencanain, jujur dari waktu gue tau ternyata Satria adik dari orang yang ngebunuh kakak gue, gue ngerasa benci banget sama Satria. Dan kebetulan gue tau, Arinda juga ada dendam sama Jaina terkait kematian kakak nya. Gue ajak deh si Arinda buat kerja sama ngebunuh mereka." ucap Astrella yang membuat semua teman-teman nya menatap tak percaya.
Dwi menggelengkan kepala tak percaya, "Apa misi-misi itu dari lo dan Arinda juga?!"
"Bukan. Gue cuma ngerencanain perjalanan kesini aja, pintu pagar yang di kunci Fioni bukan atas usul gue, permainan ini pun bukan atas usul gue." ucap Arinda. "Gue sendiri pun kaget karena tiba-tiba kejadian kaya gini terjadi. Ini di luar rencana gue."
"Maaf. Sekali lagi gue minta maaf, gue tau sebenarnya ini bahaya. Gue juga udah pernah mainin permainan ini dulu waktu kita kelas 10. Makanya gue ngajak kalian buat ke sekolah, awal nya gue yang mau nyiapin permainan dengan sedikit rancangan gue, tapi ternyata Viani udah nyiapin permainan, yaudah gue ngikut Viani aja. Ternyata saat di sekolah, ini permainan nya. Gue cukup kaget, mengingat waktu dulu permainan ini gue dapat luka yang cukup parah." Astrella menghela nafas panjang lalu menundukkan kepala nya. Menatap lantai tempat dia duduk.
"Kenapa lo gak cegah kita?" ucap Mustika berusaha menahan emosi nya.
"Sejak kapan kalian bisa di nasehatin? Dan seperti yang kalian tau sekarang, gue mau balas dendam."
Mereka lagi-lagi diam. Mengingat selama ini mereka terlalu keras kepala. Tak pernah memperdulikan omongan orang lain. Huh. Mereka menyesal sekarang.
"Rin, bukan gue yang bunuh kakak lo. Gue berantem hebat sama kakak lo saat itu, di lantai 2 di rumah lo. Kakak lo salah paham, gue gak pernah ngerebut cowok kakak lo, tapi ternyata kakak lo ngelihat gue sama cowok nya dan ya kakak lo salah paham. Bang Randi emang suka sama gue, tapi gue gak. Bang Randi ngejebak gue dan kakak lo, Bang Randi ngebuat seakan-akan gue yang bunuh kakak lo padahal pembunuhan itu di rencanain sama Bang Randi karena dia kesal gue nolak dia. Gue berani bersumpah Rin, gue gak ngebunuh kakak lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Memories√
HorrorKenangan pahit? Ya, pahit. Itu yang di alami oleh siswa siswi kelas 12 IPA 3, niat mereka hanya ingin mengenang masa-masa sekolah mereka, sebelum mereka benar benar harus berpisah mengingat ujian akhir sudah selesai. Tetapi malah membuat mereka men...