Part spesial Reyhan dan Raina.
Happy reading!Terik matahari siang itu membuat suasana bumi menjadi panas. Dua orang sedang berjalan santai menuju ke arah taman.
"Rey apa kau lupa? Bukankah kau akan mengatakan sesuatu padaku setelah si X tertangkap?" tanya Raina yang berjalan beriringan dengan Reyhan, mereka menuju ke sebuah taman dekat kampusnya.
"Aku? Mengatakan apa padamu?" Reyhan memasang raut bingung.
Raina mendengus kesal. "Ah kurasa kau benar-benar lupa. Ya sudah lupakan saja, mungkin itu bukan sesuatu yang penting." katanya dengan mengalihkan pandangannya dari Reyhan.
Reyhan tersenyum, "Hei Rain ayolah, kau percaya begitu saja denganku? Mana mungkin aku melupakan janjiku. Kau mau tahu?" ujarnya dengan mendudukan dirinya di bangku taman dibsamping Raina.
Raina menoleh ke laki-laki di sampingnya itu. Alis yang tebal, hidung mancung dengan tatapan mata yang begitu hangat. Rambutnya terlihat bergerak karena terkena angin. Begitu tampan, pikir Raina.
"Tentu saja aku ingin tahu. Aku sudah sangat penasaran sampai akan ma-"
"Mati penasaran maksudmu?" potong Reyhan dengan cepat.
Raina hanya tersenyum. Begitu manis gadis ini, batin Reyhan.
"Baiklah aku akan menceritakannya padamu. Aku tidak yakin kau masih mengingatku atau tidak setelah sembilan tahun berlalu." ucapnya menoleh dan berganti mengedarkan pandangannya pada sekeliling taman.
"Mengingatmu? Bukankah di bus waktu itu merupakan pertemuan pertama kita? Ada apa dengan sembilan tahun lalu?" tanya Raina dengan tatapan serius.
"Lihatlah kau ini. Ternyata memang sudah melupakanku." timpal Reyhan dengan menoleh ke arah Raina.
"Oh bukan di bus. Mungkin di kampus karena kita satu kelas dalam dua semester ini kan?"
Reyhan menggelengkan kepalanya pelan.
"Baiklah tunggu, maksudmu kita pernah bertemu sembilan tahun yang lalu?" tanya Raina.
"Hm, ya. Aku harus mulai dari mana untuk menceritakannya. Hmm.. baiklah, jadi waktu itu..."
Flashback on
Sembilan tahun yang lalu.
Februari, 2010Seorang anak lelaki menangis di depan rumahnya dengan menatap sebuah bola basket. Disaat yang sama, seorang gadis kecil menghampiri tetangganya itu. Ia duduk di samping anak lelaki itu.
"Hei, kau kenapa menangis? Apa begini jika anak laki-laki menangis?" tanyanya polos dengan tatapan ke arah anak di sampingnya.
"Kenapa memangnya? Anak laki-laki kan juga bisa menangis, memangnya hanya anak perempuan saja yang bisa." ucapnya sendu.
Anak lelaki itu mengusap air matanya dan menunjuk bola basket di depannya.
"Itu lihatlah bola basketku. Teman-temanku tak mau bermain basket denganku karena aku paling pendek diantara mereka. Padahal aku ingin sekali bermain basket dengan mereka hingga aku membeli bola ini." jelasnya dengan suara serak.
"Hanya karena itu? Kalau begitu kau bisa bermain denganku. Aku akan menjadi teman basketmu."
Gadis itu berdiri dan berusaha meraih tangan anak di sampingnya untuk menggandengnya.
"Apa seorang gadis sepertimu bisa bermain basket?" tanyanya dengan memandang Raina tak yakin karena gadis itu sedang memakai rok merah muda dengan motif bunga-bunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
X dan Dia
Mystery / Thriller'Mungkin tak semua orang dapat memahami apa yang kita rasakan. Tak sedikit pula orang hanya ingin tahu, bukannya benar-benar peduli.' Itulah yang dirasakan Raina. Seorang gadis yang memiliki trauma akibat pembunuhan kedua orang tuanya. Sembilan tahu...