Chapter 6

25 21 0
                                    

Tok tok.

Dari ketukan kecil sampai gedoran keras membuat Adel yang sedang berada didepan pintu kamar Legan itu jengkel. Gadis itu sudah siap dengan seragamnya, namun, laki-laki didalam kamar ini sepertinya belum siap.

"LEGAN! GER-GER! KELUAR WOY! SARAPANNYA UDAH SIAP! "

Adel memukul pintu kamar Legan dengan tangannya yang terkepal. Gadis itu mendengus jengkel. Dia sudah berdiri disini kurang lebih sepuluh menit. Dan dua pemuda didalam kamar ini masih belum menyahut.

"LEGAN INI UDAH JAM SETENGAH TUJUH! " dengan kasar Adel membuka kamar Legan yang memang tidak dikunci.

Gadis itu menghampiri kasur king size milik Legan. Dengan satu sentakan, dia menyibakan selimut yang menutupi sosok pemuda yang sedang tidur.

Guling.

Dia mendengus kesal. "LEEEGAAAAN! "

Kakinya dia hentak-hentakan sambil berjalan turun. Dia melihat dua pemuda yang siap dengan seragamnya dimeja makan sedang terkekeh geli.

"Biar tau rasa, dia," ujar pemuda satunya lagi.

Adel menarik telinga mereka keatas. "APANYA YANG TAU RASA?! "

"ARGH! SI LEGAN, BUKAN GUE! " jerit Gera.

"EH, KOK GUE?! " bela Legan sambil memegang tangan Adel yang sedang menarik daun telinganya.

Adel melepaskan tarikannya dengan kasar. "Asal lo tau, gue kesel banget sama lo berdua! "

"Udah ah, gue mau piket. Lo berangkat bareng dia aja ya. Dadah, Princess," Legan mengecup ringan pucuk kepala Adel lalu berlari keluar dari rumahnya.

Adel mendengus jengkel lalu mengambil satu tangkup roti berselai kacang. "Makannya dijalan aja! "

Gera mengambil roti dan kunci mobil Legan dengan terkekeh geli lalu berjalan mengikuti langkah Adel. Sedangkan Adel sudah berdiri didepan teras rumah Legan dengan sesekali melirik jam tangannya.

"Pake mobil? " gumam Adel ketika Gera memasuki mobil hitam Legan.

Gadis itu berjalan ke arah mobil hitam itu lalu duduk dikursi depan. "Pake mobil? " uangnya.

Gera mengangguk. "Iya. Motor gue dipake Legan."

Adel mengangguk mengerti sambil menggigit roti ditangannya. Namun, tiba-tiba Gera memberikannya roti juga. Adel menatap bingung roti dipangkuannya.

"Gue cukup satu doang," ujarnya.

Gera yang sedang fokus dengan jalanan hanya tertawa. "Bukan buat lo, tapi buat gue. Gue 'kan lagi nyetir, jadi gue gak bisa makan. Sedangkan gue belum makan apapun."

"Kenapa enggak dirumah aja tadi? " tanya Adel jengkel.

"Kan lo yang bilang makannya dijalan. Jadi, suapin, ya," jawab Gera enteng.

Mendengar kata terakhir Gera membuat pipinya memerah. Sedangkan Gera hanya terkekeh kecil melihat pipi Adel yang memerah.

"Kok malah blushing? Cepetan, gue laper. Aaa," Gera membuka mulutnya lebar-lebar.

Adel menggigit bibir bawahnya. Dengan ragu dia mengambil roti yang Gera letakan diatas pahanya lalu mendekatkannya ke mulut Gera. Gera langsung melahap roti itu. Sebelumnya, laki-laki itu tertawa keras melihat Adel yang malu dicampur ragu.

---

Sellva mengepalkan tangannya. Tatapannya kosong menatap jalanan serta orang-orang yang berlalu-lalang. Untuk kesekian kalinya, gadis itu mengusap air matanya kasar. Setelah diceramahi oleh Papanya karena menghindari sarapan pagi bersama Mami barunya lagi dirumah Papanya, sekarang semua orang menatapnya jijik. Dan dia tau alasan mengapa orang-orang itu menatapnya jijik dan sinis. Mengingat betapa kejamnya orang yang ia sayangi, gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan kencang demi memendam isakan kecilnya. Masa bodoh tentang bibirnya yang mungkin nanti akan terluka.

Nothing Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang