"Lo mau turun, Ger?"
Adel menoleh kearah Gera. Mobil Gera kini sudah terparkir dengan sempurna di depan rumah Legan. Adel menggandong tasnya dibahu sambil tersenyum simpul. Sedangkan Gera menggelengkan kepalanya pelan. Laki-laki itu memasang wajah lelahnya. Gera meregangkan badannya sambil berpura-pura kesakitan.
"Aduh, badan gue remuk."
Adel tertawa. "Yee, segitu aja udah lebay."
Gera terkekeh sambil menepuk kepala Adel. Kebiasaan favoritnya akhir-akhir ini. "Abisnya lo kejam."
"Hehe, maaf."
"Gue langsung balik aja. Lo disana nanti ada Tante Em ini, 'kan?"
Adel mengangguk. "Iya, gue turun, ya."
Gera mengangguk sambil membuka lock pintu mobilnya. Namun, begitu Adel hendak turun, laki-laki itu tiba-tiba saja menahan tangan gadis itu.
"Eh, Li, tunggu," tahannya.
"Kenapa?" Adel menoleh.
Gera langsung nyengir. "Gak kiss dulu?"
Adel langsung menabok pelan pipi Gera. Namun, wajah Adel memerah sampai ke telinganya. "Nih, kiss!"
Gera mengerucutkan bibirnya kesal sambil mengusap pipinya. "Ih, suka gitu!"
"Ger, ih! Lo alay nya na'uzubillah." Adel mengangkat bahunya acuh. "Gue turun, Dah."
Gera menarik Adel begitu gadis itu menyentuh gagang pintu mobilnya. Cup. Gadis itu tersentak kaget begitu bibir Gera menyentuh pipinya. Gera tersenyum lebar begitu menjauhkan dirinya dari Adel. Laki-laki itu mengelus rambut Adel.
"Dah, sana turun."
Adel mengerjapkan matanya berkali-kali. Kesadarannya langsung berkurang setengah setelah Gera mengecup ringan pipinya. Gadis itu menoleh kearah Gera dengan sedikit linglung. "Ah, iya, turun."
Tanpa mengatakan apa-apa, Adel langsung turun dari mobil Gera. Gadis itu mengatur nafasnya, jantungnya bahkan sudah tidak bisa dikontrol. Seakan disana sedang berpesta, dan dia tidak diajak. Dia malah linglung dengan wajah memerah. Adel langsung berjalan memasuki rumah Legan tanpa repot-repot menunggu mobil Gera keluar. Gera yang melihat tingkah laku Adel yang kikuk malah tertawa.
"Aw, Ly! Hati-hati, dong!"
Adel tersentak kaget. Ternyata, tadi dia membuka pintu rumah Legan tanpa mengucap salam. Dan dengan cepat berjalan menuju ruang keluarga rumah itu tanpa fokus. Dan tanpa sadarnya, gadis itu malah menabrak Emma yang sedang tersenyum menyapanya.
"Eh, Tante Em! Maaf!" Adel malah menundukkan badannya seperti adegan meminta maaf yang ada di drama-drama.
Emma mengerutkan dahinya bingung. "Kamu kenapa, sih?"
"Enggak, gak apa-apa."
Emma menyentuh pipi Adel. "Pipi kamu panas, Ly. Merah lagi. Kamu sakit?"
Adel langsung menggeleng cepat. "Enggak."
"Diantar siapa? Kenapa gak bilang, 'kan bisa diantar Ardi."
"Tadi," ucapan Adel terpotong begitu otaknya mengulang kembali kejadian dimana Gera mengecup pipinya. Lagi-lagi, pipinya semakin memerah. Adel berdeham pelan, "diantar Gera."
Emma mengangguk lambat. "Eh, udah makan belum? Itu Ardi sama Ari lagi makan."
Adel menggeleng pelan. "Legan gak ada, Tan?"
"Aduh, gimana sih, Gera. Masa kamu lapar, gak dikasih makan," Emma tersenyum miring sambil menggeleng pelan.
"Enggak, aku yang minta Gera langsung pulang," Adel meringis pelan menyadari dia berbicara dengan begitu cepat. "Kangen masakan Tante Em, soalnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Without You
Teen FictionKehidupan Adel, yang mulanya datar. Kini, berubah drastis ketika dia pindah sekolah ke sekolah yang sama dengan sepupunya. Satu persatu orang datang kedalam hidupnya. Dan lalu pergi dengan dan tanpa salam perpisahan. Hingga, ada satu orang yang memb...