PART 11

1.4K 179 2
                                    

Kepala Raina tertunduk, bahunya bergetar dengan suara lirihnya. Ia sedang sendirian di atap gedung fakultasnya. Menangis. Itu yang Raina lakukan saat ini. Memori nya kembali pada hari kemarin. Hari di mana ia bertegur sapa dengan Dhita untuk kali pertama sekaligus menjadi yang terakhir.

*****

Flashback on

Satu hari yang lalu di kampus.
Pukul 15:30. Tujuh jam sebelum kasus kedua terjadi.

Setelah mata kuliah terakhir usai, para mahasiswa langsung pergi meninggalkan kampus untuk pulang. Lain halnya dengan Raina yang berdiri sendirian di dekat gerbang kampusnya untuk meneduh, menunggu hujan reda.

Gigi atas dan bawahnya saling bertemu hingga menimbulkan suara karena ia tak mampu menahan dinginnya hari itu. Ia hanya berbalut jaket dan tak membawa payung. Raina merapatkan jaketnya dan menutupi rambutnya yang mulai basah dengan tudung jaketnya. Ia juga merapatkan kedua sepatunya karena air hujan mulai membentuk genangan di sekitarnya. Atap di pos dekat gerbang kampusnya tak terlalu besar untuk Raina meneduh. Ia terjebak disini saat akan pulang karena hujan yang tiba-tiba turun dengan sangat deras.

Seperti yang selalu dilakukannya ketika hujan, Raina bergumam, "Hujan berhenti. Hujan tidak berhenti. Hujan berhenti. Hujan tidak ber-"

"Hei, apa yang kau lakukan di sini sendirian?" tanya seorang gadis yang baru saja datang dan berdiri di depan Raina dengan membawa payung. Gadis itu diikuti dengan seorang laki-laki di belakangnya. Mereka membawa payung masing-masing.

Sontak Raina berhenti bergumam dan menoleh ke arah mereka berdua. Dhita Verissa. Raina memperhatikan gantungan kunci bertuliskan sebuah nama pada tas gadis itu. Setelah itu pandangannya beralih ke laki-laki di belakang Dhita, yaitu Reyhan.

'Lagi? Bagaimana mereka bisa bersama?' batin Raina karena mereka terlihat sangat dekat.

"Oh aku hanya sedang menunggu hujan reda." timpal Raina sembari memasukkan kedua tangannya dalam saku jaketnya. Karena derasnya hujan membuat sebagian tubuhnya basah dan kedinginan.

"Mau menunggu bersama Rain?" tawar Dhita dengan senyuman tulusnya.
'Cantik dan baik.' batin Raina. Gadis itu semakin cantik saat tersenyum.
Sedangkan Reyhan masih saja terdiam memandang mereka berdua bicara.

Raina agak terkejut karena Dhita mengetahui namanya. Namun dia tak ingin bertanya, karena jujur ia tak terlalu nyaman jika harus mengobrol dengan orang yang tak begitu dekat dengannya. Jadi Raina hanya bicara seadanya pada Dhita. "Terimakasih, tapi tidak perlu. Kalian duluan saja." tolaknya karena tidak ingin merepotkan mereka.

Dhita yang mendengarnya langsung menoleh ke arah Reyhan dan memberi isyarat padanya untuk memberikan payungnya pada Raina dan segera bergabung dengan payung yang di pegang Dhita.

Reyhan yang mengerti maksud teman di depannya itu langsung memberikan payungnya untuk Raina. "Pakailah. Jangan kehujanan atau kau akan sakit."

Raina hanya terdiam dan menatap payung Reyhan. "Jangan keras kepala." ucap Reyhan lagi dengan wajah penuh harap bahwa Raina akan mengambil payungnya.

Akhirnya Raina mengambil payung itu, tak lama kemudian Reyhan langsung bergabung dengan payung yang di pegang Dhita.

X dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang