Para detektif berkumpul di ruang rapat. Penasaran. Itulah yang dipikirkan mereka sekarang. Hasil otopsi Olivia korban ketiga telah keluar. Ini artinya mereka bisa mengetahui penyebab kematiannya. Semua anggota duduk dan Pak Saga terlihat siap membuka map yang dibawanya. Kata demi kata dibacanya dengan tatapan serius.
"Hasil otopsi korban ketiga sama dengan korban sebelumnya, luka tusukan di leher kanannya adalah penyebab kematiannya. Di lehernya pun terdapat bekas cekikan sama seperti korban lainnya." ucap Pak Saga setelah membaca hasil otopsi.
Beberapa anggota terlihat menghela napas, raut mereka seolah mengatakan 'pembunuh yang sama lagi.'
Fandi terlihat berpikir, memutar otaknya untuk menemukan sedikit petunjuk. Ia mengangguk-anggukan kepalanya pelan. "Hmm tusukan di leher kanan ya."
"Memang sejak kapan luka tusukan korban pindah di leher kiri?" celetuk Reno.
"Yah kau benar, ini berarti kan..." ujar Fandi menggantung.
"Berarti apa Fan?" tanya Reno.
"PELAKU BERTANGAN KIDAL!" lanjut Fandi dengan lantang dan percaya diri.
Semua anggota detektif yang semula terdiam dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing akhirnya menoleh ke arahnya dan mulai bereaksi mengenai perkataan Fandi.
"Bertangan kidal? Apa maksudmu?!" sambung Pak Dion.
Fandi beranjak dari duduknya, ia berdiri dan menjelaskan apa yang ada dipikirannya itu pada rekan-rekannya dengan mempraktekkan cara menusuk korban dengan tangan kiri.
"Pelaku membunuh semua korbannya dengan tangan kiri. Kenapa? Karena tangan kanannya sering gemetar, jadi ia menggunakan tangan kirinya untuk menusukkan pisaunya di leher kanan korban dari depan." jelasnya secara logis.
"Tapi bukankah semua luka tusukan korban berada di leher bagian kanan? Bagaimana kita bisa mengetahui perbedaanya?" tanya Reno dengan menunjuk foto-foto korban yang diambil dari TKP.
Fandi beralih menunjuk foto korban pertama yang diambil dari TKP. "Jika kalian perhatikan, luka ini berbeda dengan korban pertama, dimana Efan menusuknya dengan tangan kanannya dari arah belakang. Sedangkan pada korban kedua dan ketiga seperti yang kita tahu, pelaku mencekiknya lebih dulu baru menusuknya. Ini artinya pelaku menusuk leher korban dengan pisau dari arah depan."
"Dan lagi luka tusukan antara korban pertama dengan korban kedua dan ketiga terlihat berbeda. Terlihat jelas jika luka tusukan pada korban kedua dan ketiga lebih banyak dan brutal daripada korban pertama. Inilah perbedaan dari seorang pembunuh amatir dan pembunuh yang telah berpengalaman." lanjut Fandi untuk memperjelas ucapannya tadi. Ia tahu maksud Reno menanyakan hal itu adalah untuk mengetahui detail dari luka korban.
Semua anggota detektif dalam ruangan tersebut mulai mengerti maksud Fandi. Beberapa anggota terlihat bergumam, "Benar juga. Itu bisa jadi."
"Tunggu...tangan Gavin tadi juga terlihat gemetar. Apakah mungkin dia X?" tanya Reno lagi.
"Bukan. Gavin bukanlah X karena dia tidak kidal. Aku kenal dia." sanggah Pam Saga selaku Ketua Tim mereka.
Fandi menoleh ke Pak Saga, "Jadi maksud anda kita menangkap orang yang salah?"
"Aku tidak bilang jika kita menangjap orang yang salah. Lagipula Gavin adalah tersangka kuat untuk kasus ketiga, setidaknya kita bisa menahannya selama 48 jam." ujar Pak Saga.
KAMU SEDANG MEMBACA
X dan Dia
Mistério / Suspense'Mungkin tak semua orang dapat memahami apa yang kita rasakan. Tak sedikit pula orang hanya ingin tahu, bukannya benar-benar peduli.' Itulah yang dirasakan Raina. Seorang gadis yang memiliki trauma akibat pembunuhan kedua orang tuanya. Sembilan tahu...