Chapter 7

25 21 0
                                    

Tok tok tok.

Legan mendengus pelan. "ADEL! JADI GAK SIH?! "

"IYA-IYA! TUNGGU! "

Adel membuka pintu rumahnya, lalu menyengir lebar pada Legan. Sedangkan Legan hanya mematung sambil menatap Adel dari atas sampai bawah. Penampilannya sungguh berbeda! Sumpah!

"Ini apaan? " Legan menarik rambut Adel yang ia cat berwarna biru.

Adel terdiam, tidak menyangka atas respons Legan. "G-gue cuma-"

"Rasa kecewa gak selalu dihapus dengan perubahan," Legan menghela nafasnya pelan, "ganti baju, cepet."

Adel mengerjap. "Mau kemana? Kita mau sekolah, Legan! "

"Lo gak tau ini hari apa? " tanya Legan.

Adel menggeleng pelan.

"Gue bakalan tunjukin gimana cara meluapkan kekecewaan dalam sisi baik." Legan membuka pintu rumah Adel, lalu mempersilahkan Adel masuk, "ini hari Sabtu, Princess"

Adel mengikuti langkah Legan yang memasuki rumahnya. "Kita mau kemana emang? "

"Nanti juga lo tau," Legan menatap Adel dari atas sampai bawah, "ganti baju lo, terus cuci muka, cepet! "

Adel mendengus pelan lalu berjalan kearah kamarnya. Legan tersenyum melihat Adel yang berjalan gontai. Laki-laki itu berjalan kearah meja makan, lalu mengambil beberapa helai roti.

Beberapa saat kemudian...

"Legan! Udah," Adel menghampiri Legan yang sedang melahap rotinya.

"Sekarang lebih baik," gumam Legan.

"Emangnya kita mau kemana? " tanya Adel begitu melihat setelan baju Legan.

"Kemana aja boleh," jawab Legan santai.

---

"Mall? " gumam Adel tak percaya.

"Emangnya kenapa? " tanya Legan.

Mereka berdua sudah berada didalam salah satu Mall di Indonesia.

"Gue kira lo mau ngajak gue ke manaaa gitu," Adel menghela nafasnya kecewa.

"Yaudah," Legan merangkul Adel, "lo mau kemana? Gue traktir! Makan? Mandi bola? Main? Belanja? Lolipop? Apa aja!"

Adel terdiam. Setelah beberapa menit terdiam, Adel menatap mata Legan. "Gan..."

"Ya? Lo mau kemana? "

"Anter gue ke salon."

"Eh? " Legan menatap Adel bingung.

"Pleaseee," Adel memasang wajah memelasnya.

"Yaudah," Legan terkekeh kecil, "ayo! "

---

"Gera," lirih Sellva, gadis itu memeluk lututnya.

Ia kira, setelah tiga tahun kedua orang tuanya tidak menghiraukannya, kedua orang tuanya memang tidak peduli. Ia kira, datangnya Sang Mama kerumah adalah karena rindu padanya, namun salah. Hoax yang Mervin buat ternyata sampai ketelinga Mamanya. Mamanya memarahinya, meskipun dia sudah menjelaskan yang sebenarnya. Bahkan, Mamanya sempat menampar dan melukai leher Sellva dengan pisau. Setelah puas, mamanya pulang dengan tidak mengucapkan apapun.

Ini pernah terjadi dulu, saat Mamanya mengetahuinya yang sedang memasuki dunia baru. Namun saat itu, Mervin selalu ada untuknya. Saat itu, dia langsung menelfon Mervin. Namun, sekarang berbeda. Laki-laki itulah yang membuat kejadian ini terulang lagi.

Nothing Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang