Clek..
Pak Dion memasuki ruangan rapat yang sudah dipenuhi para detektif dengan membawa flashdisk di tangannya. Tatapan serius terlihat dari raut mukanya. Bukti penting berupa rekaman CCTV, itu yang berhasil di dapatkan olehnya. Tak butuh waktu lama, Pak Dion sebagai salah satu detektif senior langsung memasang flashdisk pada laptop yang berada tak jauh dari Pak Saga. Mereka melihat rekaman CCTV dengan seksama dan hening hingga Reno mulai bergeming.
"Tunggu...bisa kau putar ulang bagian tadi? Sepertinya aku pernah melihatnya." ucap Reno dengan jari telunjuk ke arah layar laptop.
Pak Dion melakukan apa yang diucapkan Reno, "Bagian ini? Ren tapi bukankah dia..." ucapnya heran.
Reno mengulas senyum kecil, "Kau benar Pak Dion. Dia adalah karyawan di kafe yang biasa kita kunjungi. Kena kau X."
"Maksudmu Efan selama ini adalah X? Hei, ayolah apa kau bercanda? Bahkan aku tak yakin dia bisa membunuh seekor serangga." sanggah Fandi seolah tak percaya dengan apa yang di lihatnya juga dengan apa yang dikatakan Reno baru saja.
Karena yang mereka tahu selama ini Efan adalah orang yang lembut, ramah, sopan dan tak pernah mencurigakan. Wajar saja Fandi dan yang lainnya tak menyangka dengan apa yang mereka lihat.
"Tapi bisa jadi dia hanya seorang saksi mata Ren. Kita belum memiliki bukti langsung jika Efan membunuh Vera." ujar Fandi lagi. Ia berusaha meyakinkan Reno untuk menuduh Efan terlebih dahulu. Fandi memberikan dua kemungkinan mengapa Efan bisa tertangkap CCTV sedang mengikuti Vera. Sebagai saksi mata atau sebagai tersangka pembunuhan.
Reno menatap Fandi serius, "Apa kau pikir dia terus mengikuti Vera dan menyaksikan pembunuhan itu begitu saja? Jika iya, mengapa Efan tak langsung menghubungi polisi untuk melaporkan kejadian ini?"
Fandi langsung terdiam. Ia berpikir kembali mengenai kemungkinan Efan adalah seorang saksi. Perkataan Reno ada benarnya. Mana mungkin Efan secara kebetulan mengikuti Vera di malam itu, dan saat pembunuhan terjadi ia hanya menyaksikannya tanpa berbuat apapun.
Pak Saga menyipitkan matanya dan mendekat ke arah layar laptop. Ia mengamati gerak-gerik Efan yang terlihat mencurigakan di rekaman CCTC itu. "Mengapa posisi tangannya tidak berubah? Apakah ia menyembunyikan tangannya dibalik kantong jaketnya karena ia membawa sebilah pisau?"
Pak Dion menoleh ke arah rekan di sampingnya, "Kemungkinan ia memang membawa senjata itu untuk menusuk leher korban."
"Kali ini bukti yang berbicara Fan, lebih baik kita selidiki lagi!" ucap Reno penuh yakin.
Bukti yang Pak Dion temukan dan mereka lihat adalah rekaman CCTV di hari kejadian ketika Efan yang seorang karyawan kafe mengikuti Vera dari supermarket dengan berpakaian serba hitam. Meskipun tak menampakkan secara langsung jika Efan membunuh Vera, namun saat ini Efan adalah tersangka kuat untuk kasus ini. Dia adalah orang terakhir yang melihat Vera malam itu.
Sesaat setelah mereka melihat rekaman itu, mereka langsung bergegas menuju ke kafe tempat Efan bekerja. Sesampainya di kafe, mereka langsung menarik Efan keluar dari kafe.
"Efan, kau dituduh atas pembunuhan Vera yang terjadi di lahan alang-alang." ucap Reno.
"Kau memiliki hak untuk diam. Apapun yang kau katakan dapat dan akan digunakan untuk melawanmu di pengadilan. Kau memiliki hak untuk bicara pada pengacara. Apabila tidak mampu menyewa pengacara, maka akan ditunjuk seseorang untukmu. Apa kau paham?" jelas Fandi dengan mengatakan hak miranda pada Efan seraya memborgol tangannya.
*****
Tak perlu waktu lama, Reno langsung membawanya ke ruang interogasi, dan ia sendiri yang akan menginterogasinya. Mereka berdua berada di sebuah ruangan yang hanya ada mereka berdua, tetapi beberapa detektif dapat melihat dan mendengarkan obrolan mereka dari kaca yang ada di ruangan itu. Dan tanpa basa-basi, Reno langsung bertanya mengenai Vera, bagaimana ia mengenalnya, mengapa ia mengikutinya, hingga kenapa ia membunuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
X dan Dia
Mystery / Thriller'Mungkin tak semua orang dapat memahami apa yang kita rasakan. Tak sedikit pula orang hanya ingin tahu, bukannya benar-benar peduli.' Itulah yang dirasakan Raina. Seorang gadis yang memiliki trauma akibat pembunuhan kedua orang tuanya. Sembilan tahu...