PART 17

1.3K 157 0
                                    

"Kau boleh saja tak menyukai orang yang menyakitimu. Tapi jangan pernah mencoba membalas dendam. Jika kau melakukannya lantas dunia tak akan bisa melihat perbedaan antara dia dan dirimu."

*****

Malam tak berbintang dengan bulan yang tersenyum redup, awan gelap juga menyelimuti langit seolah menandakan bahwa hujan akan segera membasahi bumi.

Seorang gadis tengah memainkan ponselnya, jenuh terlihat dari raut wajahnya. Sesekali ia menyeruput gelas teh di depannya. Tiba-tiba ponselnya bergetar yang menandakan ada pesan masuk.

DRTDRTT...

20:05
Reyhan : "Rain, apa kau tidur? Sebenarnya ada yang ingin kukatakan padamu."

Bingung terlihat dari raut muka Raina setelah membaca pesan dari Reyhan. Kemudian dengan cepat ia membalas pesan tersebut.

20:06
Raina : "Belum Rey. Apa yang ingin kau katakan?"

20:08
Reyhan : "Sabarlah. Aku akan mengatakannya setelah si X itu tertangkap."

20:09
Raina : "Kau menyuruhku menunggu hingga psikopat gila itu tertangkap? Yang benar saja, aku bisa mati penasaran. Katakan saja padaku besok."

20:10
Reyhan : "Kalau kau mati duluan berarti kau tidak akan pernah tahu hal yang ingin kukatakan padamu. Oh ya, tentu saja aku akan melayatmu, hihi."

Raina mendengus kesal, ia memutar bola matanya malas. Gadis itu sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan si lelaki dingin.

20:12
Raina : "Baiklah aku akan menunggu. Awas saja jika kau menipuku."

20:13
Reyhan : "Aku tak akan membuatmu menunggu lebih lama dan menipumu dua kali Rain :)"

Dua kali? Raina mengernyitkan dahinya, kapan kali pertama Reyhan membuatnya menunggu dan menipunya? Ia tak membalas pesan Reyhan dan kembali bermain game di ponselnya.

*****

"Pak, kalau boleh tahu bekas luka apa yang ada di dahi kanan Anda?" tanya Fandi.

Pak Dion menyentuh dahi kanannya dan tersenyum tipis. "Ah ini. Dulu saat Jovan kecil ia suka bermain ketapel, lalu ia tidak sengaja menembakkannya padaku."

"Bohong! Itu bukan luka dari Jovan, melainkan dariku. Aku yang saat itu masih berusia 19 tahun menembakmu dengan ketapel, hingga membuat bekas lukanya masih terlihat. Kau berbohong Pak Dion." batin Fandi dengan perasaan sangat marah tapi ia bisa mengontrolnya.

"Fan aku ingin bicara tentang Pak Dion." bisik Reno pada Fandi.

Mereka menjauh dari keberadaan Pak Dion. Ruang arsip adalah tempat yang sepi dan cocok untuk mereka membicarakannya. Reno membawa sebuah map yang sudah usang dan berdebu. Ia meniup debu yang menempel pada permukaan map tersebut.

"Map apa itu Ren?"

Reno tak menjawab pertanyaan rekannya, ia sibuk mengeluarkan kertas yang ada di dalamnya. Reno menunjukkan kertas itu pada Fandi agar ia dapat melihatnya.

X dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang