"A-apa ini? Mengapa bisa? Mengapa ada foto ini di sini? Mungkinkah..?" ucap Reno dengan tatapan tak percaya ketika melihat foto tersebut.
Fandi menghampiri Reno, ia mengernyitkan dahi ketika melihat foto di tangan Reno. "Ada apa, Ren? Foto siapa itu?" tanya Fandi dengan menyipitkan matanya.
Namun alih-alih menjawab pertanyaan rekannya, Reno malah terdiam dengan pandangan yang masih terfokus ke foto yang ada di tangannya.
Setelah beberapa detik Fandi memandang foto itu, ia mendapati jika salah satu dari dua orang yang ada di foto itu adalah seseorang yang ia kenal.
"Kevin? Ini Kevin adikmu, kan?" ucapnya seketika setelah menyadari sosok laki-laki dalam foto adalah Kevin, adik Reno.
Tersadar dari lamunannya, Reno mulai berbicara. "Ini foto korban Vera dan....adikku Kevin." jawabnya dengan wajah bingung tanpa menoleh ke rekan di sampingnya.
"Apa?! Foto korban bersama dengan Kevin? Jangan bilang dia-" ucap Fandi setengah berteriak.
"Ya, dia pacar adikku. Aku baru ingat setelah melihat foto ini." potong Reno.
"Minggu lalu Kevin hanya cerita padaku kalau akan mengenalkan pacarnya, tapi dia hanya menunjukkan foto ini dan tidak menyebutkan namanya. Aku sama sekali tidak mengenalinya karena wajahnya agak berbeda tadi." lanjutnya.
Fandi mendecak kesal, "Ck, sial! Si psikopat X itu pasti sudah mengincar Vera dan mengamatinya. Lebih baik kau segera memberitahu..."
Reno tidak merespon perkataan Fandi atau pun mendengarkan ucapannya hingga akhir, ia malah langsung melipir pergi. Yang Reno pikirkan saat ini adalah mengkhawatirkan adiknya. Ia segera menuju kampus Kevin dan berusaha memberitahu mengenai kematian pacarnya sebelum ia sedih dan marah karena mengetahui hal ini dari orang lain.
*****
Saat ini di perpustakaan hanya ada Raina di temani earphone kesayangannya, Jovan yang setia pada bukunya karena dia hobi membaca buku, dan si laki-laki dingin alias Reyhan yang menidurkan kepalanya di meja dengan buku sebagai bantalnya. Beberapa mahasiswa lainnya tampak serius membaca buku mereka. Jam kuliah memang telah usai, tapi mereka lebih memilih menunggu mata kuliah selanjutnya satu jam di dalam perpustakaan.
"Rain, kau tak makan? Aku mau menyusul Ersya sebelum dia mengomeliku karena tidak menemaninya makan siang." ucap Jovan dengan mengecilkan volume suaranya setelah menutup bukunya dan berdiri.
Raina menoleh ke arahnya, "Tidak Jov kau saja, aku sedang tidak lapar dan ingin disini."
Setelah mendengar jawaban Raina, Jovan tersenyum dan pergi ke menyusul Ersya, menyisakan Raina dan Reyhan, serta beberapa mahasiswa yang sibuk membaca. Suasana perpustakaan benar-benar hening karena tidak ada obrolan diantara mereka, sampai salah satu dari mereka mulai berdiri dan berbicara.
Reyhan berjalan menghampiri Raina, namun gadis itu belum menyadarinya.
"Ini milikmu, kan? Terjatuh saat di bus tadi pagi." kata Reyhan pelan sambil memberikan gantungan kunci milik Raina.Raina menoleh ke arah gantungan kunci yang tak asing berada di tangan Reyhan. Ia pun mengambilnya, "Ah ini, te..terimakasih." ucap Raina agak terbata karena baru menyadari kalau Reyhan benar-benar tampan meskipun dengan wajah datar. Jarak mereka yang agak dekat membuat Raina seakan terpana dengan visual dari seorang Reyhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
X dan Dia
Mystery / Thriller'Mungkin tak semua orang dapat memahami apa yang kita rasakan. Tak sedikit pula orang hanya ingin tahu, bukannya benar-benar peduli.' Itulah yang dirasakan Raina. Seorang gadis yang memiliki trauma akibat pembunuhan kedua orang tuanya. Sembilan tahu...